-|save|-

692 154 7
                                    

Pangeran meringis sakit, memegangi kepalanya yang berat. Dia merundukkan kepalanya, memejamkan mata mengingat sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Silahkan.."

"Diminum dulu.."

"Pangeran."

"Akh." Doyoung mencengkeram kuat rambutnya, berusaha mengingat lebih dalam. Tapi kemudian dia menyerah, dengan helaan nafas.

Pintu di buka, Doyoung menoleh menatap Yang Mulia Ratu masuk ke dalam kamarnya― bukan, ini bukan kamarnya. Yang Mulia Ratu hanya tersenyum, melihat Putra bungsunya tampak kebingungan. "Ternyata Pangeran bermalam di kamar Tuan Putri Lee?"

"Apa maksud anda?" Dahi Pangeran mengernyit tajam.

Yang Mulia Ratu tertawa kecil, "Ini kamar Putri Lee. Dan Pangeran tidur di atas ranjangnya." Jelas Ratu berhasil membuat Pangeran menelan salivanya kemudian langsung turun dari ranjang.

"Aku―"

"Saya mengerti, anda sudah tidak sabar menikah dengan Putri Lee?" Yang Mulia Ratu terkekeh, "Sebenarnya saya tidak setuju anda menikah lagi seperti Yang Mulia Raja. Tapi apa boleh buat? Anda keturunannya, tidak bisa di pungkiri jika anda melakukan hal yang sama seperti Mendiang Raja."

"Tutup mulut anda." Desis Doyoung mematikan. "Aku tidak seperti Ayahanda."

"Apa yang membedakanmu dengan mendiang Raja?" Balas Ratu menantang, terkekeh sinis, "Kau dan Raja, sama-sama menjalankan pernikahan haram."

Kedua tangan Doyoung terkepal kuat. Aliran darahnya mendidih panas. Tapi kemudian semuanya memudar, kala dia mengingat malam kemarin, janjinya dengan takdirnya.

Dengan cepat, Doyoung melangkah hendak pergi. Namun bahunya di tahan Yang Mulia Ratu. Posisi mereka sebelahan dengan arah yang berbeda.

"Anda mau kemana? Pernikahan anda hari ini Pangeran."

"Berhenti mengatakan pernikahan. Aku tidak menyentuhnya sama sekali." Balas Doyoung berdesis, justru mendapat tawaan kecil Ratu.

"Tetua sudah memanggil anda. Sebaiknya Pangeran segera bersiap-siap, atau Tetua sendiri yang berbicara pada anda." Kata Yang Mulia Ratu kemudian pergi dari dalam kamar. Meninggalkan Pangeran yang diam, dengan tangan terkepal kuat.

"AGH!" Teriak Doyoung marah.

***

Sekitar 1 km lagi, Yujin dan Pangeran akan sampai di istana. Karena kerajaan bersebrangan jauh, dan keduanya berjalan kaki, waktu yang di gunakan cukup lama terlebih 3 jam mereka gunakan untuk istirahat.

"Pangeran."

Takdirnya menoleh, "Ya?"

Yujin terkekeh pelan, "Ternyata berjalan dengan Pangeran tidak se-romantis yang aku bayangkan." Ucapnya jujur, dengan wajah merunduk, melihat kakinya yang bertelanjang membuat telapak kakinya berdarah.

Pangeran hanya berkedip, kemudian langsung menggendong takdirnya membuat Yujin kaget. "Pa-pangeran?"

"Kaki-mu terluka, biar ku gendong." Balas Pangeran tersenyum kecil, lalu berjalan dengan Yujin di atas gendongannya. Diam-diam Yujin tersenyum, dengan kepala bersandar di dada takdirnya.

"Pangeran, kau yakin tidak apa meninggalkan pernikahan?" Bisik Yujin bertanya, matanya tertutup lelah.

"Tidak apa. Demi kau." Balas Pangeran membuat bibir Yujin tersenyum.

"Sejujurnya, aku tidak rela kau menikah lagi. Karena aku ingin Pangeran seutuhnya untuk aku. Apa Pangeran tau? Aku sudah cinta dengan Pangeran, karena aku merasakan sakit saat melihat Pangeran dengan Putri Lee." Ucap Yujin mengungkapkan perasaannya.

"Maafkan aku.." Pangeran membalas, wajahnya di setting murung. "Aku sudah menyetubuhinya bahkan sebelum kau."

Mata Yujin langsung terbuka, tatapannya sakit. "J-jadi.. Pangeran benar-benar―"

"Ya.. maafkan aku."

Bibir Yujin menipis. Tatapannya murung dengan tangannya yang mencengkram kuat sisi baju Pangeran. Gadis itu memilih memejamkan matanya, membuat air mata jatuh.

"Padahal aku sudah percaya jika Putri Lee hanya fitnah.."

1 jam sampai di istana Ahnalon, Yujin terdiam dengan mata memerah panas melihat Ayah dan Ibundanya di ikat di bawah kaki Kakaknya.

"Ahn Yujin.." Kakaknya, Lee-Soo Ahn tersenyum manis. Pangeran itu turun dari tahtanya, dan berjalan ke arah gerbang.

"Yujin pergi!" Teriak Yang Mulia Raja, menahan amarah.

Tapi Yujin hanya diam. Tangannya terkepal sangat kuat sampai kuku-kuku panjangnya menembus kulit, meneteskan darah. Yujin marah, Yujin kecewa. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau melakukan ini?!" Teriak Yujin bertanya, air matanya sudah jatuh menetes.

Lee-Soo hanya terkekeh sambil menyeret pedangnya. Kakinya berhenti melangkah, tepat di depan Yujin. "Jawabannya hanya satu, benci." Bisik Kakaknya berhasil membuat Yujin melayangkan tangannya, hendak menampar namun tangannya lebih dulu di cengkeram kuat. "Kau tidak bisa apa-apa Ahn Yujin."

Lalu tatapan Lee-Soo teralih ke lelaki di sebelah Yujin. Senyumnya terbit kecil, "Kau percaya dia takdirmu? Haha, dasar bodoh."

Yujin menelan salivanya. Perlahan wajahnya berbalik, kemudian tatapannya terpaku kosong begitu melihat lelaki yang dia anggap suaminya, ternyata seorang penyihir.

"Sekarang, tidak ada yang bisa menyelamatkan kerajaan ini, Putri Ahn."

***

Kim Doyoung, Pangeran Orlankim itu berdiri di altar. Tatapannya terarah pada perempuan di depannya yang tersenyum manis di balik kebusukannya, membuat tangan Doyoung terkepal.

"Malam ini, malam yang menjadi penyatuan dua insan Tuhan. Atas nama Tuhan, kami mempersilahkan, Pangeran Kim Doyoung untuk melingkarkan kalung suci ke leher Putri Lee Cadenza."

Kotak merah di buka. Doyoung diam sejenak, sebelum akhirnya mengambil kalung itu dan berjalan satu langkah. Tangannya melingkarkan kalung di leher Cadenza.

"Tepat saat kalung sudah terkait, hubungan kalian sudah satu tali. Mulai saat ini, Kim Doyoung dan Kim Cadenza adalah sepasang suami isteri di atas janji Tuhan."

Malam itu, pernikahan di gelar secara sukarela oleh keluarga Lee. Yang Mulia Ratu Kim harus terima ber-besan dengan Ratu Lee, meskipun ada rasa tidak suka.

Yang Mulia Ratu Kim lebih menyukai Kim Yujin, daripada Kim Cadenza.

"Ayo, kalian berciuman." Suruh Ratu Lee tersenyum bahagia melihat Putrinya berdiri di sebelah Pangeran Kim.

Cadenza tersenyum. Dia maju dan mencium bibir suaminya yang tidak siap. Mata Cadenza terpejam, impiannya sudah tergapai. Dia tidak perduli akan dosa yang dia tanggung, Cadenza lebih mencintai Pangerannya.

Tautan bibir itu lepas, dengan sahutan bahagia. Cadenza mendongak sedikit, menatap wajah Doyoung yang datar. Senyum Cadenza terbit manis, "Aku mencintaimu, suamiku."

Tangan Doyoung terkepal, matanya terpejam. Perlahan bibirnya terbuka, "Aku juga―"

Pintu terbuka. Prajurit masuk ke dalam ruangan, kemudian langsung bersimpuh di depan altar. Doyoung membalikkan tubuh menjadi menghadap ke arah prajurit itu dengan kening mengernyit.

"Ada apa?"

"Maafkan hamba jika menyampaikan berita buruk di malam bahagia Pangeran. Tapi saya mendapat kabar dari perbatasan, jika Tuan Putri Kim Yujin bersama lelaki yang memiliki wajah serupa dengan anda."

Hening semua. Para Tamu bingung, sedangkan keluarga Lee dan Kim sama-sama terkejut. Cadenza menelan salivanya, berbeda dengan Doyoung yang marah, mengeraskan rahangnya.

Tanpa banyak bicara, Doyoung memutuskan rantai pernikahan dan turun dari altar membuat semuanya kaget. Para Tetua dan keluarga Kerajaan banyak yang menyuruhnya berhenti.

Tapi Junkyu hanya diam. Tatapannya tertuju ke arah punggung adiknya, dengan kekehan.

Doyoung pergi dari istana. Pangeran itu memakai jubah hitam, dan menaiki kudanya. Tatapannya tajam, kemudian langsung membawa kudanya berjalan keluar gerbang istana, meninggalkan acara pernikahannya untuk menyelamatkan takdirnya, Kim Yujin.

Prince(ss)Kde žijí příběhy. Začni objevovat