22. Kebencian Daniel

7.5K 354 44
                                    

*Happy Reading*




Malam semakin larut, jarak antara tempat pesta dengan apartment Jonathan memang cukup jauh.

Jonathan menoleh kearah sampingnya, perempuan itu hanya diam menikmati angin malam dari jendela mobilnya yang melaju kencang.

"Tidak kedinginan?" Tanyanyanamun tidak kunjung mendapat jawaban.

"Ini bukan kearah rumahku." Lirihnya pelan hampir tidak terdengar.

"Daniel sendiri yang akan menjemputmu."

Naira menoleh kearahnya, "mau membuatku mendapat masalah lagi?" Ujarnya dingin.

Perbedaan nada dan ekspresi perempuan disampingnya sangat ketara dari saat pertama kali mereka bertemu, dia yang awalnya bersikap ramah padanya berubah menjadi sangat tidak tersentuh.

Jonathan memakluminya, pasti lah mood perempuan itu buruk malam ini.

22.45

"Sudah sampai" ujarnya memecah keheningan diantara mereka.

Naira menatap kearah gedung pencakar langit dihadapannya,

"Ini bukan rumahku." Lirihnya pelan, sungguh ia tidak punya tenaga menghadapi Jonathan lagi, kenapa semua orang disekitarnya sangat kompak menghancurkannya malam ini?

Jonathan menghela nafas beratnya, "sudah ku katakan, Daniel yang akan menjemput dan mengantarmu ke rumah."

"Karena dia suamimu, bukan aku."

Naira mengalihkan pandangannya kearah Jonathan, "membawaku ke apartment mu dan membuat Kak Daniel salah paham?" Ujarnya dingin.

"Bukan begitu, ayolah dia yang membawamu kesana , demi keluarganya.  Dan ini yang kau dapatkan. Dan sekarang kau bisa menebak apa yang sedang dilakukannya, benar, bersama Valerie. Kenapa tidak sekalian kita balas saja?"

Naira menatap Jonathan malas dan langsung keluar dari mobil pria itu.

Walau lutut dan kakinya terluka, ia tidak peduli, Tujuannya adalah kejalan raya dan mencari taksi.

Jonathan dibuat kesal dengan perempuan keras kepala itu, sudah disakiti masih saja memikirkan Daniel.

Tanpa persetujuan ia mengangkat tubuh Naira dan membawanya kearah lobby apartmentnya.

Walau wanita itu berontak dan melawan tidak membuatnya melepaskannya walau tatapan orang-orang jatuh pada keduanya.

Naira mencoba menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jonathan, dia bisa habis jika besok ada headline tentangnya bersama Jonathan.

Setibanya di dalam apartment dengan nuansa elegan dan membosankan itu, Jonathan menurunkan Naira yang sudah berhenti berontak ke sofa.

Ia duduk di sofa dihadapan Naira, pandangannya fokus kepada ponselnya mencari nama Daniel dan memanggilnya.

Setelah cukup lama, akhirnya panggilan itu terhubung.

Just Hold On Where stories live. Discover now