48| She is Good, but She Lies

611 97 73
                                    

Hailoooo!
Aaa akhirnya setelah 2 minggu gak nulis, malam ini bisa update lagiii:'

Guys, jujur aku agak lupa alur cerita ini gimana, mungkin juga di part ini agak membingungkan atau ngebosenin.

Tapi aku harap kalian tetap baca yaa, karena part ini termasuk bagian dalam alur pentingnya😌

Di part ini kita fokus dulu ngebahas masa lalu Shena dan Shera. Tapi, part ini bakal berdampak ke part part selanjutnya, Shena bakal berubah setelah part ini terjadi

Jadi, tetap serius ya membacanya(:

Oke, selamat membacaaa ♡♡♡

Hujan mulai menyerbu permukaan saat Shena baru saja menapaki kakinya di sebuah teras Restoran mewah---tempat dimana ia berjanji akan menemui seseorang yang menghubunginya tadi. Dia lantas melangkah masuk meskipun pikirannya masih tertuju pada kejadian beberapa menit yang lalu.

Hingga saat ia telah melewati beberapa meja, dia pun berhenti melangkah. Tatapannya menjurus pada seseorang yang sedang duduk di sudut ruangan, seseorang yang telah berdiri kala menyadari kedatangan Shena. Dan tentunya seseorang itu adalah orang yang telah Shena setujui ajakannya untuk bertemu, namun Shena tetap merasa terkejut kala menatap wajahnya saat ini.

Shena lantas kembali melangkah mendekati meja kala pikirannya merasukinya untuk segera menuntaskan pertemuan yang mungkin akan terasa begitu memuakkan, lalu secepatnya pula ia bisa memutuskan untuk tidak lagi bertemu dengan orang itu. Langkahnya terlihat begitu pasti, sementara ekspresi datarnya tidak kalah menggambarkan bahwa ia tidak meletak minat sedikit pun dalam pertemuan ini. Shena rasa sosok yang masih menatapnya itu tahu dan peka dengan apa yang Shena rasakan saat ini.

Namun sepertinya harapan Shena tidak terkabul, sosok itu, wanita yang selalu mengenakan pakaian dominan hitam itu memasang wajah cemas kala tatapannya lurus mengarah pada dengkul Shena. Wanita itu refleks mengangkat tangan kanannya untuk memanggil pelayan.

"Bisakah aku memintamu untuk membawa kotak medis?" tanya Shera, kembaran Shena yang terlihat begitu cemas.

Lantas Shena menatap dengkulnya. Dia berdarah, dan sakitnya baru saja terasa kala ia menyadari luka itu.

"Kau kenapa? Kenapa bisa seperti ini?!" tanya Shera yang telah menghampirinya dan membawa Shena untuk duduk.

Alih-alih Shera ikut duduk di kursi satunya, wanita itu justru berlutut di hadapan Shena. Dan tidak lama kemudian kotak medis pun datang, Shera dengan gesit membersihkan luka Shena.

"Apa yang terjadi denganmu, hm?" Si pemilik wajah yang mirip sekali dengan Shena itupun bertanya dengan penuh kecemasan, sementara tugasnya mengobati Shena masih terus berlanjut dengan penuh hati-hati.

Namun Shena masih mematung dalam bisu. Tidak ada sepatah katapun yang lolos dari birai sang wanita yang terus menatap lututnya. Hingga akhirnya ia meringis kesakitan bersamaan menarik lutut dengan refleks.

"Tahan sedikit lagi. Kau perlu diobati."

Dan entah mengapa dia memilih untuk menurut dengan kata-kata kembarannya yang beberapa detik lebih dulu terlahir ke dunia. Shena benar-benar menuritinya sampai Shera selesai mengobati luka itu.

"Kau terjatuh saat akan kesini?" tanya Shera setelah ia menutup kembali kotak medisnya. Wanita itu tiba-tiba berdiri dan memastikan bagian tubuh Shena yang lain.

"Apa ada luka selain yang ini?" tanya Shera yang tengah serius memastikan di bagian lengan. Namun secepatnya Shena menarik lengannya.

"Aku datang kesini bukan untuk berobat denganmu," ucap Shena begitu ketus.

AUGURYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang