54. Keputusan

3.6K 203 45
                                    

Happy Reading*





Naira mengetuk pintu rumah yang dulu pernah ditinggalinya bersama Daniel, air mata yang sudah siap tumpah tertahan di kelopak matanya.

Seorang wanita paruh baya membuka pintu dengan cepat, sedikit terkejut dengan ketukan dan suara bel yang terus ditekan. Belum cukup keterkejutannya, wanita itu melebarkan matanya melihat siapa yang ada dihadapannya.

"Non Naira..." serunya dengan tatapan tidak percaya, perempuan yang fotonya mengisi hampir seluruh rumah Tuannya ada dihadapannya sekarang setelah ia bekerja disini selama bertahun-tahun. Untuk pertama kalinya.

"Daniel dimana Bi? Saya mau bertemu dengannya." Naira membuka suara, menanyakan keberadaan Daniel.

"Maaf Non, tapi Pak Daniel masih di kantor." Wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga Daniel, memberitahu dengan sopan.

Naira menghela nafas, salahnya yang terburu-buru kemari dan melupakan fakta bahwa mantan suaminya itu orang sibuk. Berada di rumah sudah pasti bukan lagi menjadi prioritasnya.

"Kira-kira jam berapa pulangnya Bi?" Naira kembali bertanya, wanita paruh baya itu berpikir sejenak, "biasanya nggak tentu sih Non, terkadang jam lima sudah dirumah tapi nggak jarang sampai tengah malam bahkan nggak pulang. Kalau Non Naira mau nunggu, tunggu saja didalam."

Wanita itu kembali melanjutkan, "maaf kalau saya lancang, tapi Pak Daniel pasti senang atas kehadiran Non dirumah. Beliau bahkan masih menyimpan barang-barang Non Naira." Ia menyingkirkan diri dari depan pintu, mempersilahkan mantan istri majikannya untuk masuk.

"Barang? Barang apa Bi?" Naira menatap manik abu wanita dihadapannya, bukankah dulu Daniel berencana menjual rumah ini setelah perceraian mereka? Kenapa pria itu berubah pikiran?

"Banyak Non, dari pakaian hingga perlengkapan---ah itu.." wanita itu tidak dapat melanjutkan kalimatnya, tidak bermaksud mengungkit topik yang pastinya sensitif bagi Naira.

"Non boleh kok masuk, siapa tau ada barang yang penting." Ujarnya mengalihkan topik pembicaraan, Naira akhirnya menyanggupi untuk kembali melangkahkan kaki ke rumah besar yang pernah ditinggali, bersama lelaki yang dulu amat dicintainya.

Naira menghentikan langkahnya dihadapan sebuah bingkai besar, tepat berada ditengah ruangan. Hatinya berdenyut nyeri melihat bingkai itu, gambar yang tidak pernah ingin dilihatnya lagi. Foto pernikahan mereka.

"Beberapa hari setelah kembalinya Pak Daniel ke rumah ini lagi, bingkai itu dipasang disini dan tidak pernah dilepaskan sekalipun." Penjelasan dari wanita itu membuat Naira tersenyum tipis kearahnya, dulu, saat pernikahan mereka, tidak pernah sekalipun Daniel memajang apapun yang bersangkutan dengan pernikahan mereka.

Ia jelas tau apa yang terjadi selama ini, ia sudah bekerja bersama Daniel semenjak pasangan itu baru saja memutuskan bercerai. Daniel memperkerjakannya disini untuk menjaga sementara rumah ini sebelum akhirnya terjual. Namun keputusan Daniel berubah, pria itu membatalkan rencananya dan memperkerjakan dirinya secara tetap disini.

Naira mengedarkan pandangannya, rumah ini mengalami banyak perubahan. Detail yang dulunya ada, sekarang sudah berganti. Rumah yang dulunya berdesain mewah sekarang menjadi lebih hangat.

Suara bel yang ditekan dari luar, mengalihkan perhatian kedua perempuan beda generasi itu, "apa itu Pak Daniel? Tapi biasanya beliau tidak pernah pulang secepat ini. Maaf Non, saya ke depan bukain pintu dulu ya." Ijinnya sopan lalu bergegas membuka pintu.

Just Hold On Onde histórias criam vida. Descubra agora