|cadenza's presence|

586 128 17
                                    

Kedua kelopak mata Yujin terbuka perlahan. Pandangannya yang mengabur tidak membuatnya untuk terbangun, terhalangi. Sejenak Yujin terduduk, membiarkan tubuhnya sepenuhnya menyerap energi. Namun melihat tempat sebelahnya kosong, Yujin mengalihkan pandangan ke luar jendela. Bertanya-tanya apakah takdirnya ada di luar.

Kaki panjang dan putih layaknya mutiara itu turun dari ranjang, memakai sepatu-sandalnya. Yujin berjalan keluar dari kamar, selanjutnya keluar dari rumah. Aroma udara yang sejuk itu langsung menerpa wajah Yujin membuat gadis itu tersenyum manis.

Pangeran mengalihkan atensinya, melihat takdirnya dengan senyuman pagi, dia terkekeh sejenak. Dia pergi ke arah Yujin begitu selesai urusannya dengan ketua dusun. "Bagaimana tidurnya? Nyenyak tanpa nyamuk?" Tanya Doyoung mengagetkan Yujin yang asik merentangkan tangan sembari memejamkan mata seolah membiarkan angin menerbangkannya.

"Iya, nyenyak." Jawab Yujin berubah canggung karena merasa malu memikirkan Pangeran melihat tingkahnya Barusan. "Aku belum mandi, jadi―"

Grep!

Doyoung memeluk pinggang rampingnya dari belakang. Mencium aroma gadis itu dan tersenyum tipis. "Masih wangi." Pujinya membuat Yujin mencubit pinggang suaminya dengan semburat merah di pipi.

"Lepaskan aku. Tidak enak di depan rakyat." Bisik Yujin namun tidak membuat pelukannya terlepas. "Pangeran―"

"Salam hormat Pangeran, hamba datang membawa surat dari Putri Kim Cadenza." Suara dari prajurit yang bersimpuh hormat membuat Doyoung secara spontan melepaskan pelukannya pada Yujin. Sedangkan gadis itu menggerutu, mencibir Pangeran yang ngeyel.

Doyoung dengan wajah kembali di riset berwibawa, mengambil surat itu dan segera menyuruh prajurit agar pergi. Ketika melihat Yujin yang hendak masuk, dia memegang lengan gadis itu.

"Tidak apa-apa aku membacanya?" Tanya Pangeran membuat kening Yujin berkerut tipis.

"Tentu. Surat itu dari Putri Cadenza kan? Tidak masalah. Lagipula dia masih istri Pangeran." Jawab Yujin. "Selagi kau membacanya, aku akan mandi. Setelah itu, aku akan ikut denganmu mengurus masalah disini." Ucap Gadis itu di angguki Doyoung.

Begitu takdirnya masuk kembali, Doyoung menjauh sedikit dan membuka suratnya. Isinya; Selamat Pagi untuk Pangeran. Aku hanya ingin mengabarkan kondisiku disini baik-baik saja. Ah tentu saja, aku merindukan Pangeran. Jangan terlalu lama disana bersama Putri Yujin, Pangeran harus ingat aku juga istri Pangeran. Satu lagi, aku kirimkan sesuatu.

Doyoung mengernyitkan keningnya, memikirkan sesuatu yang di kirimkan Cadenza. Karena tidak terlalu penasaran, Pangeran melipat kertas itu dan memilih abai terhadap sesuatu yang akan di kirimkan Cadenza.

Tapi baru saja dia berbalik badan, suara tidak asing menyapa Indra pendengarannya. Buru-buru dia berbalik badan, dan melihat Cadenza berlari ke arahnya kemudian mengecup bibirnya dengan cepat membuat Pangeran segera mundur dengan tatapan tidak suka dia layangkan pada Putri Kerajaan Leeteuk itu.

"Kenapa kau disini?" Tanya Doyoung dingin.

Cadenza tersenyum kecil, "Apa Pangeran dan Yujin kemarin malam melakukan sesuatu?"

"Aku bertanya lebih dulu. Jawab." Tegas Pangeran dengan nada tajamnya. Namun Cadenza justru menanggapi dengan wajah tenang.

Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari kantung yang dia kaitkan di gaunnya. Mendekati Pangeran, lalu memberikan kantung itu. "Ini teh untuk menghangatkan pikiran Pangeran. Ibunda baru saja mengirimkannya pagi tadi, jadi aku―"

"Jadi kau kemari untuk memberikan ini?" Tanya Pangeran, di angguki Cadenza. "Kenapa kau berfikiran pendek? Kalau kau tau statusmu istri Putra Mahkota, tidak seharusnya kau keluar sembarangan."

Prince(ss)Where stories live. Discover now