66| Puzzle Piece

477 76 64
                                    

Salam rindu dari TaeShen.jpg🥲





Selamat membaca

.
.
.

Manusia tidak memiliki kuasa untuk mengulang, menghentikan, ataupun mempercepat waktu. Dia akan terus berputar dengan semestinya. Hal yang dapat kita lakukan sebagai manusia adalah berdamai dengan masa lalu, dan terus menjalani setiap perputaran waktu dengan semestinya pula.

Mungkin Taehyung sudah menerapkan konsep itu. Dia tidak ingin lagi berkecamuk dengan masa lalunya yang berlalu begitu saja karena keegoisan di dalam dirinya. Hal baik akan ia simpan di lubuk hatinya, sementara hal buruk akan ia jadikan sebagai pembelajaran di kehidupan berikutnya.

Dia akan berusaha semampunya untuk tidak lagi menyesali kenangan itu. Iya, setidaknya ia telah berusaha, dan usahanya berhasil kendati hanya di dunia nyatanya. Namun, ketika dia sedang tertidur, dia tidak akan mampu mengendalikan mimpi indah yang kini terasa seakan sedang membunuhnya secara perlahan.

Sudah hampir satu tahun Taehyung mencoba untuk berdamai dengan kenangannya. Dia masih mengingat Shena, namun tidak ada lagi pelik ketika wajah Shena membayanginya. Dia justru bersyukur karena Tuhan pernah memberikan kesempatan kepadanya untuk bertemu Shena. Kehidupan Taehyung terasa semakin membaik jika saja dia bisa menghapus salah satu kebutuhan primer di dalam hidupnya, yaitu aktivitas tidur. Tidak ada hal yang lebih menyakitkan selain bertemu dengan alur mimpi indahnya yang membawa petaka. Taehyung sudah berusaha sebisa mungkin, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban dari mimpinya.

Taehyung meneguk segelas air putih yang berada di sebelah kasurnya. Tatapan kosongnya menyorot lantai kamar, keringatnya merintik di pelipisnya. Dia tampak kesulitan untuk mengatur napasnya, seperti baru saja mengelilingi lapangan luas beberapa kali putaran. Masih pukul empat dini hari ketika ia menatap jam pada dinding. Pupilnya mulai bergetar, dan perlahan air matanya kembali mengalir. Sakit yang ia rasakan setiap kali bermimpi tidak sama rasanya seperti hari kemarin, semakin hari seperti semakin bertambah pilunya.

Seperti biasanya pula, Taehyung meraih borgol pemberian Shena. Alih-alih memakainya, ia justru hanya menggenggam borgol itu dengan erat. Akhir-akhir ini Taehyung sedang ingin mencoba apa yang pernah Shena katakan kepadanya di dalam surat, dia akan memakai borgol itu jika dia memang sangat membutuhkannya.

Butuh waktu sekitar setengah jam untuk menenangkan dirinya. Saat ia merasa sudah kembali seperti sedia kala, Taehyung pun beranjak dari kasur, lantas bersiap untuk melakukan sesuatu. Setelah memakai jaket dan sepatu olahraga, lelaki itu pun keluar dari flat kecilnya.

Matahari baru saja bersiap untuk menerangi Seoul, namun hal itu tak lantas membuat Taehyung mengurungkan diri untuk melakukan kegiatannya. Dia tetap berlari menyusuri jalanan gelap. Barangkali hanya itu yang dapat ia lakukan untuk menghindari mimpi yang terus mengusik tidurnya. Sejak ia keluar dari rumah sakit, ia berusaha semampunya untuk mengatur rasa sakit seorang diri, kendati dia masih harus melakukan terapi terjadwal yang ditangani oleh dokter Chunsung.

Taehyung terus berlari, melupakan sejenak hal-hal yang membuatnya sesak. Seakan tidak merasa lelah, ia belum usai meski mentari sudah muncul seutuhnya. Namun kali ini langkahnya sedikit melambat ketika dia berada di sebuah tempat. Kedua pupilnya mengedarkan pandangan ke sekitarnya, terlihat pelan-pelan tenggelam dalam kenangan.

Tatapannya berubah menjadi sendu, pondasi Treefpunkt yang masih kokoh dengan corak hitam bekas terbakar itu membuat suasana hati Taehyung berubah menjadi sedih. Jika saja seseorang tidak menyodorkan sebotol mineral, mungkin Taehyung akan berakhir memikirkan masa lalu indah sekaligus menyakitkan itu. Taehyung menoleh ke sebelah kanan, tepat dimana seseorang yang tengah menawarkan mineral itu berdiri di sampingnya.

AUGURYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang