23. Pecundang

6.6K 311 38
                                    

*Happy Reading *



"Kok lo bisa benci banget sih sama bini lo sendiri?" Tanyanya penasaran memajukan wajahnya , membuat Daniel mendengus malas, lagi-lagi si sialan Aaron dan sifat keponya yang mendarah daging.

"I mean, dia ngurus elo dengan benar, ngelakuin tugasnya sebagai istri walau dia masih 18 tahun. Harusnya lo bersyukur ketemu perempuan sedewasa dia." Ocehnya sambil memainkan pisau pada piringnya, mereka ada di sebuah kafe setelah melakukan meeting diluar gedung kantor karena permintaan klien.

"Lo bisa bilang begitu karena lo cuma liat permukaan dari diri dia doang. Perempuan baik-baik mana yang mau ditiduri laki-laki random yang bahkan gak dikenalnya. Apalagi kalo bukan murahan?"

Aaron tersenyum kecut, "ya emang lo tau alasan dia mau tidur sama laki-laki itu? Mungkin aja kan dia dipaksa?"

"Dia yang ngaku sendiri, dia mabok pas malam kelulusan dan milih laki-laki random buat ngamar. Gadis baik-baik mana yang ke bar padahal masih minor?" Jelasnya geram.

"Tapi dia keliatan tulus ngurusin elo, apalagi pas lo mabok dia bahkan nungguin elo pulang terus mapah lo ke kamar. Kalo dia perempuan gak bener mana mungkin dia mau repot-repot ngurusin elo?" Tanyanya ngotot.

"Gue gak minta diurus sama dia." Ujarnya santai.

"Anjing! Setidaknya jangan jahat-jahat banget sama dia, apalagi keluarganya udah banyak ngebantu elo."

"Ayahnya yang ngebantu gue, bukan dia."

"Sama aja, dia kan anak Pak Morgan. Dan lagi, lo kira bapaknya ga bakal sakit hati ngeliat anaknya diperlakukan semena-mena sama lo?"

"Keluarganya membencinya. Dia sering dipukuli bahkan di depan mata gue sendiri, perlakuan gue ke dia gaada apa-apanya."

"Hah?!" Rahang Aaron hampir jatuh mendengarnya, "serius?! Dia lagi hamil gitu dipukulin?! Lo gaada niatan nolongin dia dari Keluarganya? Dan kehadiran lo hanya memperparah penderitaan dia. Keluarga sinting!"

"Lo bisa diam? Cepat selesaikan makanan lo sebelum gue tinggal lo disini!" Ia hanya menatap datar tingkah hyperbola temannya itu.

"Imagine, she's came from broken family, then you broke her. Gak punya hati lo?!" Ujarnya emosi

Semua pasang mata yang berada di Cafe itu menatap kearah mereka karena suara keras Aaron.

Daniel menatap tajam seakan ingin mencekiknya sekarang, reaksi berlebihannya membuatnya malu.

"Kenapa gak lo aja yang nikahin dia kalau gitu." Daniel beranjak dari kursinya meninggalkan Aaron yang menggeleng tidak percaya dengan temannya itu. Daniel sudah keterlaluan.

***

"Kita harus sedikit bermain-main." Bisiknya pelan.

Dengan kedua tangan terikat keatas dan kaki yang berpijak pada kasur, Naira memberontak namun pergerakannya hanya membuat pergelangan tangannya semakin nyeri.

"Aku baru saja mengisinya, ada 5 butir peluru. Mau mencobanya sayang?" Seringainya menatap manik mata yang tidak bisa menyembunyikan ketakutannya itu.

Just Hold On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang