3. Bukan Duniaku

2.5K 760 288
                                    

SESUAI JANJI VOTE 400 UPDATE

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SESUAI JANJI VOTE 400 UPDATE. SELANJUTNYA VOTE 450 KOMEN 220 DONG BUAT CHAPTER 4.

⭐⭐⭐

Jas hitam yang dikenakan langsung Bikasa lepas. Pria itu kini menyampirkan jasnya di bahu Shanika. “Seperti ini ‘kah pakaian manusia di zaman ini?” tanya Shanika penasaran.

“Benar, pakaian ini mengikuti orang-orang dari negeri jauh. Mereka sebangsa orang Portugis,” jelas Bikasa.

“Orang Portugis yang membuat perjanjian dengan Pajajaran?” Shanika mencoba menebak maksud Bikasa.

“Berdirilah, Putri. Aku antar ke tempat peristirahatan. Di sini terlalu banyak orang. Aku takut Putri takut melihat mereka.”

Shanika berdiri diikuti Bikasa. Gadis itu masuk ke dalam ruangan. “Apa ini?” tanya Shanika melihat tembok tembus pandang.

“Itu kaca. Kami menggunakannya agar cahaya bisa masuk ke dalam ruangan tanpa membiarkannya terbuka lebar,” jelas Bikasa.

Shanika menyentuh permukaan kaca. Dia mengetuknya dan tersenyum saat mendengar suara yang dihasilkan benda itu saat diketuk. “Ini keras,” komentarnya. Kini Putri cantik itu berjalan di dalam ruangan dan melihat perabotan yang ada di sana.

Dia menunjuk sofa. “Ini kursi?”

“Benar. Cobalah duduk di atasnya,” tawar Bikasa sambil berdiri di depan pintu balkon dan berkacak pinggang. Shanika menyentuh benda itu. Dia masih ragu untuk duduk di atasnya. Perlahan, dia mulai mendekat dan duduk di sana. Mata Shanika terbelalak.

“Bagaimana?”

“Ini terasa amat nyaman. Apa yang kau simpan di dalamnya?”

“Banyak hal yang Putri harus ketahui dari zaman ini.” Bikasa menghampiri. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Pria itu lekas berjalan ke meja dan mengambilnya.

“Obit! Kata Papa Albi cepat ke ruangannya. Kalau enggak, kamu dipecat jadi Manajer!” omel pria di seberang sana.

Bikasa menarik napas panjang. “Aku sedang ada urusan.  Mang Arta, tolong kali ini bilang sama Papa. Alasan apa pun. Katakan saja. Pokoknya aku enggak bisa ....”

“Kalau kamu enggak ke sini, Ibu yang ke sana buat jewer telinga kamu!” ancam suara wanita yang memotong kalimat Bikasa.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BIKASAWhere stories live. Discover now