9. Petunjuk

1.6K 582 213
                                    

"Sepertinya aku lapar lagi," keluh Shanika sambil memegang perutnya.

"Apa yang Putri ingin makan?" tawar Bikasa.

Shanika menaikkan bola matanya. Dia terlihat mengawang. "Bisa kita makan ayam lumpur lagi?" pintanya.

Bikasa terkekeh. "Makanan itu tidak sehat. Aku akan masakan sesuatu. Ayo kita turun!" ajak Bikasa.

Shanika turun dari tempat tidur. Dia ikuti Bikasa dari belakang. Dikenakan sandal jepit agar dia tidak merasa telapak kaki menjadi dingin.

Mereka turun ke dapur. Bikasa baru selesai mandi. Dia kenakan kimono dan celana pendek. Rambutnya masih setengah basah. Dari tangga, mereka memutar ke arah belakang, masuk ke lorong dan membuka salah satu pintu. Barulah mereka sampai di dapur.

"Duduklah!" Bikasa menarik kursi makanan. Shanika duduk di sana. Gadis itu melirik ke seluruh sisi. Dapur dalam bayangannya adalah tempat dari kayu di mana ada hawu alias perapian dari batu. Asap mengepul ke mana-mana dan ada dayang yang telah sepuh dan penuh pengertian akan makna masakan.

Namun, dapur ini begitu bersih. Ada seorang pria tampan yang membawa sebuah benda bulat yang memiliki gagang. Dia simpan benda itu di atas meja dan menekan-nekan bagian meja itu. Terdengar suara bip. Bikasa menuang minyak ke atas teplon. Lama kelamaan minyak itu mulai berbunyi karena panas.

"Tunggu! Kenapa tidak ada apinya?" tanya Shanika bingung.

"Mesin!" Bikasa selalu mengeluarkan kata andalan yang sama.

Shanika membuka mulut dan terlihat dia mulutnya mengeluarkan suara, "Wow!"

Shanika membuka mulut dan terlihat dia mulutnya mengeluarkan suara, "Wow!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bikasa menggoreng telur di sana. "Aku tahu itu! Telur ayam!" seru Shanika.

"Betul. Dan ini?" Bikasa menunjukkan daging yang masih ada dalam Styrofoam.

"Daging lembu?"

"Iya. Kita masak ini dengan bumbu tabur yang aku bilang steak. Aku buat sausnya juga," tambah Bikasa.

"Saus? Apa itu?"

"Ingat waktu makan ayam lumpur? Putri memakannya dengan cairan merah?"

Shanika mengingat-ingat. "Oh, yang itu!"

"Benar. Hanya saja warnanya tidak merah. Tapi .... Bikasa bingung menyebut nama cokelat. Seperti gula kelapa sebelum mengeras."

Shanika mengangguk. Dia putuskan tidak bertanya banyak soal zaman ini. Hanya akan membuat bingung. Dia perhatikan apa pun dan memahami sendiri.

Selesai menggoreng telur, Bikasa panggang daging di atas panggangan. Setelah warna bagian atas berubah, dia angkat dan tiriskan sebelum dimasukkan dalam oven. Yakin daging sudah matang, baru dikeluarkan dan disimpan di atas piring. Tak lupa dibelah menjadi dua untuknya dan Shanika.

Bikasa menyimpan dua piring di atas meja. Dia keluar dari dapur dan duduk di depan Shanika. "Minumnya, Pangeran!" seru Shanika. Bikasa kembali berdiri dan pergi ke kulkas. "Aku tidak mau minuman yang ada semutnya," keluh gadis itu.

BIKASAWhere stories live. Discover now