65| Something Hidden

445 82 60
                                    

Selamat membaca lagi ya :))
Jangan lupa VOMENT nya ya! Hehe terimakasih banyak🤍

Akhirnya ya aku berhasil double up😭 hari ini rasanya sibuk sekali karena part 65 ini baru selesai beberapa menit yang lalu. Belum lagi nanti jam 10 aku harus kuliah Big Mouth 2 sks😭🤣 Tapi aku menikmati hari iniii🤍💜🤍

Mungkin akan sedikit berantakan, tapi semoga alurnya tetap dapat dimengerti ya!



Yein berlari mendekati perawat Lia yang berada di sudut ruang makan. "PUTRI LIA! AKU INGIN MENGHUBUNGI PENYIHIR CANTIK!!!"

Seluruh pasien yang berada di ruang makan pun menoleh ke arah Yein yang masih terus berlari hingga akhirnya berhenti ketika sudah berada di hadapan perawat Lia. Yein mengatur napasnya yang tersengal sambil memeluk erat bonekanya.

"Sudah tiga tahun tidak menelpon penyihir cantik. Aku rindu sekali dengannya."

Perawat Lia pun tersenyum seraya merogoh saku baju seragamnya untuk mengambil ponsel. "Tidak tiga tahun, baru dua minggu, Yein-ssi." Koreksi perawat Lia sambil mencari nomor Shena yang pernah ia simpan saat Yein memberikan kertas berisikan nomor itu sebulan yang lalu.

"Iya tapi sudah sangat lama! Aku sampai mau mati rasanya!"

"Hallo? Siapa? Siapa yang mau mati, perawat Lia?"

Seseorang yang muncul di layar ponsel perawat Lia pun bersuara. Yein lantas merampas ponsel perawat Lia sambil berteriak kesenangan.

"PENYIHIR CANTIK!!! KAU SUDAH ADA DI DALAM YA?!"

"Ya! Yein-ah, apa kau yang baru saja berkata ingin mati?"

Yein mengangguk. "Sudah lama sekali tidak berbicara denganmu, rasanya sampai ingin mati."

"Yang benar saja. Kau kira mati itu menyenangkan?" gerutu Shena.

"Tidak tahu, belum pernah mencoba. Tapi aku sedang kesal sekali denganmu! Kau menghindariku sampai tidak mau menjawab panggilanku kan? Kau sudah bosan berteman denganku kan?" Yein memasang wajah cemberut.  Dia lalu menoleh ke arah perawat Lia. "Boleh aku membawanya duduk di salah satu kursi kosong, putri Lia?" tanya Yein yang ingin membawa ponsel perawat Lia.

Saat perawat Lia mengangguk, Yein pun melangkah sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari kursi kosong di ruang makan yang sangat ramai.

"Aku menjadi lebih sibuk, Yein. Maaf ya, aku belum sempat mengabarimu."

"Di sini kosong. Di sini saja," ucapnya kepada diri sendiri. Yein lantas duduk di sebelah salah satu pasien.

"Memangnya kau sedang sibuk apa?" tanya Yein kepada Shena.

"Mempersiapkan berkas beasiswaku. Wah, rasanya pusing sekali, tapi aku menyukainya."

Pupil Yein membesar, menaruh ketertarikan dengan pembicaraan Shena. "Memangnya beasiswa itu apa?" tanya Yein yang rupanya tidak mengerti dengan isi pembicaraannya.

Tawa Shena pun menggema. "Sederhananya, karena beasiswa aku bisa mendapatkan kuliah gratis. Tapi tidak mudah mendapatkannya, hanya beberapa orang saja. Itulah mengapa saat ini aku sedang serius mempersiapkannya agar aku menjadi salah satu orang itu."

Binar mata Yein pun berkilat takjub. "Wah, kau orang jenius ya?"

Shena menggeleng sambil terkekeh. "Aku hanya orang yang bersemangat ingin menggapai cita-citaku yang sempat tertunda."

"Aku bangga sekali denganmu, penyihir cantik." Lalu Yein menoleh ke arah pasien yang duduk di sebelahnya.

"Kau bangga tidak?" tanya Yein kepadanya.

AUGURYWhere stories live. Discover now