23|Unexpected

596 75 54
                                    

Hidup harus menjadi lebih baik setiap harinya.

Mungkin kalimat itu tepat untuk menggambarkan kehidupan Taehyung saat ini. Treefpunkt semakin lama semakin berkembang, mereka sukses menambah tiga karyawan setelah mengadakan pendaftaran dan tes wawancara sebulan yang lalu.

Taehyung bahkan ingin menjadikan Treefpunkt semakin besar dan ramai, lebih dari ini. Setidaknya ia sangat menantikan beberapa kritikus makanan untuk datang dan memberikan penilaian dalam bentuk ulasan yang membantu keberlangsungan Kafenya.

Akhir pekan kemarin Taehyung juga sempat melalukan sesi foto pada makanannya untuk ia promosikan di semua platform yang telah Shena sediakan. Iya, Shena banyak mengambil peran dalam promosi makanan.

Taehyung sendiri baru menyadari bahwa Shena begitu berbakat dalam mempromosikan Treefpunkt di sosial media. Ia bahkan tidak lagi kesulitan dalam berdiskusi dengan Shena.

Mereka seolah sudah mulai menghapus sekat-sekat di antara mereka. Tentu mereka masih sering bertengkar kecil atau sekedar mempertahankan argumen untuk membela diri. Namun keduanya tidak lagi saling sungkan untuk bercanda dan saling menggoda.

Semua mengalir begitu saja sejak sebulan lalu, dimana Shena dan Taehyung tidur bersama di ruang tengah. Sejak itu, dinding besar yang Shena bangun seakan hancur perlahan setiap harinya.

"Hiya.. Aku ingin itu ya!" ucap Shena menunjuk rak yang tertata oleh deretan mie instan.

Taehyung yang sedang mendorong troli pun berhenti. Lelaki itu menggeleng tegas. "Tidak boleh! Akhir-akhir ini kau selalu memakan makanan instan. Apa suamimu ini terlihat tidak mampu memberikanmu makanan bergizi?"

Shena yang sedang menyengir menatap mie instan penuh damba pun refleks menoleh ke arah Taehyung dengan wajah geli. "Suami?!" tanyanya dengan tawa paksanya. "Ucapanmu tadi lebih terkesan seperti seorang ayah yang sedang berbicara dengan anaknya, Paman!" Kemudian Shena memasukan satu mie instan ke dalam keranjang dan berjalan mendahului Taehyung.

Shena memang tidak berubah. Shena tetaplah Shena.

"Apa pengharum ruangan kita sudah habis?" tanya Shena yang ikut membantu Taehyung mendorong troli dengan satu tangan.

Taehyung bergumam seraya mengingatnya kembali. "Beli saja untuk persediaan, sepertinya sebentar lagi sudah harus diganti."

Shena pun mengangguk, lalu mengambil pengharum ruangan dengan aroma peach sebagai aroma favoritnya.

"Bukankah deodorantmu juga sudah habis, ya?"

Taehyung membola saat Shena menanyakan hal itu padanya.

"A-apa kau seintens itu memperhatikan keperluanku? Bagaimana kau tahu?" tanya Taehyung.

"Tidak. Aku hanya mencium bau ketiakmu yang sedikit menyengat," ucap Shena yang fokus menatap deretan deodorant khusus lelaki.

"Aish! B-benarkah baunya semenyengat itu?!" tanya Taehyung panik. Ia bahkan mencium ketiaknya berulang kali sampai ia melihat Shena yang menggeleng.

"Tidak. Aku hanya bercanda. Tadi pagi aku melihat dirimu begitu panik dan rusuh karena deodorantmu habis. Kau menyemprot ketiakmu dengan parfum. Sungguh menyedihkan! Seseorang yang katanya mampu membelikan makanan bergizi saja kehabisan deodorant." Shena menatap Taehyung begitu prihatin. Tentu saja tatapannya itu tidaklah tulus dari hatinya, ia justru sedang menyudutkan Taehyung yang kini sudah mengabaikan dirinya.

Benar! Melawan Shena tidak akan ada habisnya.

Lelaki itu memilih deodorantnya, kemudian ia berjalan menghampiri rak berikutnya. Shena lantas terbahak girang sebelum ia menyusul Taehyung yang ia anggap kalah.

AUGURYNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ