24. Dua Waktu

1.1K 409 355
                                    

Acara itu diadakan di ballroom hotel Heltivian. Ballroom megah dengan dinding dari marmer berwarna biru laut dan ornamen khas Eropa yang dilapisi cat emas. Langit-langitnya tinggi berplafon putih bersih dan terhias lampu-lampu klasik. Di dalam ballroom berbaris banyak meja persegi panjang dengan kursi-kursi mengelilingi. Sedang barisan depan berupa sofa dengan meja kaca di depannya, khusus para petinggi hotel. Termasuk sebuah sofa couple merah untuk General Manager.

Bikasa turun di parkiran. Dia bantu Shanika keluar dari mobil. Hari ini Bikasa mengenakan jas Navy dengan dalaman kemeja putih. Dia terlihat gagah dengan pakaian seperti itu. "Apakah di dalam nanti aku tidak akan terlihat bodoh, Bi?" tanya Shanika masih ragu. Walau sudah berani bertemu banyak orang, Shanika belum percaya diri kalau dalam waktu yang lama. Apalagi dia harus duduk di antara mereka.

"Cukup tanyakan padaku sebelum melakukan sesuatu, ya?" saran Bikasa.

Saat masuk ke dalam saling menuntun, pasangan itu kembali menyita perhatian. Shanika selalu terlihat manis dengan gaun putih dari brokat. Meski potongannya sederhana dan klasik, tetap terlihat mewah di tubuh wanita itu.

 Meski potongannya sederhana dan klasik, tetap terlihat mewah di tubuh wanita itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Masuk ke dalam ballroom di lantai bawah, keduanya disambut para staf. Kabar kedatangan Shanika tiba di telinga Niranjana. Wanita itu berbalik masih dengan posisi duduk. Melihat Shanika begitu dihormati, dia langsung timbul jiwa dengki.

"Dasar wanita miskin! Dia berharap jadi Cinderella? Lihat saja! Aku bongkar kebohonganmu di depan semua orang!" batin Niranjana.

Candrakusuma bisa melihat tatapan tajam wanita di depannya. Dia tersenyum kemudian memalingkan pandangan ke arah Bikasa dan Shanika. "Jadi wanita itu yang membawa keberuntungan?" batin Candrakusuma.

Bikasa masih menuntun Shanika melangkah di atas karpet merah di lantai ballroom itu. Candrakusuma bangun pun Niranjana. Mereka memberi hormat pada keduanya.

"Saya ucapkan selama datang kepada Nona calon menantu keluarga Alvian," sambut Niranjana.

"Terima kasih banyak, Nona," jawab Shanika.

Mata gadis itu sempat melirik ke arah Candrakusuma. "Saya turut ucapkan selama datang, Nona," ikut Candra. Shanika mengangguk. Bikasa semakin erat memeluk pinggang Shanika. Melihat itu, Niranjana semakin kesal. "Maafkan atas kelalaianku di awal pertemuan kita. Saya tidak tahu kalau Anda calon istri Tuan Alvian," ucap Candrakusuma lagi.

"Tak perlu dibahas. Lain kali jauhi milikku!" tegas Bikasa lekas menuntun tangan wanita itu.

Niranjana tersenyum kecut. "Kamu jatuh hati pada wanita palsu itu? Apa kaugila?" tegur Niranjana.

"Hanya saja ada yang bilang padaku, dia membawa kekuasaan dan keberuntungan. Aku penasaran akan itu," jawab Candrakusuma.

Tak lama Albi dan Hatala datang dan diiringi Amarta di belakang. Pasangan itu banyak menerima sambutan karena merupakan pemilik dan atasan tertinggi di hotel. Albi diantar staf untuk duduk di sofa utama. Bikasa dan Shanika berdiri memberi hormat pada kedua orang itu.

BIKASAWhere stories live. Discover now