36. Reinkarnasi lainnya

1.4K 425 375
                                    

"Wah! Ternyata Jayakreta memang jaya, ya?" puji Shanika saat mereka tengah berjalan-jalan di pasar. Dari cerita yang diungkap oleh Anjaya, Prasasya sering ke pasar untuk jualan.

"Iya, dulu seramai ini dan sungguh heran semuanya lenyap dibantai oleh rajanya sendiri," timpal Bikasa.

Sebelum masuk ke keramaian, mereka sempat mengganti pakaian. Dari mana? Tentu "meminjam" ala Bikasa. Meski Shanika bingung karena sama saja dengan mencuri, apalagi mengambil tanpa izin. Namun, Bikasa tetap berdalih dia hanya meminjam karena nanti akan dikembalikan setelah dicuci. Sedang pakaian kerajaan mereka disimpan di tempat aman di tengah hutan.

"Kalau menawar tolong berikan harga wajar. Memang kau pikir kain ini ada dengan sihir? Kami menenun sendiri!" omel seorang pedagang kain. Bikasa datang ke lapak itu karena memang hanya beberapa penjual wanita. Tiba di tempat, Bikasa menaikkan alisnya. "Apabila kisanak tak mau, silakan cari pedagang lain. Aku tidak menjual dengan semurah itu," tambah penjual.

"Dia? Prasasya?" tanya Bikasa hingga mengerut dahinya.

"Memang kenapa?" tanya Shanika bingung.

Dari kakeknya dia mendengar jika Prasasya terkenal akan kecantikannya hingga termasyhur ke seluruh Jayakreta dan menjadi rebutan seorang putra mahkota dan mentri. Namun, Bikasa hanya melihat wajah ibunya, Hatala Cahaya Cerah. "Itukan Ibu," celetuk Bikasa.

"Memang itu ibumu, kan?" tanya Shanika bingung.

"Aku pikir kalau di zaman ini aku lahir dari seorang Ibu secantik miss universe," keluhnya.

"Apa itu?" tanya Shanika bingung. Dia memakai kemben dari kain berwaran merah dan sinjang hitam polos layaknya rakyat biasa di zaman itu. Bahkan rambutnya disanggul ke atas.

Bikasa maju ke depan. "Apakah Nyai bernama Prasasya?" tanya Bikasa.

"Apakah kisanak salah satu lelaki yang mengejarku?" terka Prasasya.

"Maaf, Nyi. Aku punya kekasih, ini orangnya," Bikasa menunjuk Shanika.

"Lalu ada apa gerangan Aki ke mari?" tanya Prasasya.

"Aku ingin mengajak Nyai untuk bicara akan sesuatu. Aku mendapat wangsit tak lama akan datang seorang pria gagah dengan beberapa orang pengawalnya. Dia akan menanyakan harga kain dan meminta Nyai menerima perasaannya. Terima saja, dia pangeran mahkota kerajaan ini," ungkap Bikasa.

"Kau mengetahui kabar itu darimana, Ki?" tanya Prasasya. Jelas terlihat dari ekspresi wajah, dia sendiri tak percaya dengan ucapan Bikasa.

"Pegang tanganku, dan akan aku tunjukkan padamu. Jangan pernah menerima lamaran dari seorang mentri. Hidupmu akan berakhir menderita." Bikasa ulurkan tangannya.

"Jangan berdusta. Apa yang kau katakan hanya bualan semata. Tidak ada manusia yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan."

"Bagaimana jika manusia itu dari masa depan?" timpal Bikasa. Dia mengerti tentang sebuah naskah yang pernah ia baca. Naskah kerajaan Jayakreta berisi tentang seorang penjelajah waktu dan sekarang Bikasa tahu siapa itu, dirinya.

Bikasa paksa pegang tangan Prasasya sesuai dengan bayangan yang Kakeknya berikan. Saat itu Prasasya terbelalak. Bayangan akan masa depan tergambar dalam pikiran. Ketika Bikasa melepas tangannya, Prasasya tertegun.

"Lakukan demi masa depanku, Bu," ucap Bikasa dia lalu menuntun Shanika pergi dari sana. Prasasya menatap lurus ke arah Bikasa pergi.

"Sang Rumuhun, apa yang telah aku lihat tadi? Apakah itu takdir atau hanya mimpi semata?" tanya Prasasya melihat dirinya didandani dan disembah layaknya seorang Ratu kerajaan.

BIKASAWhere stories live. Discover now