21. Serangan Panik

6.4K 320 20
                                    

*Happy Reading*




Risa menatap tajam menantunya itu, menyeretnya ke tengah pesta. Pesta tenang itu berubah menjadi berisik setelahnya.

"Apa yang kau lakukan pada Valerie? Kau menamparnya?!" Bentak Risa membuat Naira memejamkan matanya dan menunduk.

"Kau benar-benar liar dan mengerikan, apa yang Valerie lakukan hingga kau menamparnya?! Apa salahnya denganm?"

Risa menyiram Naira dengan dua gelas wine.

Seluruh tubuh bergetar, kepalanya terasa sangat pusing, perutnya bergejolak ingin muntah dan nafasnya yang memburu membuat Naira hanya mematung dan tidak bisa membela diri.

"DENGAR SEMUANYA! Perempuan ini dan keluarganya telah menjebak Daniel. Anak yang dikandung perempuan ini, anak itu bukan anak Daniel. Daniel tidak pernah mengenalnya! Dia dan keluarganya memanipulasi dengan kebohongannya! Dia tidak lebih dari pelacur yang menjual tubuhnya dan meminta orang tuanya menikahkannya dengan Daniel!"

"Perempuan ini pelacur!"

Hancur sudah, rasanya dunianya hancur saat ini, semuanya terasa menyakitkan.

Jantungnya berdegup kencang hingga membuat nafasnya sesak, kenapa harus sekarang? Kenapa serangan panik itu selalu datang saat semua orang ingin menghancurkannya?

Daniel menghampiri Risa yang ingin menampar Naira, menahan ibunya yang terus menyuruh perempuan itu pergi.

"Pergi!! Pergi dari sini!!"

Naira hanya mematung di tempatnya, sebelum intruksi Daniel terdengar, "pergi dari sini, jangan membuat ibuku tambah marah!"

Dengan langkah gontai perempuan dengan bau alkohol yang menusuk itu pergi dari pesta dengan suara hinaan orang-orang yang masih terdengar.

Langkahnya tidak lagi dapat dihela, dia terduduk bersimpuh di pinggir jalan sepi itu, tidak peduli lututnya yang perih, ia menangis hingga tidak dapat mengeluarkan suara.

Hatinya benar-benar sakit dan sesak.

Kenapa satupun orang di dunia ini tidak ada yang perpihak padanya?

Dia tidak salah, ia hanya korban pemerkosaan, ia masih gadis kecil yang tidak mengetahui arah. Dia hanya tersesat dan tidak ada seorangpun yang mau mengulurkan tangan kearahnya.

Naira menangis hingga rasanya kepalanya ingin pecah.

Hingga netranya melihat uluran tangan kearahnya, ia mendongakkan kepalanya keatas berharap orang itu Daniel.

Namun suara berat itu membuatnya harus menelan kekecewaan.

Suara itu, bukan suara Daniel.

"Ikut denganku."

Naira menggeleng lemah, "tolong pergi jika anda hanya ingin tubuh saya." Naira menatap kearah jalanan, mencoba berdiri sendiri tanpa menerima uluran tangan pria di depannya itu.

"Saya tidak tertarik dengan bekas adik saya sendiri."

Tanpa persetujuan Naira, Jonathan menarik tubuh ringkih perempuan itu dan mengendongnya bridal style.

"Saya tidak butuh penolakan." Ujarnya pelan.

"Turunkan saya, saya mohon... Saya tidak punya tenaga lagi menghadapi anda." permohonannya sama sekali tidak ditanggapi pria berusia 31 tahun itu.

Naira berontak dan membuatnya hampir jatuh dari Jonathan, membuat ia mau tidak mau menurunkan perempuan itu.

Namun kakinya sama sekali terasa tidak berfungsi, ia terjatuh bersimpuh tidak bisa menahan beban tubuhnya.

"See? Kau bahkan tidak bisa berdiri, bagaimana mau bisa sampai kerumah? For your information taxi tidak ada di daerah ini dan lagi ini kota antah barantah, kau pikir akan ada yang membantumu dan membawamu pulang kerumah? Yang ada orang itu akan membawamu ke hotel atau lebih parahnya semak-semak. Ikut saja denganku, aku bukan orang penggila seks." Ujarnya panjang lebar meyakinkan Naira, walau sebenarnya ia juga tidak tau harus membawa perempuan itu kemana.

Tanpa persetujuan perempuan itu lagi, Jonathan kembali membawanya ke mobil dan melaju membelah jalan sepi.

Sesekali matanya melirik Naira yang terlihat nafasnya memburu dan sesak disaat bersamaan.

"Panic attack?"

Naira langsung menoleh kearah pria disampingnya,

"ternyata benar."

"Sepertinya aku masih punya obatnya diapart."

Tujuannya yang sebelumnya mengantar perempuan itu berubah menjadi kearah apartment nya.

*TBC*

Just Hold On Where stories live. Discover now