49| Something Ordinary

611 98 120
                                    

Lembar kertas yang terlihat seperti secarik surat itu kembali terlipat dan disimpan rapi oleh Shena setelah ia lama merenungi setiap kata yang dibaca dengan serius. Barangkali Shena masih memikirkan isi surat yang terselip di depan pintu apartemennya pagi tadi, wanita itu masih duduk di sebuah kursi—tempat dirinya selalu berias. 

Hembus napas yang cukup panjang dan berat pun lolos kala Shena meluruskan tatapannya mengarah ke jendela kamar yang berukuran cukup besar. Tepat di depan jendela itu, pohon Maple telah menggugurkan daunnya, beberapa helai daun pun tersangkut di sela bingkai jendela.

Sepertinya Shena kembali terlarut dalam kerunyaman alur kisahnya, sampai Shena tidak sadar bahwa musim gugur telah menyapa dirinya meskipun ia tidak mempersiapkan beberapa hal untuk menyambutnya. Lantas Shena melangkah mendekati jendela kamarnya, membuka kaca jendela dan mendongakkan badannya keluar jendela. Shena memejamkan matanya, perlahan menghirup udara yang beraroma semerbak bunga sebelum akhirnya ia kembali mengembus pelan.

Musim terus berganti, detik pun enggan untuk menjeda atau berhenti. Lalu, bagaimana mungkin dia harus kembali berhenti di satu titik hanya untuk merenungi masa lalu atau yang terburuk justru melangkah mundur sebagai seorang pengecut. 

Itu jelas tidak boleh terjadi. 

Surat yang baru saja ia terima rasanya sudah cukup untuk menjelaskan bahwa seharusnya kepelikan itu sudah bisa dianggap selesai. Dia benar-benar bukan wanita yang Taehyung cari.

Tekad Shena sudah bulat. Meneruskan hidup dan mencari kebahagiaan baru adalah jalan yang benar untuk saat ini, lantas disaksikan Maple yang terus menggugurkan dedaunannya, Shena pun mengangguk yakin bahwa dia pun mampu menggugurkan seluruh kenangan buruknya dengan harapan kelak ia akan sampai di musim semi dalam hidupnya, sehingga ada banyak kenangan baru yang akan tumbuh dan menggantikan segala kepelikan yang pernah terjadi.

****

Jika Shena telah melalui musim gugur dalam hidupnya, lalu bagaimana dengan Taehyung?

Dia tidak bermusim. Dia kacau.

Sudah dua bulan berlalu sejak pertengkarannya dengan Jowha. Dan sejak itu, Taehyung selalu menghabiskan waktunya untuk merenung. Entah merenungi dosanya, atau merenungi bagaimana caranya untuk menghubungi dan membawa Shera kembali kepadanya.

Iya, kembali kepadanya setelah Taehyung mulai merasa bahwa wanita riang itu tidak lagi sering menghabiskan waktu dengannya, Shera bahkan sering kali menolak panggilannya. Sejak Taehyung menyaksikan adegan ciuman antara Shera dan seorang lelaki di parkiran Apartment, dia merasa Shera mulai menjaga jarak darinya.

Mungkin tidak ada salahnya dia mencoba untuk menghubungi Shera kembali. Ponsel yang telah berada di genggamannya pun segera ia sematkan di telinga dan menunggu penuh harap agar nada terhubung itu berganti dengan suara Shera. 

"Ung.. Taehyung?"

Taehyung menarik napasnya dalam-dalam dan menembusnya pelan sebeum ia berbicara. 

"Kau sibuk? Aku merindukanmu," ucapnya begitu terang-terangan kendati terdengar sedikit datar.

"Datanglah ke Apartementku malam nanti. Aku akan menunggumu.."

Taehyung lantas menarik satu sudut bibirnya. "Sampai bertemu nanti, Shera-ya." 

Panggilan selesai, dan Taehyung kembali menyimpan tangan kanan yang masih menggenggam ponsel ke dalam saku coat cokelatnya. Atensinya kini telah sejajar dengan kenop pintu yang terdapat jajaran angka.

Telunjuk kirinya pun menekan satu persatu angka yang masih terlintas di benaknya hingga akhirnya pintu dapat terbuka. Taehyung memejam matanya sejemang, menarik napas dan mengembusnya pelan, lalu ia mulai melangkah masuk ke dalam bangunan itu.

AUGURYWhere stories live. Discover now