11. Asal Usul Bikasa

1.6K 537 540
                                    

Gerbang Jayakreta tertutup. Seketika baik Bikasa dan Shanika kembali ke dimensi nyata. Shanika duduk dengan lemas di sofa kamar pria itu. "Sebenarnya siapa siluman itu? Kenapa dia harus menjebakku? Apa dia tidak kasihan atas ramalan yang jatuh padaku?" tanya Shanika bingung.

Bikasa berpindah berhadapan dengan Shanika. Dia duduk di meja agar posisi tubuhnya dan Shanika tak terhalang. Diusap rambut gadis itu. "Mau aku ceritakan tentang latar belakangku?" tanya Bikasa.

Shanika mengangguk. Gadis itu membuka mata bulatnya. Dia selalu terlihat manis dengan wajah putih bersih dan pipi agak tembam. Rambutnya yang malam itu terurai jatuh lurus hingga melewati bahu. Bibir merah mudanya bergerak-gerak lucu hingga selalu memancing kekaguman Bikasa.

"Semua kerajaan di tatar Sunda ini menjadi kerajaan daerah di bawah kekuasaan Sunda dan Galuh atau kita sebut Pajajaran, benar?" tanya Bikasa.

Hal itu diiyakan oleh Shanika. Bahkan Argaloka pun sama. Kedudukan ayahnya dalam kerajaan memang seorang raja. Namun, di hadapan kerajaan utama menjadi seorang rakryan.

"Jayakreta dulu pun begitu. Kami hidup layaknya kerajaan lain yang berpindah berganti lahan garapan. Tidak heran kalau keraton pun sama-sama dibangun layaknya rumah panggung besar. Namun, kakek buyutku, Witaradya tak menerima keadaan itu. Akhirnya kami memutuskan untuk menyembunyikan diri di atas lahan tanah subur. Sejak itu, kami menetap tak seperti kerajaan di tanah Sunda lainnya. Istana dibangun dari batu gunung layaknya istana milik kerajaan jawa," jelas Bikasa.

"Bagaimana caranya kalian menyembunyikan diri dari kerajaan lain?" tanya Shanika bingung.

"Dengan kabut ghaib hasil pertapaan kakek buyutku. Dengan kabut itu, orang sekitar hanya akan melihat sebuah gunung besar dan tidak bisa didaki. Namun, kalau bisa menembusnya terlihat istana megah dan juga perkampungannya. Negara masyhur tanpa harus membayar pajak pada negara lain."

Mendengar itu Shanika terlihat kagum. "Lalu apa yang terjadi dengan kerajaan itu? Saat aku datang ke sana di abad 16, istana sudah porak-poranda. Bahkan aku melihat tulang belulang berserakan. Rumah-rumah hancur dan gerbang istana hampir roboh. Tersisa istana megah dari batu itu saja."

"Untuk sampai ke sana perlu kita runut kejadiannya. Jayakreta semakin maju hingga memasuki masa kejayaannya di bawah pimpinan kakekku Anjaya. Begitu pun saat ayahku Widyuta naik takhta. Putri tahu saat itu ada larangan yang tidak boleh dilakukan raja?" tanya Bikasa.

"Iya. Memperlakukan secara tidak baik pemuka agama, melanggar tabu terhadap estri larangan, membunuh, merampas, tidak berbakti pada orang tua, mengutamakan kemewahan, serta terlalu mengikuti hawa nafsu." Shanika mengangkat satu per satu jemarinya.

"Lalu apa yang terjadi kalau sampai raja melakukannya?"

"Menurut Carita Parahyangan, maka negara akan mengalami kesengsaraan."

Bikasa mengangguk. "Putri tahu apa itu estri larangan?"

"Wanita yang telah menerimanya lamaran, seorang wanita dari jawa dan ibu tiri." Shanika mempelajari adab kerajaan dan tentu tahu isinya.

"Ayahku memaksa menikahi Ratu Prasasya, padahal saat itu ibuku sudah menerima lamaran seorang mentri," ungkap Bikasa.

Shanika tertegun. "Akhirnya negaramu terkena kutukan."

"Benar, larangan yang membuat siluman ular mampu menembus perlindungan yang didapat kakek buyutku dalam pertapaan. Akhirnya siluman itu menghasut ayahku. Membuat ayahku mengikuti hawa nafsunya dengan menarik pajak besar, mengusir tetua dan juga pembuka agama yang tidak setuju dengan kebijakannya. Ibuku merasa bersalah. Dia melalukan protes dan dianggap telah berkhianat. Ayahku marah dan memberinya hukuman mati setelah purnama ke lima. Saat itu ibuku tidak tahu kalau dalam perutnya ada aku."

BIKASAWhere stories live. Discover now