53| A Regret

516 97 63
                                    

Hailooo Genggie!

Iya, iya aku tau kalian pasti kesal dan bingung kenapa aku suka nge-ghosting🥲 Maaf ya? Maaf banget!🙏

Aku gak bermaksud untuk hilang dan gak nyelesaiin work ini lagi. Aku akan tetap menamatkannya, tapi memang makin kesini kehidupanku semakin hectic dan sulit untuk membagi waktunya:'

Mungkin beberapa minggu kedepan masih berantakan jadwal updatenya. Tolong dimaafin ya 🙏

Oke, selamat membaca genggie♡

Shena melambaikan tangannya sejak beberapa detik yang lalu, berjinjit seraya mengangkat sedikit dagunya kala atensinya masih tertuju pada sebuah mobil yang perlahan menghilang di penghujung jalan. Kemudian, sambil tersenyum senang ia menggesek kedua telapak tangan dan mengembusnya sebelum ia lekatkan pada kedua pipi yang hampir kaku karena hembusan angin musim gugur.

Dia pun melangkah untuk segera masuk ke dalam rumah yang sudah ia bayangkan akan terasa begitu hangat dan nyaman. Namun langkahnya membeku sejenak kala setangkai mawar merah menyambutnya di depan pintu rumah. Shena menggenggam mawar itu seraya dengan pelan menatap kembali penghujung jalan.

Bulan sabit yang menghiasi langit malam kala itu pun seakan tengah merefleksikan diri di wajah Shena. Dia tersenyum tipis, seindah bulan sabit yang tengah menjadi saksi kebahagiaannya malam ini.

Namun, sejemang Shena membatin pada dirinya sendiri.

'Kenapa Hejoon selalu menyempatkan diri untuk mampir ke rumahnya hanya untuk memberikan setangkai mawar di saat seperti ini?'

Ini sudah ketiga kalinya Shena pergi bersama Hejoon dan Luc di luar jam kerja. Dan setiap mereka pergi bersama, Hejoon tidak pernah lupa untuk tetap memberikan mawar merah yang Shena sendiri tidak mengerti entah bagaimana cara Hejoon memberikan mawar ini, padahal seharian ia terus bersama Shena.

Apakah Hejoon meminta bantuan kepada seseorang?

Di tengah dirinya yang masih kalut pada pertanyaan di benaknya, tiba-tiba saja dering ponsel menggema. Shena lantas menjawab panggilan itu setelah membaca nama pemanggil di layar ponselnya.

"Kakek?"

"Bae Shena, kau sedang dimana?"

"Tentu saja di rumah. Apakah kakek akan kesini? Sudah lama sekali kakek tidak bermain kesini."

"Bae Shena, apa kau baru saja bertemu Lee Taehyung?"

Shena terdiam sejemang dengan kerutan di keningnya yang tiba-tiba saja tercipta.

"Tidak. Aku tidak pernah lagi bertemu dengannya."

"Hm? Aneh sekali."

"M-maksud kakek?"

"Aku tidak tahu apakah berita ini penting untukmu, namun kurasa tidak masalah jika memberitahu padamu karena kau dengannya belum resmi bercerai. Lee Taehyung mengalami kecelakaan, dan lokasi kecelakaan itu tidak jauh dari rumahmu."

Shena kembali terdiam. Wajahnya begitu terkejut dengan mata yang membola.

"Aku akan memberi tahu info selanjutnya mengenai perkembangan Taehyung. Bukankah kau harus tahu demi kelancaran sidang perceraian kalian? Atau kau ingin ke rumah sakit? Nanti aku akan memberikan info lebih lanjut."

Panggilan pun terputus dalam keadaan Shena yang masih membeku.

Haruskah ia datang dan memastikan kondisi Taehyung secara langsung?

****

Seorang pemilik sepatu kets putih tengah berlari---menyusuri koridor rumah sakit dengan surai panjang terurai yang berkibas seirama dengan hentak kakinya. Napasnya terputus-putus kendati sepasang kaki itu semakin bertenaga untuk terus berlari hingga ia sampai pada tempat tujuan.

AUGURYOnde histórias criam vida. Descubra agora