38. Rahasia Awuntah

1K 424 210
                                    

Lembah ini berada di kedalaman hutan. Dari kejauhan pun tercium bau busuk yang menusuk hidung hingga membuat isi perut terasa terkocok. Cahaya matahari tak dapat menembus akan rimbunnya pepohonan tinggi di sekitarnya. Tanaman paku tumbuh bersama dengan belukar dan tanaman rambat lainnya. Tak terlihat jalan menuju dasar lembah. Hanya jika melangkah di antara pepohonan, bisa ditemukan bangkai, tengkorak hingga darah yang menetes pada dedaunan.

Awuntah hidup di dalam gua di dasar lembah itu. Dia memangsa tubuh manusia dan haus akan darah. Hanya saja di sekeliling gua terdapat pengadang yang membuat tubuh Awuntah tak bisa keluar dari sana sehingga dia memerintahkan sukmanya menghasut manusia agar mau bersekutu dan membantunya bebas, termasuk datang ke sini.

Sebelumnya dia dikalahkan oleh Witaradya dan dipenjara dalam permata. Permata merah yang dipecah menjadi tujuh kemudian disebar di berbagai penjuru. Balabah, seorang mantri yang ingin mengusai kerajaan mengetahui tentang makhluk yang bisa memberikannya kekuatan. Sehingga dia kumpulkan permata itu secara diam-diam. Ketika permata terkumpul, Awuntah masih belum bisa keluar, tapi sukmanya bebas berkeliaran. Di sana Awuntah mulai menguasi pikiran Balabah.

Tepat ketika kehancuran Jayakreta, Balabah selamat atas bantuan Awuntah. Dia mengetahui kalau permata itu hanya bisa dibuka oleh wanita yang memiliki keterkaitan benang jodoh dengan keturunan Witaradya. Namun, dia sudah menghabisi Prasasya karena takut akan kehadiran Bikasa, sebagai keturunan baru Witaradya.

Bertahun-tahun Awuntah dan Balabah menunggu saat Shanika lahir. Dia pun yang mempengaruhi Candrakusuma dengan menjanjikan tahta. Terbukti, tak lama kakak Candra yang harus naik tahta meninggal karena wabah. Untuk itu Candrakusuma rela menjadi hamba Awuntah yang baru.

Pangeran itu menggoda Shanika, memasukkan mantra pengikat sesuai dengan anjuran Awuntah hingga Shanika bisa dirasuki pikirannya dan datang ke Jayakreta. Di sana tubuh Awuntah lepas dan Balabah bisa keluar dari ebuh.

Seorang petapa yang seharusnya menjadi salah satu penasihat Bikasa menggunakan kemampuan tingkat tingginya dengan memenjarakan Awuntah di lembah gelap (poek). Balabah sempat melawan demi mengeluarkan Awuntah, sayang dia tewas akibat ilmunya sendiri yang bebalik saat menyerang petapa itu.

Awuntah geram. Dia tahu suatu hari nanti keturunan Witaradya akan kembali lahir. Sayang karena karmanya, Widyuta kehilangan kemampuan. Dia terus melakukan banyak cara menghasut manusia agar Bikasa tak bisa lahir di masa depan. Takdir berkata lain, Tala berhasil menyelamatkan diri dan Bikasa lahir kembali.

Namun, tanpa Shanika, Bikasa tak bisa memasukkan Awuntah dalam permata. Karenanya, ular itu berencana menghasut Shanika agar melakukan moksa sehingga tidak terlahir kembali.

Awuntah pun tak tahu jika mantra diucapkan saat memegang permata, benang jodoh Shanika dan Bikasa akan tersambung hingga wanita itu tertarik ke masa depan di mana jodohnya berada. Di sana Awuntah mulai panik. Awuntah pikir dia akan kembali ke masa lalu dan menghalangi sang petapa datang ke Jayakreta agar tubuhnya bisa lepas dan mengulang rencana. Ternyata betapa saktinya mantra itu hingga di masa lalu pun Awuntah tetap terpenjara di dalam lembah.

Kini waktu harus kembali seperti awalnya. Awuntah tak bisa mengkhianati takdir. Dia berhadapan dengan dua keturunan pria kuat yang dulu menghancurkannya.

"Aku tak tahu, selama ini aku hanya mengikuti perintahnya saja," jawab Candrakusuma dengan suara gemetaran akibat takut.

"Lalu bagaimana bisa kamu ke sini? Kamu harusnya berasal dari masa yang sama dengan Shanika," tanya Bikasa lagi. Candrakusuma menunjukkm Awuntah. "Jadi makhluk itu benar bisa menembus waktu. Makhluk licik diberikan kemampuan malah dia gunakan untuk menghancurkan manusia!"

"Bagaimana caranya?" pikir Bikasa. Dia melihat permata di tangan. "Jika Shanika bisa melepaskan permata, artinya yang berhubungan dengan permata itu adalah calon ratu. Maka ...." Bikasa menatap Prasasya. Dia berlari ke arah wanita itu dan memberikan permatanya.

"Sha, kamu ingat mantra apa yang Awuntah ajarkan padamu saat memegang permata ini?" tanya Bikasa.

Shanika mengingat. "Itu setahuku mantra pembuka. Dari kitab yang aku baca ada dua mantra pengunci dan pembuka. Aku hafal mantra pengunci itu," ucap Shanika.

"Ajarkan mantra itu pada ibuku," pinta Bikasa.

Shanika menganggukan kepala. Dia ajarkan mantra pengunci pada Prasasya. Selesai Prasasya mengucap, permata itu bersinar terang dan Awuntah memekik kesakitan. Bekas sayatan pedang Widyuta memunculkan luka di tubuh Awuntah. Ular itu tumbang.

Widyuta tak menunggu waktu lama. Dia potong tubuh Awuntah dan lehernya. "Nyi, bawa permata itu ke mari," pinta Widyuta. Prasasya berlari mendekati Widyuta. Dia masih merasa ngeri melihat darah hijau segar dan lendir muncul dari tubuh ular itu. Sisiknya begitu bau amis. Seperti ada cairan mendesak keluar menuju kerongkongan wanita itu. Widyuta menuntun Prasasya maju. Tubuh Awuntah tertarik ke dalam permata dan terkunci di sana.

Bikasa duduk dengan lega di atas rerumputan. Keringatnya bercucuran. Shanika ikut duduk di sampingnya. "Semuanya telah berakhir, kan?" tanya Shanika.

"Belum, permata itu harus dihancurkan lebih dulu."

Dengan pedang petir, Widyuta memecah kembali permata sehingga sukma Awuntah ikut terpenjara pula di sana. Pecahan itu Widyuta ambil. "Ini harus dibawa sejauh mungkin agar ular itu tak kembali. Aku akan membuangnya hingga ke luar dari Jayakreta. Tapi, manusia itu harus dikembalikan ke masa depan," tunjuk Widyuta pada Candrakusuma.

Bikasa tersenyum licik. Aku punya ide yang lebih menyenangkan untuknya.

"Tolong, jangan!" teriak Candrakusuma saat Bikasa menariknya ke dalam goa.

"Aku tak peduli bagaimana kamu bertahan hidup. Mati di sana pun bukan urusanku. Perbuatanmu sungguh tak bisa diampuni." Bikasa runtuhkan pintu gua dan giliran Widyuta menutupnya dengan mantra. "Satu-satunya manusia yang tahu masalah ini akan diam di sana selamanya," komentar Bikasa.

"Dia akan berinkarnasi suatu hari nanti," timpal Widyuta.

"Menjadi seekor binatang. Begitu aturannya, kan?" Baik Bikasa dan Widyuta saling tatap dan tersenyum. Tiba-tiba saja tubuh Bikasa memudar.  Bikasa tersenyum. "Sudah waktunya aku kembali ke tempatku," ucapnya.

"Kita akan bertemu kembali, putraku," jawab Widyuta.

Tak hanya Bikasa, Shanika pun mengalami hal yang sama. Keduanya berubah menjadi cahaya kemudian perlahan terbang ke angkasa. Widyuta melihat ke arah langit yang tertutup pepohonan.

"Mereka pergi?" tanya Prasasya.

"Iya, ke tempat yang seharusnya," jawab Widyuta. Dia menunduk. "Di mana Nyai tinggal?" tanya Widyuta.

"Aku tinggal di jagatmega," jawab Prasasya.

"Aku antarkan Nyai kembali. Mana mungkin aku biarkan wanita cantik sendirian di lembah gelap seperti ini," tawar Widyuta.

"Apakah Aki Pangeran Dipati negeri ini?" tanya Prasasya.

"Bukankah menurut pria yang mengaku sebagai anakku tadi, aku adalah calon ayah dari anakmu, Nyi?" timpal Widyuta membuat pipi Prasasya merona.

💐💐💐

💐💐💐

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BIKASAWhere stories live. Discover now