34| A Painful Dream

599 84 21
                                    

"Ini kopinya!" Shena meletak secangkir kopi di atas meja dengan cukup keras, hingga menciptakan bunyi yang menggema.

Taehyung lantas menatap serius dengan wajah sedikit terkejut. Keningnya berkerut saat menyadari sang istri mendadak kesal dan ketus kepadanya.

"Kau kenapa, Shen?" tanya Taehyung memastikan.

Dan Shena hanya mengendikkan kedua bahunya tanpa melontarkan sepatah katapun. Dia bahkan sudah melangkah pergi ke dalam dapur.

Saat Taehyung ingin mendekati Shena untuk bertanya lebih lanjut, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari mitra kerja memaksanya untuk tetap duduk dan menatap layar ponselnya dengan pikiran yang cukup membebani dirinya.

Tidak lama, hanya sekitar tiga menit dia kembali menaruh atensinya kepada Shena. Dia kembali memikirkan perubahan sikap Shena.

Pagi ini terasa cukup aneh, padahal semalam Taehyung dan Shena masih saling bercerita hingga larut malam. Mereka juga bercanda, dan Shena memeluknya tanpa henti. Lalu kenapa pagi ini dia berubah?

Sepertinya Taehyung tidak melakukan kesalahan apapun. Saat bangun pun dia mencium Shena dan mengucapkan selamat pagi, lalu Taehyung mandi dan menghabiskan satu jamnya dengan menonton berita di ruang tengah.

Shena kembali menghampiri meja makan---tempat dimana Taehyung duduk di sana. Dia membawa sebuah piring berisikan dua roti bakar cokelat.

"Ini rotinya!" Dan lagi. Dia menaruh piring itu dengan cukup keras, hingga membuat Taehyung terkejut.

"SHENA-SSI!!!" Taehyung memukul meja makan sambil berdiri dari duduknya dengan rahang yang telah mengeras. Dan Shena sukses membola bersama dadanya yang naik karena dia begitu terkejut.

"Kalau kau sedang tidak ingin membantuku untuk menyiapkan sarapan, kau hanya perlu bilang. Aku tidak memaksamu." Dia menatap Shena dengan tajam.

"Aku bahkan bertanya tentang apa yang sedang terjadi denganmu saat ini. Tapi kau tidak menjawabnya," imbuh Taehyung lagi.

"Tidak ada yang terjadi," jawab Shena ragu dengan mata yang telah berkaca-kaca.

Dada Taehyung perlahan naik, seakan tengah meraup seluruh kesabarannya untuk tidak kembali meninggikan suaranya. "Lantas, beginikah cara terbaikmu untuk memperlakukan aku sebagai suamimu?"

Shena terdiam. Dia mematung tanpa melihat Taehyung.

Tidak sampai semenit, Taehyung pun meminum kopinya tanpa duduk kembali. Lalu dia mengambil rotinya sebelum dia melangkah pergi.

"Aku pergi ke Treefpunkt."

Dia meninggalkan Shena, namun setidaknya Taehyung masih tahu bagaimana cara menghargai seorang istri dengan baik.

***

Rapat pagi ini untuk membahas Treefpunkt berjalan cukup serius. Ada banyak catatan penting yang Taehyung berikan kepada Jowha, hingga sampai rapat selesai pun Jowha masih berdiri dengan bahu yang turun.

"Taehyung-ah, kenapa rencanamu banyak sekali untuk Treefpunkt? Menambah cabang di beberapa kota? Kenapa kita tidak fokus saja mengembangkan satu tempat ini hingga menjadi besar?" tanya Jowha.

"Agar menjadi lebih kaya," ujar Taehyung.

"Tidak boleh serakah," cerca Jowha dengan cepat.

Taehyung lantas menarik satu sudut bibirnya. "Aku menikahi Shena tidak untuk merencanakan kehidupan yang stagnan."

Jowha sukses membola mendengar ucapan Taehyung. "K-kau masih menganggap Shena sebagai keberuntunganmu?"

Sebelum menjawab, Taehyung mengendikan bahunya. "Shena menyukai uang," lalu dia pergi begitu saja, tanpa mempedulikan Jowha yang termenung---masih mencerna ucapan Taehyung.

AUGURYWhere stories live. Discover now