|Great sin|

668 131 17
                                    

"Pangeran hanya kelelahan dan butuh istirahat. Tidak ada yang aneh dalam tubuh Pangeran. Putri tenang saja." Ucap tabib kerajaan yang di panggil oleh salah satu prajurit.

Yujin menghela nafasnya yang serasa tercekat. "Baiklah, terima kasih." Ucap Yujin di jawab bungkukan hormat tabib. Ketika sang tabib sudah keluar dari rumah, Yujin segera mendudukkan diri di sisi ranjang.

Sedangkan Cadenza duduk di kursi luar dan mengambil gelas di atas meja.

Yujin keluar dari dalam kamar, dan pergi ke kursi single lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Cadenza menaruh kembali gelas cangkirnya, kemudian menatap Yujin dengan garis matanya yang tajam dan datar.

"Jujur saja, kau sempat ingin menuduhku kan?" Tebak Cadenza menggulirkan matanya, dengan senyuman miring, "Kau yang benar saja. Kalau pun aku berniat meracuni, kau yang akan aku beri racun. Bukan Pangeran." Ujarnya malas, melipat tangan di dada.

Yujin hanya diam. Sekilas kemarin malam dia memang curiga, tapi tidak berlangsung lama karena dia juga sadar jika Cadenza tidak mungkin meracuni Pangeran yang jelas-jelas lelaki yang di cintai.

Cadenza berdiri, memilih ke kamar karena Yujin sama sekali tidak merespon ucapannya. Gadis yang dulu menyandang marga Lee itu duduk sisi ranjang, dan membelai bagian kening Pangeran yang sedang tertidur pulas.

Atas nasihat dari tabib, Pangeran diminta untuk tidak menjalani tugas terlebih dahulu. Dengan kata lain, semua tugas Pangeran akan secepatnya dipindah-tugaskan ke Junkyu selaku Putra sulung Raja.

Dan sebelum Junkyu kesini besok malam, malam ini juga Cadenza akan pergi untuk menemui Ayah dan keluarga anak itu.

Demi menghapus barang bukti, Cadenza harus terpaksa meminta Neneknya untuk mengirimkan teh yang berisikan ramuan yang samar akan penyakit yang di derita Pangeran sebelumnya. Sebab itu, tabib tidak menyadari jika sakitnya Pangeran bertambah lebih serius karena ramuan.

"Hanya untuk malam ini saja. Besok pagi-pagi sekali, aku akan menyembuhkan Pangeran." Batin Cadenza dengan senyum kecil, dan tangan yang menghapus jejak air mata Pangeran karena rasa sakit.

Karena ramuan itu, setiap menitnya suhu tubuh Pangeran bertambah. Yujin sejujurnya tidak tenang, tapi dia juga harus memikirkan rakyatnya hari ini karena Junkyu baru bisa datang esok malam.

tok. tok. tok.

Yujin mengangkat wajahnya, lalu menghapus jejak air matanya. Gadis itu pergi ke arah pintu dan membukanya. "Ada apa?"

Ketua dusun itu menunjukan senyum sopannya, "Saya mendapat kabar jika Pangeran sedang sakit. Apa beliau baik-baik saja?" Tanya Ketua dusun di jawab anggukan kecil.

"Pangeran hanya butuh istirahat. Untuk sementara Pangeran tidak akan bertugas, besok malam Pangeran Kim Junkyu yang akan mengembannya." Ucap Yujin.

"Baiklah. Saya pamit dulu, hendak mengurus sembako untuk rakyat." Pamit ketua dusun membungkuk hormat kemudian pergi.

Yujin kembali menutup pintunya, dan masuk ke dalam kamar. Di lihatnya Cadenza masih duduk sambil menggenggam tangan Pangeran. Rasa cemburu itu membuat Yujin memberanikan diri masuk, dan duduk di sebelah Pangeran― bersebrang dengan Cadenza.

Baru saja Yujin duduk, tangan Pangeran langsung menggenggam tangan Yujin dan membuka matanya sedikit. Sipit berair yang memerah itu menatap takdirnya, "Aku baik-baik aja." Ucapnya dengan suara serak.

Yujin tersenyum, mengangguk kecil. "Aku tau. Karena itu, teruslah baik-baik saja." Balasnya terkekeh tipis kemudian mengusap punggung tangan Pangeran yang panas. "Cepat sembuh, ya."

Prince(ss)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ