19. Tidak Baik-baik Saja

7.5K 305 47
                                    

*Happy Reading*




"Kau sudah bisa melupakannya?"

"Belum, aku masih sering tiba-tiba mengingatnya." Ujar seorang pria yang duduk di depan seorang wanita dengan kacamata bulatnya menatap sendu kearah pria itu, Daniel Oliver.

"Itu mengerikan." Ujar wanita itu, ia menghela nafas beratnya.

"Bayangan mengerikan itu masih sering datang ke mimpiku. Aku selalu takut untuk memulai tidur. Tapi aku sudah menemukan caranya agar bisa tidur tanpa memikirkannya, walau tidak bisa kulakukan setiap malam Sam."

Wanita yang akrab disapa Sam itu mengangguk sambil membetulkan letak kacamatanya. Ia tersenyum hangat kearah Daniel.

"Apa itu Niel? Bisa kau memberitahuku?"

"Kekerasan. Tapi ntah kenapa setiap aku melakukannya, aku tidak pernah lega. Namun itu membuatku puas." Ujarnya menatap dalam wanita didepannya.

"Kekerasan? Ah, apakah kau sering olahraga? Kulihat tubuhmu jauh lebih berotot dari sebelumnya."

Daniel menghela nafas membuang tatapannya kearah jendela, "aku tau kau orang yang kuno Samantha."

Wanita berumur 52 tahun itu terkekeh kearahnya.

"Selagi tidak menyakiti orang lain. Kekerasan itu tidak masalah. Kau bisa melakukannya pada samsak."

Mata itu menatap jendela dengan pemandangan langit biru dengan kosong. Tidak ada binar didalamnya. Seingat Samantha mata pria itu terakhir kali berbinar adalah empat tahun lalu.

"Aku tau masa lalumu kelam, kau pasti tidak akan mudah melupakan kebakaran itu. Tapi tolong jangan jadikan seseorang sebagai pelampiasan amarahmu." Ujarnya menggenggam tangan dan menatap mata Daniel.

"Tidak, aku hanya melakukannya pada orang yang layak mendapatkannya."

Pria itu berdiri dari kursinya menarik kembali jasnya yang tersampir di kursi.

"Aku pergi dulu." Ujarnya berlalu pergi kearah pintu namun saat tiba di pintu langkahnya terhenti dan berbalik kearah Samantha.

"Ah ya, keparat itu sudah kembali dari tempat persembunyiannya. Jika kau tidak melihatku lagi dalam waktu yang lama, aku mungkin sudah ada dipenjara setelah membunuhnya." Daniel tersenyum licik kearah Samantha.

Wanita itu membulatkan matanya "kau gila..." Ujarnya pelan dengan penuh penekanan kearah Daniel yang tersenyum di depan pintu rumah Samantha.

Daniel menghampiri mobilnya yang terparkir di halaman rumah wanita yang selama ini menjadi psikiaternya. Ah tidak, wanita itu lebih dari seorang psikiater bagi Daniel.

Daniel berkendara dengan pelan namun pikirannya berkecamuk pada ingatan dua bulan lalu kembali di benaknya tentang ucapan Aaron yang hanya dianggapnya angin lalu sebelumnya.

"Kau punya ibu dan keluarga yang selalu ada di sampingmu dari dulu, sedangkan gadis itu, dia tidak punya siapa-siapa."

"Bagaimana kau tau tentang masa lalunya? Kita bahkan belum mendapatkan info apapun tentang kematian ibunya."

"William yang memberitahuku. Dan hanya itu yang aku peroleh darinya. Kita tidak bisa terlalu dekat dengannya karena dia adalah orang kepercayaan Morgan Gunner. Dia pasti sama liciknya dengan atasannya itu."

"Morgan tidak mungkin menusuk kita sekarang. Anaknya ada di genggamanku, jika aku mau, aku bisa kapan saja mengatakan semuanya dan mencampakkan anaknya."

Just Hold On Where stories live. Discover now