52| A completed task

550 96 31
                                    

Hailoooo Genggiee:))!
Duh, enak nih kayaknya manggil kalian Genggie wkwk.

Selamat membaca♡

Sudahkah kisah mereka harus benar-benar berakhir? Bisakah hal itu terjadi begitu saja sebelum Taehyung menjelaskan beberapa hal kepada Shena mengenai kesalahpahaman ini?

Entahlah, Taehyung tidak bisa berpikir jernih saat ini. Lelaki itu masih duduk lunglai di atas lantai, tangisnya masih berlangsung di tengah tubuh yang semakin bergetar hebat. Taehyung tidak memiliki kuasa untuk menahan Shena, nyali hilang ditelan seluruh rasa bersalahnya karena telah menyia-nyiakan Shena sejak hari dimana dirinya menceraikan Shena.

Kaki lunglai itu lantas bergerak, membantu dirinya untuk bertumpu di atas bumi yang terasa telah runtuh. Taehyung pun melangkah pergi, terus berjalan di pinggiran kota yang sibuk akan lalu lalang di malam hari. Dia menusuri kota dengan tatapan kosong, membiarkan tubuhnya terbentur dengan berbagai pundak yang berpapasan dengannya.

Hingga sampailah ia di depan Treefpunkt yang terlihat begitu ramai. Jika seharusnya sang pemilik Kafe dengan bangga menaikkan dagu pun menegapkan bahunya untuk saat ini, Taehyung justru menunduk dengan bahu yang turun.

Pribadi itu berantakkan dan butuh seseorang untuk menolong dirinya. Lantas, ketika ia menemukan sosok yang ia cari agar dapat menolongnya, Taehyung pun mengangkat kepalanya, menatap nanar kepada sosok itu.

"Jowha-ssi. Bisakah kau membantuku?"

Jowha yang hendak membuang sampah makanan pun mengerutkan keningnya. Melihat sang teman yang tidak terlihat satu bulan ini, lalu datang meminta bantuan dengan ekspresi kacau, bukankah sudah cukup menjelaskan bahwa Taehyung sedang tidak baik-baik saja?
Jowha pun mengangguk pelan bersama ekspresi sedihnya.

***

Halaman belakang pada Treefpunkt menjadi pilihan mereka untuk melanjutkan pembicaraan. Jowha tidak mengalihkan sedikitpun atensinya kepada Taehyung yang begitu kacau, rambutnya berantakkan, dan mata yang sembab pun memerah.

"Jowha-ssi. Bisakah kau memukulku sampai aku mati?"

Jowha sukses membola kendati ia tidak sepenuhnya terkejut dengan permintaan Taehyung yang sejak beberapa waktu terakhir terlihat kehilangan semangat hidupnya. Namun tetap saja, Jowha tidak menyangka bahwa Taehyung benar-benar sedang berada di titik terbawahnya.

"Apa yang terjadi padamu, Lee Taehyung? Mari kita bicarakan lebih dulu." Begitulah respon dari Jowha yang sedang mencoba untuk tenang. Barangkali ajakannya akan berhasil seperti malam-malam yang dahulu, Taehyung pernah beberapa kali bercerita pada Jowha mengenai nasib hubungannya dengan Shena.

"Aku hanya ingin kau membantuku. Tolong, pukul aku sampai aku mengembus napas terakhirku, Jowha-ssi," ucap Taehyung.

"Ya! Taehyung-ah! Kau kira aku akan tega memukulmu berkali-kali sampai kau mati?!"

Taehyung dengan tatapan kosongnya pun segera merogoh saku celananya, merogoh sesuatu di dalam sana. Dan Jowha sukses terkesiap kala Taehyung menodong sebuah pisau dapur ke arahnya.

"Kalau begitu, tusuk aku." Taehyung meraih tangan Jowha dan membawanya untuk menggenggam pisau itu. "Di sini, tepat di sini agar kau tidak perlu melakukannya berkali-kali." Taehyung membawa tangan Jowha tepat di dada kirinya.

"YA! LEE TAEHYUNG!" Secepatnya Jowha berusaha untuk menarik tangannya yang telah menyentuh pisau. Namun sekuat tenaga pula Taehyung menggagalkan usaha Jowha. Lantas dengan cepat Jowha melayangkan satu pukulan kuat dengan tangan sebelahnya.

Taehyung terjadi bersama pisau yang lepas dari genggaman mereka. Lelaki itu pun meringis kesakitan.

"APA YANG KAU LAKUKAN, PECUNDANG?!" Sementera Jowha sudah kalut dalam emosinya. Jowha bukanlah tipe lelaki yang mudah marah, dia sangat periang. Namun emosinya akan meluap-luap jika sekali saja terjadi, seperti malam ini.

AUGURYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora