49. Ambang Batas

6.5K 387 112
                                    

Mulmed: Rapuh

*Happy Reading*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Happy Reading*

Sunyi dan hampa adalah hal pertama yang menyambutnya setibanya ia di unit apartemennya yang baru saja dibelinya setelah tidak lagi sudi menginjakkan kaki di rumah lama. Daniel yang sudah terbiasa dengan kehadirannya mulai merasakan kehilangan setelah tidak lagi ada sosoknya disisi. Ia merindukan pertanyaan-pertanyaan monoton yang selalu dilayangkan atau tawaran bantuan untuknya setibanya ia dirumah. Hal yang dulu disepelekan namun setelah tidak lagi ada, ia merasa kehilangan.

Bagian tersulit dari melupakan adalah melupakan segala kebiasaan yang sudah terlanjur membekas dan fakta bahwa hal itu tidak akan bisa lagi terulang, membuat semuanya menjadi lebih menyakitkan

Daniel menjatuhkan tubuhnya di sofa lalu memejamkan matanya saat kerinduan itu kembali menyerang, mengingatkannya pada sosok yang ingin segera dilupakan. "Sialan, Move on tolol!" Umpatnya lalu bangkit untuk mengambil botol air mineral di kulkas. Sekeras apapun ia mencoba untuk menyibukkan diri agar tidak lagi mengingatnya, tetap saja ingatan tentangnya seringkali hinggap dibenaknya. Membuktikan dia masih menjadi segalanya hingga saat ini.

Setelah berhasil menghancurkan hidupnya, dia juga pergi bersamaan membawa serta gairah hidupnya, hingga rasanya menyambut hari esok terasa berat setelah tidak lagi ada dirinya.

Tidak peduli sebesar apa kerinduan yang dimilikinya, tidak ada yang bisa dilakukannya sebanyak ia merindukannya. Daniel juga tidak pernah lagi mendengar kabarnya setelah hari perceraian mereka atau karena ia yang terlalu membatasi diri dari hal yang berkaitan dengan perempuan itu. Mungkin saja sekarang dia sudah menjalankan perannya sebagai ibu, Daniel tidak lagi ingin tau.

"Setelah perceraian, kamu masih bisa melanjutkan hidup Kak. Sedangkan aku? Aku harus melanjutkan hidup bagaimana?"

Daniel memejamkan matanya, lalu membuang botol air mineral ke tempat sampah dengan kesal.

Beraninya dia berkata seperti itu, dia pikir hanya dia yang akan terluka? Dirinya pun merasakan hal yang sama, menyakitkan rasanya untuk terus hidup. Untuk terus melangkah tanpa dipenuhi bayangannya. Karena saat ini, semuanya masih terasa berat.

***

Naira meremas kain yang ada di sampingnya hingga buku-buku jarinya memutih saat sakit diperutnya semakin sakit. Kontraksi rahim yang dirasakannya sejak tadi malam membuatnya frustasi, pintu yang di kunci oleh Morgan sejak tadi malam setelah selesai meninggalkan bekas memar di sekujur tubuhnya memperburuk keadaan. Naira tidak ingin melahirkan disini, tempat gelap dan tidak ada siapapun yang dapat menolongnya. Naira ingin mengetuk pintu, meminta pertolongan namun setiap kali ia bergerak, rasanya sakit sekali.

Just Hold On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang