10. Catatan

1.7K 571 327
                                    

Mohon komentar dan votenya 🙏. Mohon sekali. Makasih banyak.

❤️❤️❤️

Kamar Shanika terlihat sepi. Bikasa pikir gadis itu mungkin sudah tertidur pulas. Dia merasa nyaman berbaring di kasur empuk hingga berguling ke berbagai sisi. Awalnya masih terdengar suara tawanya menggema. Kini hanya keheningan.

Bikasa berjalan meninggalkan pintu kamar itu menuju ruang kantornya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bikasa berjalan meninggalkan pintu kamar itu menuju ruang kantornya. Dia harus mencari suatu jawaban atas apa yang dilihat saat makan malam tadi. Pintu berdaun satu dengan rangka hitam dia buka kemudian tutup kembali. Pria itu memijiti tengkuk dan duduk di kursi kerja. Bikasa ingat menyimpan foto beberapa naskah lontar yang diambil di Jayakreta.

Naskah itu ditulis oleh sekretaris kerajaan dan merupakan catatan sejarah raja-raja Jayakreta seperti jurnal, ataupun temuan. Kebetulan ada satu catatan yang mengusik batin Bikasa.

Tidak ada pengampunan bagi yang mempermainkan waktu. Apa yang sudah menjadi kehendak tidak bisa diubah

Tangan Bikasa gemetaran. Shanika datang dari masa lalu ke masa ini. Di masa ini, gadis itu tak terlahir. Artinya ada kemungkinan, dia memang dikutuk tidak bisa berinkarnasi atau memang Shanika telah hilang dari sejarah di masa lalu. Namun, kedua pilihan itu membuat Bikasa takut. Kedua berarti mereka tak mungkin bisa bersatu. Ketiadaan Shanika dalam sejarah, artinya terhapus sudah kehidupannya. Dan mungkin itu yang membuat Shanika sempat menghilang.

"Aku harus bagaimana?" batin pri itu. Dia memijiti kepala yang pusing. Ponselnya berdering dan dia sudah tahu itu dari Mauvee. Mereka sudah janji akan bertemu, tetapi Bikasa tidak memenuhi. Dia terlalu sibuk dengan pikiran akan nasih Shanika.

"Ada apa?" tanya Bikasa.

"Katanya mau ke sini. Aku sudah pusing-pusing mencari pelakunya. Kamu malah meremehkannya hasil temuanku," keluh Mauvee.

"Iya. Jadi di mana senjata itu dibeli?" tanya Bikasa.

"Ini senjata bekas. Bisa dibilang pinjam sewa," jawab Mauvee.

"Artinya kamu enggak bisa lacak siapa pelakunya, 'kan?" terka Bikasa.

"Aku tahu. Aku sudah temukan manusia sialan itu!" tegas Mauvee.

"Ayolah, kenapa kamu anggap ini serius. Itu hanya airsoft gun. Lagian kena pun kamu enggak apa-apa." Bikasa menekan tombol next di laptopnya.

Mauvee mendengkus. "Masalahnya harga diri. Aku diserang secara mendadak tanpa melakukan kesalahan. Dia bukan dari tim kita. Mana mungkin tiba-tiba menembak."

"Salah sasaran. Dia pikir kamu masuk ke kelompoknya," terka Bikasa mudah.

"Tapi karena itu aku jadi kalah!" Mauvee menggebrak meja.

"Kamu ini sudah dewasa, terima saja. Lagian kita bisa tanding ulang kapan hari. Terus ...." Bikasa tertegun melihat isi catatan dalam bahasa Sansekerta. Tentu ini tak lazim karena catatan lain ditulis dalam bahasa Sunda kuna.

BIKASAWhere stories live. Discover now