-|Agreement|-

703 166 7
                                    

Archiles, seorang Putra Mahkota Negeri Acanthus. Pemuda yang ahli dalam berpedang, tegas dalam kepemimpinan, dan sangat menjaga Negerinya. Namun, Archiles di kenal juga sebagai seseorang yang gegabah, sehingga selalu salah dalam bertindak ketika berperang.

Namun Antha, Putri Negeri Abydos yang juga mahir dalam pedang, menjadi kekasih Archiles karena pertunangan mengatasnamakan perdamaian dua Negeri besar.

Antha seseorang yang di kenal ramah, berwajah rupawan bak lukisan Dewi. Tapi saat di Medan perang, sosoknya berubah menjadi beringas, sehingga Pangeran Archiles mulai mencintai kekasihnya.

***

"Ampun Raja, di gerbang istana, Putra Mahkota Orlankim berkunjung, dan ingin melakukan pertemuan dengan anda."

Raja mengangguk memperbolehkan, "Bawa Pangeran ke ruangan saya."

Prajurit berdiri, kemudian pergi kembali ke gerbang. Membukanya sehingga Doyoung dan 4 prajurit yang lain masuk ke dalam. Pangeran Kim itu turun dari atas kuda, dan masuk ke dalam istana dengan di kawal Ketua Prajurit.

Prajurit membawa Pangeran ke satu ruangan besar milik Raja. Ketua prajurit menjaga di depan pintu, sedangkan Doyoung masuk ke dalam, berdiri di depan Raja kemudian membungkuk sekilas.

"Putra Mahkota, apa yang ingin Anda sampaikan pada saya?" Raja bertanya langsung, begitu Pangeran selesai memberikan hormat.

"Kedatangan saya hanya ingin memberikan anda surat perdamaian." Jawab Pangeran, menaruh gulungan kertas di atas meja. "Jika Raja ingin tau apa keuntungannya, hanya ada satu."

Raja mengernyitkan kening, "Apa?"

Pangeran hanya menunjukan senyumannya, kemudian kembali berdiri tegak. Dia membungkuk sekilas, sebelum tubuhnya berbalik badan dan keluar dari dalam ruangan, meninggalkan Raja yang masih memperkirakan apa maksud Pangeran bungsu Kim tadi.

Tepat ketika Doyoung dan 4 prajuritnya keluar dari istana, sebuah anak panah menembus masuk ke dalam ruangan Raja, dan tertancap tepat di meja. Raja tersentak, namun tak lama, dia mengambil kertas di anak panah dan membaca sederet tulisan kuno.

Membacanya membuat Raja menghembuskan nafas. "Prajurit!"

Pintu ruangan di buka, prajurit masuk kemudian langsung membungkuk hormat di depan meja Raja.

"Ajukan persetujuan perdamaian. Lebih baik, kita cari aman."

***

Di istana Ahnalon, Raja duduk di singgasana bersama Ratu di sebelahnya. Kedua pemimpin Negeri itu sibuk mendengarkan segala keluh kesah rakyat yang mengaku mengalami teror.

"Kami bersumpah, jika sembako yang anda bagikan ke kami, semuanya menghilang habis hanya dalam satu malam. Kami bersumpah tidak menjualnya, melainkan hilang."

"Dia benar Yang Mulia Raja. Di desa saat ini sudah tidak aman. Banyak sembako yang hilang, serta banyak musibah. Kami mohon, Yang Mulia bisa ambil tindakan dari keluhan kami."

Rakyat mengangguk setuju, meminta Raja agar secepatnya mengambil tindakan.

"Harap tenang, Yang Mulia Raja pasti akan secepatnya mengambil tindakan. Sebaiknya, kalian semua kembali ke desa, sementara Yang Mulia memikirkan cara terbaik menyelesaikan masalah." Kata seorang penasehat kerajaan.

Rakyat berdiri, membungkuk sekilas sebelum keluar dari istana. Raja memijat pangkal hidungnya pusing. Ratu di sebelahnya, mengusapi punggung suaminya.

"Apa kita perlu meminta bantuan?"

"Tidak perlu." Raja menjawab. "Aku bisa mengatasinya sendiri."

Prince(ss)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ