64| Goodbye & ...

307 75 19
                                    

Guys! Jangan lupa VOMENT ya!

Kepulan putih yang membumbung dari dalam cangkir teh itu sudah tidak lagi terlihat, namun Shena belum menyeduh sedikit pun teh Chamomile yang sudah mulai mendingin. Mungkin Shena sudah malas meminumnya karena kenyataannya teh Chamomile tidak memberikan khasiat seperti yang ia tahu, yaitu meningkatkan kualitas tidur bagi penderita insomnia. Sudah tiga hari berturut-turut Shena mengonsumsi teh itu agar lekas tidur, namun ternyata Shena tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup. Bayang-bayang hari terakhirnya bersama Taehyung sebelum lelaki itu menghilang terus menjadi pusat pemikirannya.

Tangan yang bersembunyi pada lengan sweater oversize kuning itu pun menopang dagunnya. Shena memandang keluar jendela, dia menemukan sepasang merpati yang sedang bertengger di salah satu ranting pohon. Keduanya enggan berpisah, jika seekor bergerak sedikit, maka pasangannya ikut bergerak.

Ekspresi Shena sangat datar, namun matanya ikut bergerak mengikuti kemana sepasang merpati itu berpindah tempat. Hingga akhirnya dia mengembus napas panjang sebelum ia meneguk teh yang telah dingin itu hingga habis tanpa sisa.

Konon katanya burung merpati merupakan lambang kesetiaan cinta. Lantas bolehkah Shena percaya kepada takdir? Bahwa apa yang ia lihat beberapa menit lalu adalah sebuah jawaban yang Tuhan berikan di tengah kegundahan hatinya untuk mendapatkan Taehyung kembali?

Mungkin Shena harus berusaha sedikit lagi agar semuanya menjadi jelas dan nyata.

***

Gedung dengan dominan putih itu kembali menjadi tempat tujuan Shena setiap paginya. Sudah tiga hari Shena tidak diberikan izin oleh dokter Chunsung untuk menemui Taehyung, dan kali ini Shena tidak ingin pulang dengan hasil yang sama.

Shena yang masih memakai rambut palsunya itu pun melangkah cukup berani menyusuri lorong rumah sakit. Di depan sana, dia melihat dokter Chunsung tengah melangkah dengan arah berlawanan. Refleks Shena mengapkan bahunya seraya memegang erat tali tasnya guna membuat dirinya siap dalam mengantisipasi jika hari ini ia akan ditolak lagi.

Saat mereka sudah berpapasan, keduanya lantas mulai melangkah pelan dan saling berhenti.

"Shena-ssi?"

Shena tersenyum. "Bagaimana keadaan Lee Taehyung, dokter?" tanya nya.

Dokter Chunsung belum menjawab, tampak pupilnya merotasi pelan sebelum akhirnya ia mengangguk dan membalas senyuman Shena. "Baik sekali, hari ini dia tidak ditempatkan di ruang isolasi lagi, dia kembali ke kamarnya."

"Syukurlah. Jadi, bisakah hari ini aku menemuinya?" tanya Shena dengan hati-hati.

Berbeda dari tiga hari kemarin, kali ini dokter Chunsung mengangguk ramah tanpa keraguan sedikitpun. "Silahkan, Shena-ssi. Kau masih ingat dimana kamarnya, kan?"

Lantas penuh semangat Shena mengangguk seraya mengulus senyum yang mengembang empat kali lipat dari sebelumnya. Setelah ia membungkukan sedikit tubuhnya, dia pun melangkah dengan langkah yang terlihat begitu riang.

Di separuh perjalanan, Shena sudah melihat pintu kamar Taehyung. Tiba-tiba dia jadi memikirkan banyak hal, seperti sedang apa Taehyung di dalam sana? Apakah rambut ikalnya sudah di sisir, atau dibiarkan berantakan? Kira-kira, harus seperti apa dia menyapa Taehyung? Tatapan apa yang pertama kali akan Taehyung berikan kepadanya?

Shena pun menahan tawanya, tawa yang ditujukan untuk dirinya sendiri yang mendadak terasa penuh debar seperti baru pertama kali jatuh cinta kepada Taehyung. Jatuh cinta dengan Lee Taehyung itu memang memiliki banyak rasa di setiap momennya. Saat ini entah sudah keberapa kalinya ia jatuh cinta kepada Taehyung, kendati lelaki itu menjadi lebih dingin dan terlihat seperti menolak dirinya, hal itu justru membuat Shena merasakan jatuh cinta lagi.

AUGURYWhere stories live. Discover now