25. The Butterfly Effect

6.7K 279 32
                                    

*Happy Reading*




"Arghh... sial, kepalaku sakit." Erangnya serak saat sinar matahari mulai menembus jendela kamarnya.

Ia memejamkan mata dan mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam, sialnya dingatannya langsung tertuju saat ia memeluk perempuan itu, Daniel sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia melakukannya.

Rasa kasihan? Mungkin saja, tapi tanpa sadar dia sendiri yang mulai melewati sekat pembatas yang dibangunnya diantara mereka.

Daniel melirik jam pada nakasnya yang menunjukkan pukul 05.30.
Sebagai morning person, dia memutuskan langsung bangkit menuju bathroom.

Setelah selesai membersihkan diri, ia keluar dan menemukan punggung seseorang, siapa lagi kalau bukan istrinya.

Perempuan itu berbalik kearahnya yang masih diam di pintu, "kak, mau pakai kemeja warna abu-abu hari ini?" Tanyanya yang hanya diangguki pria itu.

Walau wajahnya menunjukkan keterkejutan sesaat, namun ia kembali memasang ekspresi biasa.

Daniel menahan nafas saat tangan itu menyentuh dadanya, benar-benar terasa sangat canggung.

Demi apapun, dia akan melakukan segalanya jika bisa memutar balik waktu dan mencegah dirinya sendiri melakukan hal bodoh itu, yaitu memeluk perempuan di depannya.

Kedekatan keduanya terasa semakin tidak benar.

"Sudah selesai."

Suara itu mengalihkan fokusnya, berjalan menuju lemari tempat koleksi jam tangannya.

Naira menatap setiap bergerakan Daniel, pria itu berbeda lagi seperti semalam. Dia kembali dingin dan acuh terhadapnya.

"Mau pakai dasi warna navy kak?" Suaranya kembali memecah keheningan diantara mereka.

"Tidak perlu, keluar sekarang." Usirnya dingin, Naira mengangguk lesu. Dia pikir Daniel sudah sedikit berubah ternyata masih sama saja.

"Mau dibuatkan teh atau kopi kak?" Tanyanya kembali saat di depan pintu.

"Keluar Naira." Daniel menggeram, menekan namanya.

Tak ingin mencari masalah dengan Daniel, ia keluar dari sana dengan gontai.

"Mimpimu terlalu tinggi, kamu mengharapkan apa dari hubungan ini?" Seharusnya ia sadar dan tidak boleh terlena akan sedikit saja sikap baik Daniel padanya, karena mustahil mendapat maaf dan hati pria itu.

Sementara itu, Daniel melempar dasinya ke lemari berisi koleksi dasi dan jam tangannya.

"Brengsek!! Tolol, perempuan sialan!" Daniel menyugar rambutnya menyesali kebodohannya, harusnya ia berpikir panjang sebelum bertindak, bisa gawat jika seseorang mengambil foto keduanya. Valerie akan kembali marah jika mengetahuinya.

Dengan perasaan masih kalut menguasainya, Daniel turun dari kamarnya. Saat ditangga matanya dapat melihat perempuan itu yang sibuk memasak seperti pagi biasanya.

"Pagi Daniel." Sapa Morgan yang baru sampai di meja makan diikuti Lydia,

"Pagi Pa." Matanya sibuk mencuri pandang kearah Naira, rasa ingin melampiaskan kekesalannya pada tubuh kurus itu semakin menggebu-gebu.

Just Hold On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang