32. Kabur Bersama

1.1K 421 307
                                    

Kereta Shanika meninggalkan keraton. Beberapa dayangnya dan pengawal mengikuti dengan berjalan kaki. Shanika melihat ke luar jendela. "Bikasa tidak menunggu di gerbang?" batinnya.

Dia tutup kembali jendela. Kemudian Shanika menutup mata. "Bikasa," panggilnya.

"Ada apa?" tanya seseorang. Shanika membuka matanya dan melihat Bikasa sudah duduk di samping.

"Ke mana saja kamu pergi?" tanya Shanika.

"Aku tadi pergi ke kabuyutan dekat kota ini. Tak tahu kenapa aku seperti dituntun ke sana. Aku bertemu dengan seorang resi. Dia menjelaskan aku tentang sesuatu. Terutama tentang kabuyutan di Jayakreta," ungkap Bikasa.

"Apa itu petunjuk?" tanya Shanika penasaran. Bikasa mengangguk. "Mau piknik denganku? Tapi sepertinya orang tuamu jangan sampai tahu," saran Bikasa.

"Kabur?" tanya Shanika menjelaskan maksud kekasihnya.

"Kan aku tegaskan tadi, piknik. Tapi diam-diam saja. Jangan beritahu siapa pun."

Shanika terlihat bingung. Dia usap pipi Bikasa. "Terakhir aku pergi, Kakanda mencariku dan Ibunda sakit-sakitan. Aku tak tega jika pergi tanpa izin mereka," keluh Shanika.

"Kalau begitu kita harus cari cara kamu bisa pergi dari sana dengan izin mereka," timpal Bikasa.

"Caranya?" tanya Shanika bingung.

"Aku sebut itu uniko alias usaha nipu kolot (orang tua)."

Mendengar istilah itu, Shanika tertawa. "Apa itu?"

"Apa hal yang bisa membuatmu pergi dari istana? Kegiatan atau mungkin sebuah urusan kenegaraan?" tanya Bikasa.

Shanika lama berpikir. "Biasanya aku pergi untuk memberi sesajen ke sungai dekat keraton sebagai simbol rasa syukur dan memang itu tugas putri yang belum menikah," jelas Shanika.

Tubuh keduanya agak terguncang karena kereta harus melewati jalanan agak berbatu. "Kapan itu?" tanya Bikasa.

"Harusnya setiap bulan purnama. Mungkin dua hari lagi. Aku hanya tinggal menunggu titah dari Maharaja. Tapi perjalanan dari sini ke Argaloka lumayan menyita waktu. Sepertinya harus diundur."

Bikasa tersenyum licik. "Tak perlu diundur, kita hanya tinggal memajukannya," saran Bikasa.

"Kenapa kamu banyak sekali akal, sih?" tanya Shanika bingung.

"Pokoknya kamu harus menjalankan apa yang aku titahkan. Ingat! Jangan sampai kamu terlihat sedang berbohong."

"Apa itu?"

Keduanya langsung membahas strategi tersebut. Tak lama kereta berhenti di dekat sebuah lapangan. Mereka akan menunggu sampai rombongan Raja dan Ratu kembali. Karena keadaan pakuan yang sedang genting akibat kerajaan luar mencoba menyerang, Raja dan Ratu tak bisa terlalu lama berada di negeri lain. Mereka harus lekas kembali setelah upacara pernikahan selesai.

Taktik itu dijalankan setelah di tengah perjalanan. Shanika meminta kereta berhenti dengan alasan hendak buang air. Dayang seperti biasanya membuat lubang galian. Shanika keluar setelah dayang memberi tahu tempatnya sudah siap.

Di luar, Shanika memanggil Bikasa agar keluar dari kereta. Di sana mereka berpisah, Shanika kembali ke kereta sedang Bikasa akan mulai melakukan siasatnya. Tak lama Shanika mengetuk-ngetuk kereta dengan kuat hingga menimbulkan suara gaduh. Penjaga yang bingung langsung meminta kusir menghentikan kereta dan memberi laporan ke rombongan paling depan.

Begitu pintu di buka, Shanika melotot. Dia sudah sering menonton tiktok dan sinetron hingga tahu artinya acting. "Kalian sudah berani melewati daerah kekuasaanku! Aku akan kutuk kalian semua!" bentak Shanika. Dia turun dari kereta sambil tertawa terbahak-bahak. "Kalian akan mati dalam perjalanan ini! Tiada yang selamat satu pun, kecuali kalian memberikan aku persembahan!" ancam Shanika.

Jelas penjaga di sana ketakutan. "Apa Putri kerasukan siluman?" tanya salah satu dayang.

"Kalian, para gadis sangat renyah untuk aku makan," tambah Shanika membuat suasana semakin menyeramkan.

Dayang sepuh bingung. "Putri, apa yang sebenarnya terjadi? Hamba mohon sadarlah," pinta wanita itu.

Tak lama Raja, Ratu dan Bayanaka datang. "Ada apa ini?" tanya Raja Argaloka, Birawa.

"Kau! Jangan harap di sini kau bisa berkuasa. Bisa-bisanya kalian melewati lembah ini tanpa izin dariku!" tunjuk Shanika. Dia menunjuk semak dan tiba-tiba semak itu terbakar. Semua di sana histeris ketakutan dan saling berpegangan tangan.

"Anakku, ada apa dengan dirimu?" tanya Yarima. Dia melihat para dayang yang juga terlihat bingung. "Bagaimana bisa kejadian seperti ini terjadi? Apa yang kalian lakukan?" tanya Yarima.

"Maaf, Gusti permaisuri. Putri setelah pamit untuk kala hajat tiba-tiba seperti itu."

Yarima melihat dengan khawatir putrinya. "Apa yang nyai inginkan?" tanya Birawa.

"Berikan aku sesajen dan aku ingin gadis ini yang memberikannya!" tegas Shanika.

"Ke mana sesajen itu aku simpan?" tanya Birawa.

"Di bawah lembah ini ada sungai. Biarkan gadis ini membawanya ke sana sendirian tanpa penjagaan. Jangan berbohong, karena aku tahu semuanya!"

Di saat itu petir menggelegar padahal langit tidak mendung sama sekali dan tiada awan di atas sana. Tentu api dan petir itu Bikasa yang membuat dengan kekuatannya. Jelas semakin percaya saja rombongan itu. Shanika pura-pura terkapar. Bayanaka meraih tubuh adiknya. Tak lama Shanika membuka mata.

"Kakanda," panggil gadis itu bingung.

Esok harinya rencana Bikasa mulai memperlihatkan hasil. Sebelum memasuki batas Argaloka, Shanika diminta membawa sesajen ke sungai. Penjaga hanya mengantar sampai setengah jalan dan Shanika harus meneruskannya sendirian. Sebagai jaga-jaga, Bikasa mengeluarkan ebuh Jayakreta yang bisa membuat orang biasa tertidur lama dan berhalusinasi. Para penjaga dan dayang itu langsung pingsan dan terbaring di tanah.

Setelah merasa jauh dari penjaga, barulah Shanika memanggil Bikasa. Pria itu muncul di hadapan. "Kita pergi sekarang," ajak Bikasa.

Shanika mengangguk. Saat itu Bikasa langsung menghadap ke arah hutan. Dia mulai membaca mantra "Catra barkah angsoka upadana widyuta!"

Dan seketika ebuh lain muncul dan menghilang kembali. Hutan yang lebat itu berubah menjadi sebuah istana besar yang terbuat dari bebatuan yang disusun dengan cara menyambung agar saling mengikat.

"Ayo!" ajak Bikasa menuntun Shanika.

"Kita akan pergi ke makam tempat aku menemukan permata itu?" tanya Shanika.

"Benar. Kalau waktu di masa depan kembali normal seakan kamu tak pernah datang, harusnya permata itu kembali ke tempat semula. Pedangku juga di zaman ini pasti masih ada di sana."

Dari istana mereka harus keluar gerbang. Shanika merasa seram sendiri. Bikasa menuntunnya di depan. Begitu hening tempat itu hingga binatang hutan tak terdengar. Di gerbang yang tinggi dengan pintunya yang sudah jatuh ke tanah terlihat banyak tengkorak manusia hingga membuat Shanika memegang erat tangan Bikasa dan menutup mata. Saat pertama kali ke sini, entah apa yang membuatnya tak sadar akan pemandangan mengerikan ini. Dia hanya melihat megahnya istana Jayakreta dan juta kabuyutannya.

Bau anyir tercium. Bikasa mulai semakin waspada. "Awuntah ada di sini dan pasti dia akan berusaha menghentikan kita tiba di kabuyutan," ungkap Bikasa.

💐💐💐

💐💐💐

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BIKASAWhere stories live. Discover now