42. Ganti Status

2.5K 487 269
                                    

"Kamu masih ingat, gak? Waktu kecil dulu, kita pernah jatuh ke kolam ikan berdua?" tanya Bikasa.

"Waktu itu, kamu mau nunjukin aku kaos dari kebun binatang, kan?" tanya Shanika.

Bikasa menganggukkan kepala. "Tapi kita waktu itu sering sama-sama, kan? Pergi mengaji sama-sama, main juga bersama. Ingat kalau jajan kita bagi berdua?"

Shanika terkekeh. "Aku yang jajan dan kamu minta," ralat Shanika.

Bikasa ikut tertawa. "Waktu itu aku masih bocah belum punya penghasilan, Sha," timpal Bikasa.

Saat itu mereka duduk di atas dahan pohon yang tumbang, menatap lurus ke arah sisa bangunan istana Jayakreta yang sebagian sudah terkubur tanah. Jayakreta hilang karena letusan gunung berapi. Pada akhirnya bukan Awuntah, alam sendiri yang melakukan seleksi.

"Sekarang?" tanya Shanika.

Bikasa menatap ke arah Shanika. "Lihat aku, Sha," pinta pria itu.

Shanika beralih pandangan. "Sekarang aku sudah kerja, punya uamg sendiri. Kalau dulu kamu sering jajanin aku, sekarang biar aku yang nafkahin aku. Sha, maukah kamu kayak dulu sama aku? Kalau dulu kita tercebur dalam kolam bersama, bagaimana kalau kini kita menempuh rumah tangga bersama?" ungkap Bikasa.

Shanika tertegun. Dia tatap Bikasa dengan mata berkaca-kaca. "Ini beneran?" tanya Shanika.

"Aku kalai bercanda gak akan bawa ini, Sha." Bikasa memperlihatkan sebuah kotak cincin. Dia buka kotak itu dan mengeluarkan isinya. Dia sematkan cincin itu di jari manis kanan Shanika. "Menikah denganku, Shanika Ananta Kusuma?" tanya Bikasa lagi.

"Tapi aku cuman cleaning service. Aku juga bukan dari keluarga bangsawan. Pasti orang tua kamu gak setuju," alasan Shanika.

"Aku sudah bilang, habis nikah kamu akan jadi Nyonya Room Division Manager, bukan cleaning service lagi. Masa aku suruh kamu tetap kerja. Terus, sekarang gak zaman istilah bangsawan sama rakyat jelata. Ini negara republik, bukan kerajaan. Selanjutnya, Ibu aku yang suruh aku cepat nikahin kamu. Katanya dia gak mau punya menantu dikasih DP lebih dulu.

Katanya dia mau kamu buru-buru kasih cucu. Dia gak bilang nyuruh aku nikah, tapi nyuruh aku nikahi Shanika. Papa juga begitu, katanya kapan jadiin Shanika jadi Nyonya Alvian ke dua setelah Hatala," jelas Bikasa.

Shanika manyun. "Jadi kamu lamar aku karena orang tua kamu nyuruh?" tanya Shanika.

Bikasa tertawa. "Aku juga sudah ingin nikah. Masa sendiri terus. Tante aku yang seumuran aku bahkan sudah hamil," keluh Bikasa.

Shanika tertawa. Dia peluk Bikasa dengan erat. "Aku mau, kok. Tapi janji sama aku. Sama karyawan jangan terlalu galak. Kamu sudah ganteng gini, ketutup sama galaknya," pinta Shanika.

Tangan Bikasa mengusap rambut kekasihnya. "Aku sengaja, biar mereka gak berharap banyak dengan aku. Karena aku sudah milih kamu, jadi aku bikin gadis-gadis di hotel jaga jarak. Aku harus jaga hati kamu juga soalnya," alasan Bikasa.

Ballroom hotel saat itu penuh dengan bunga putih. Wanginya semerbak. Meja dan kursi tamu dihias dengan warna senada. Pelaminan tinggi dan megah terhiasa bunga-bunga dan taman di depannya. Sama sekali tak terbayangkan oleh Niranjana, anak pembantunya kini menjadi istri dari atasannya.

"Anak pembantu itu pasti akan balas dendam sama aku! Kalau gini caranya, mendingan aku mundurin diri saja! Harusnya aku yang menikah dengan Bikasa! Bukan malah menyiapkan pernikahan anak pembantu itu!" omel Niranjana. Dia harus menahan tangis dan kesedihan pun rasa cemburu.

Bikasa duduk di kursi pelaminan sambil duduk menghadap paman Shanika. Gadis itu selama ini tinggal dengan nenek dan kakeknya. Setelah kakek dan neneknya meninggal, Shanika ikut dengan paman dan bibinya yang tak punya anak. Dia diangkat sehingga terbiasa memanggil mereka dengan sebutan ayah dan ibu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BIKASAWhere stories live. Discover now