-|practice area|-

1.1K 291 0
                                    

"Tuan Putri, mari bangun. Sudah pagi,"

Yujin membuka matanya dengan kernyitan tipis. Dia menganggukan kepala sambil menegakan punggungnya, berpisah dengan ranjang.

Sejenak Yujin menoleh ke arah samping, lalu menatap pelayan muda itu yang membuka tirai.

"Apa kemarin malam Pangeran kemari?" Yujin bertanya, dengan nada serak khas bangun tidur.

"Maaf Tuan Putri, tapi kemarin Pangeran tidak kemari." Jawab pelayan muda itu meringis melihat wajah Yujin yang murung.

"Oh," Yujin tersenyum kecil. Dia turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi di ikuti beberapa pelayan muda yang membawa nampan perlengkapan mandi.

Selesai melakukan ritual di kamar mandi, Yujin keluar dengan gaun hitam ringan. Ia duduk di depan cermin, dengan pelayan tua yang menata rambutnya.

"Pangeran bungsu Kim menyukai pakaian hitam dan tidak suka rambut wanita di Cepol." Cerita pelayan tersenyum kecil. "Dahulu saya yang menata rambut Yang Mulia Ratu, Pangeran tidak suka gaya rambut Yang Mulia Ratu yang di Cepol, bagi Pangeran, Yang Mulia Ratu jadi terlihat tua." Pelayan tua itu terkekeh, tersenyum ke arah Tuan Putri. "Pangeran mencintai perempuan berambut panjang."

Yujin tersenyum kaku. Dia melihat rambut hitamnya yang terurai dengan dua sisi disatukan di belakang, di berikan jepitan berbunga.

"Terima kasih,"

"Hormat saya Tuan Putri."

Yujin bangkit, dia memilih keluar dari kamar. Ruangan megah dan besar terpampang di matanya. Langit-langit yang di hiasi lampu kuning redup, berbeda sekali dengan kemarin.

Kakinya bergerak melangkah turun lewat tangga. Ketika di bawah, dia membungkukan badan di depan Yang Mulia Ratu Kim.

"Pagi Putriku," Salam dari Yang Mulia Ratu tersenyum manis. Tangannya mengusapi rambut Yujin dari puncak hingga turun ke ujung. "Kau tampak cantik, serasi dengan Pangeran bungsu Kim."

Yujin tersenyum kecil mendengarnya.

"Pagi ini, Pangeran sedang di area latihan. Kau mencarinya bukan? Pergilah kesana," Ucap Yang Mulia Ratu. Yujin mengangguk lalu membungkukan badan pamit, sebelum pergi keluar istana.

Di area latihan terbuka, Yujin berhenti bergerak ketika sebuah anak panah mengarah ke depan wajahnya. Beruntung sebuah anak panah lain menjauhkan panah itu dari sisi kiri.

"Anda tidak apa-apa Tuan Putri?" Ketua Prajurit bertanya, setelah tadi gesit melemparkan anak panah.

Yujin hanya mengangguk dengan degupan jantung yang tidak stabil. Matanya pelan-pelan melirik seseorang yang menatapnya datar, dengan grip di tangannya.

Pangeran Kim Doyoung berjalan ke arah Yujin dengan tatapan tajam. Ketika berdiri di depan Yujin, dia membalikan tubuh gadis itu sampai Yujin menatap sebuah target bundar yang berdiri di atas kayu.

"Lain kali, ketika jalan, lebih baik kau lihat dulu sekitar." Doyoung berbisik penuh penekanan, sebelum melepas pegangannya dan pergi.

"Tuan Putri, lebih baik anda menjauh." Saran Ketua Prajurit sebelum berlari menghampiri Pangeran yang sudah mengeluarkan pedangnya.

Yujin membuang nafas, dia berjalan menjauh namun tetap melihat Pangeran dari jauh. Takdirnya itu tengah mengayunkan pedang dengan lihai, sampai Yujin tidak bisa melihat pergerakan pedangnya.

"Pangeran Kim, memang hebat." Batin Yujin mengakui. Meski Pangeran sudah terlihat lihai dalam memegang pedang, Yujin yakin Pangeran tidak pernah puas dengan kemampuannya. Rumor yang menjalar di telinganya, Pangeran bungsu Kim memang ambisius.

Sementara Doyoung disana, kini bertarung dengan puluhan prajurit. Yujin sempat menegak ludah cemas, karena prajurit itu memegang pedang. Salah gerak, bisa-bisa Pangeran terluka.

Tapi ternyata Yujin meremehkan. Bahkan ketika pedang Pangeran terlepas dari tangannya, Pangeran tetap bisa bertarung secara imbang sampai akhirnya menggunakan pedang lawan untuk menumbangkan.

Doyoung bernafas tidak karuan kemudian menyeka darah dari pipinya. Dia berdiri, berjalan ke arah pedangnya kemudian mengambilnya dan memasukannya ke dalam sabuk.

Doyoung berjalan melewati tubuh Yujin, namun gadis itu menahan tangannya membuat Doyoung membalikan tubuh menatap tangan Yujin yang memegang tangannya dengan kernyitan.

"Ada apa?"

Doyoung bertanya, dengan tangannya yang melepaskan pegangan Yujin.

"Apa.. Pangeran punya waktu sebentar?"

Doyoung tidak langsung menjawab. Dia menatap wajah Yujin dengan tatapannya yang datar. "Tidak ada." Jawabnya acuh. "Ada lagi yang ingin di bicarakan? Saya harus pergi."

Yujin menggelengkan kepalanya. Doyoung tanpa basa-basi langsung membalikan tubuh, pergi dari hadapan Yujin.

"Mungkin.. kebiasaan ku di rumah, tidak bisa ku lakukan disini."

***
Gadis itu duduk di kursi taman, dengan meja minimalis di depannya. Secangkir teh menemaninya, dengan pelayan muda yang berdiri di sisi kanannya.

"Boleh aku bertanya?"

"Saya akan menjawabnya Tuan Putri."

Yujin tampak diam selama beberapa Sekon. "Bisa kau ceritakan tentang Pangeran bungsu Kim? Aku penasaran."

"A-ah.." Pelayan itu tampak ragu, membuat Yujin membuang nafas.

"Tidak apa, aku yang menanggungnya nanti. Lagipula, dia takdirku, aku berhak tau kehidupannya." Ucap Yujin dengan senyumannya.

"Maaf Tuan Putri, jika anda memang ingin mengetahui tentang Pangeran bungsu Kim, anda lebih baik pergi ke sesepuh di aula suci. Maaf saya tidak bisa menjawab."

Yujin mengangguk mengerti. Dia meminum cangkirnya kemudian menatap pelayan itu dalam.

"Bisa tunjukan tempatnya?"

Prince(ss)Where stories live. Discover now