-|free|-

622 131 3
                                    

Yujin masuk ke dalam ruangan Junkyu secara tiba-tiba membuat Pangeran sulung itu mengalihkan atensi dan menutup dokumennya. "Kenapa kau berada di sini? Bukankah tetua menyuruhmu menjaga takdirmu?" Tanya Junkyu, alisnya berkerut ringan.

"Pangeran sedang bersama Putri Cadenza. Dan aku hanya ingin mempelajari dokumen istana." Jawab Yujin tenang, kemudian melangkahkan kaki lebih dalam masuk.

Junkyu memiringkan kepalanya, merasa aneh. "Kenapa Putri Cadenza? Kau membiarkan takdirmu bersamanya?" Junkyu bertanya lagi, membuat Yujin menghela nafasnya berat.

"Aku tidak akan meninggalkan Pangeran jika saja Putri Cadenza tidak mendapatkan kalungnya." Jawab Yujin, berhasil membuat Junkyu berdiri dari kursinya, terkejut.

"Bagaimana bisa dia mendapatkannya?"

Yujin menggeleng tidak tau. "Aku dan Pangeran juga bingung, tapi kita berdua sudah sepakat untuk saling menjaga jarak untuk sementara supaya Putri Cadenza mau memberikan kalungnya." Jelas perempuan itu, lalu kembali fokus ke dokumen di tangannya.

Junkyu kembali duduk di kursinya. Pandangannya masih menatap Yujin dengan tatapan aneh. "Kim Doyoung pasti tidak masalah, tapi bagaimana dengan kau? Kau rela begitu saja?"

"Kau tau jawabannya." Jawab Yujin singkat.

Junkyu tersenyum miring. "Kau tau kan, Ibundaku punya hubungan yang erat dengan keluargamu. Bahkan keluargamu sangat berjasa untuk kehidupan Ibundaku. Jadi bagaimana, kalau aku membantumu?" Tawar Junkyu dengan senyumannya.

Yujin menoleh ke belakang, "Kau mau membantu seperti apa?" Tanya Yujin dengan kening berkerut, penasaran.

Junkyu terkekeh. Pangeran itu berdiri dari duduknya dan pergi ke arah pintu, keluar dari ruangan. Yujin dengan cepat mengikuti Pangeran sulung itu yang pergi ke arah tangga bawah tanah.

Hingga ketika di depan ruangan Doyoung, Junkyu masuk usai menyuruh Yujin menunggu. Di dalam ruangan, Junkyu melihat jika Cadenza dan Doyoung sedang berciuman tapi dalam keadaan Doyoung memejamkan mata, menahan sakit hingga meneteskan bulir keringat tanda suhu tubuhnya yang meningkat.

Junkyu menggulirkan matanya dan menarik Cadenza mundur, hingga kedua pautan bibir itu terlepas. Doyoung langsung menarik nafasnya dalam, menetral pernafasannya. Sementara Junkyu mengambil kalung selipan belah dada Cadenza begitu saja membuat perempuan itu mengepalkan tangan marah.

Sebelum Junkyu memasangkan kalungnya, lelaki itu bisa melihat jika saat ini, saudaranya dalam keadaan tersihir hasrat nafsu. Diam-diam bibir Junkyu mengukir senyum miring, dan langsung memasangkan kalung itu di leher Doyoung.

Cadenza menggigit bibirnya menahan amarah. Bagaimana bisa Pangeran menahan hasrat nafsu yang dia taruh di tubuh Pangeran? Seharusnya Pangeran sudah terbuai, dan melakukan kegiatan malam pertama, namun tidak.

Bekas tanda merah di leher Pangeran yang Cadenza buat sebagai bentuk simbol sihir Lagneia, perlahan menghilang, bersamaan dengan hasratnya. Pernafasan Pangeran juga membaik juga detak jantungnya mulai berdetak normal.

Usai melakukannya, Junkyu pergi dari ruangan. Tapi sebelum itu, "Putri Cadenza, kau ikut denganku. Ada konsekuensi yang harus kau terima." Ucap Junkyu tegas kemudian pergi. Cadenza mendengus kasar, sebelum mengikuti langkah Junkyu.

Sedangkan Yujin kembali masuk ke dalam dan berlari ke arah suaminya. Dia memeluk Doyoung erat, yang kini tersenyum dan membalas pelukannya. "Terima kasih."

"Berterima kasihlah pada Cadenza yang mengambil kalungmu, dan saudaramu yang memakaikan kalungmu."

***

Akhirnya Doyoung dan Yujin keluar dari ruang bawah tanah. Keduanya berdiri di depan pintu ruangan bawah tanah. Ketika hendak kembali berjalan, tetua kerajaan lebih dulu datang membuat Pangeran dan Yujin membungkuk.

Ketika berdiri di depan Pangeran, tatapan sesepuh itu langsung fokus ke arah kalung yang bertengger di luar pakaian Pangeran. Tetua menghela nafasnya pelan, "Anda harus berhati-hati lain kali. Jangan sampai kejadian ini berulang untuk kedua kalinya." Peringat sesepuh di angguki Pangeran.

Kini tatapan sesepuh beralih ke Yujin. "Putri, anda memang pilihan Tuhan. Saya meminta anda untuk tetap menjadi penopang Pangeran, karena kalian adalah takdir. Memang berat untuk bersama Pangeran, tapi saya tau Putri adalah perempuan teguh. Benar bukan?"

Dengan percaya diri, Yujin menganggukan kepala semangat. Melihat takdirnya, Pangeran tersenyum tipis.

"Kalau begitu, silahkan kalian pergi. Kerajaan membutuhkan Putra Mahkota." Ujar sesepuh di angguki Pangeran. Pangeran bungsu itu pergi dengan menarik Yujin di sebelahnya.

Kedua takdir Tuhan itu berjalan masuk ke dalam aula tengah istana. Ketika di sana, semua pelayan tampak terdiam. Kehadiran Putra Mahkota terlalu tiba-tiba, tidak ada pemberitahuan jika Pangeran bungsu Kim sudah sehat.

"Kau tunggu di sini, aku akan ke ruangan dokumen." Ucap Pangeran di angguki Yujin. Doyoung dengan cepat berlari pelan ke arah ruangan dan membuka pintunya.

Segera Doyoung pergi ke mejanya dan melihat dokumen berserakan. Pangeran bungsu itu menghela nafasnya. Dia tau, Junkyu yang melakukan ini. "Apa dia tidak tau jika semua dokumen ini berharga?" Gerutu Doyoung merapihkan dokumennya.

Tapi tidak sengaja, tatapannya membaca cepat sebuah nama yang familiar. Doyoung mengambil salah satu dokumen dan melihat nama Raja Harles disana. "Surat.. perjanjian?" Gumamnya dengan kening berkerut.

Doyoung membaca seluruh isi surat perjanjian itu kemudian rahangnya berubah mengeras dengan gertak di giginya. Pangeran itu pergi keluar dari ruangan dengan memegang kuat suratnya.

Tepat ketika dia keluar dari ruangan, Yang Mulia Ratu berdiri di depannya. Doyoung menatap datar wanita di depannya. "Dimana Kim Junkyu?"

"Dia sedang menyidang Putri Cadenza di aula sidang." Jawab Yang Mulia Ratu. Ketika Pangeran bungsu hendak pergi, Yang Mulia Ratu lebih dulu menahannya. "Kalau kau ingin marah, ingatlah apa yang Junkyu lakukan baru saja untukmu." Bisik Yang Mulia Ratu.

Doyoung membuang nafasnya kasar dan melepas pegangan Yang Mulia Ratu, lalu pergi begitu saja.

Sampai di ruang aula sidang, Doyoung berdiri di depan Junkyu dan mengangkat surat yang dia bawa. "Apa yang kau lakukan selama aku pergi?" Tanya Doyoung tajam, tatapannya menusuk.

Junkyu yang tau surat apa di tangan saudaranya hanya memberikan kekehan kecil, berhasil membuat Doyoung geram dan langsung menarik kerah pakaian Junkyu kencang. "Kau tau, aku sudah memberikan perjanjian tentang pembebasan budak rakyat lewat peperangan. Tapi kau sesuka hati mengubahnya?" Marah Doyoung mengeraskan rahangnya.

Junkyu tersenyum kecil menanggapinya. "Sekarang lebih baik kau pergi, karena tepat hari ini, Raja Harles akan menarik 10% rakyat." Bisik Junkyu, melebarkan senyumnya.

Prince(ss)Where stories live. Discover now