-|Departure|-

825 199 6
                                    

Kicauan burung terus terdengar kala pagi sudah hadir. Pangeran membuka matanya, kemudian langsung menegakan punggungnya. Kepalanya menoleh, melihat takdirnya yang masih tertidur. Bibirnya mengukir senyuman tipis, dengan tangannya yang mengusap poni Yujin.

"Bangunlah, hari ini kau harus siap-siap menyambut keluargamu."

Yujin membuka matanya, kemudian langsung duduk. Kepalanya menoleh ke arah takdirnya dengan senyuman senang. "Pangeran benar, hari ini aku akan bertemu Ayah!"

Doyoung tersenyum, mengusap rambut takdirnya. "Pergi mandi, dan berias."

Yujin menganggukan kepala, sebelum kaki jenjangnya turun dari atas ranjang, dan berlari ke arah kamar mandi. Sedangkan Pangeran turun dari atas ranjang, pergi ke kamar mandi lain di kamarnya.

Para dayang masuk ke dalam kamar mandi Tuan Putri, untuk membantunya membersihkan diri di bak, dengan memakai minyak polesan serta bunga wewangian. Mereka juga mengatur suhu air supaya cocok untuk kulit Yujin, serta memberikan pijatan.

3 jam di kamar mandi, Yujin keluar dengan bathrobe di tubuhnya. Matanya memerah kantuk, akibat tertidur saat pijatan. Dayang mendudukan Yujin di bangku meja rias, kemudian langsung mengoleskan krim di wajah Yujin lalu menutupi dua kelopak mata indah itu dengan mentimun.

Makin mengantuk saja Yujin.

Dayang membuka handuk di rambut Yujin, membuat rambut panjang itu tergerai. Dayang langsung mengeringkannya dengan handuk lain, menariknya pelan ke bawah dari akar rambut, hingga handuk habis basah.

Sambil menunggu rambut kering, dayang mengoleskan leher sampai bahu Yujin dengan minyak zaitun, memberikannya pijatan ringan. Dayang lain membuka masker Yujin, beserta mentimunnya, kemudian dayang langsung mengoleskan minyak zaitun di wajah Tuan Putri.

Inilah yang Yujin suka dari perawatan, sangat nyaman dan nikmat.

Dayang lain mengambil alih rambut Yujin yang sudah mengering secara alami. Dayang itu menyisir rambut Yujin dengan perlahan, kemudian memberikannya penghitam rambut supaya semakin pekat warnanya.

Bagian tangan dan Yujin juga di olesi handbody supaya semakin lembut dan cerah.

Begitu lama riasan di lakukan, hingga 5 jam lamanya. Pukul 3 sore, Yujin mulai di sibukan dengan gaun yang akan di pakainya malam ini, harus terlihat elegan, dan sopan di depan Ayahnya juga Ibundanya.

Sementara itu, Pangeran bungsu Kim berada di aula istana, sibuk dengan dekorasi. Memberikan setidaknya sedikit warna supaya memberikan kesan lebih baik di depan Raja.

Pangeran Junkyu hanya menatap adiknya itu dengan tatapan datar. "Tidak biasanya dia sibuk untuk dekorasi istana." Komentar Pangeran sulung, mencebik pelan.

Yang Mulia Ratu tertawa kecil, "Tentu Pangeran, besan kita akan datang, tentu Pangeran bungsu yang paling di sibuk-kan."

Junkyu menggerling malas tidak perduli, memilih pergi dari aula membuat Yang Mulia Ratu terkekeh. Langkah Yang Mulia Ratu bergerak, hendak menemani putra sulungnya, namun teringat jika dia harus pergi ke butik bersama takdir putranya.

"Panggil Tuan Putri kemari."

Dayang membungkukan punggung kemudian pergi naik ke lantai atas. Semua itu tak luput dari tatapan Doyoung. Kaki jenjang Pangeran itu bergerak, mendekati Yang Mulia Ratu.

"Maaf jika tidak sopan, tapi anda akan benar-benar dalam masalah jika mengacaukan hari ini." Desis Pangeran, membuat Yang Mulia Ratu terkekeh.

"Itu sangat tidak sopan Pangeran." Wanita itu tersenyum, "Lagipula, saya tidak akan menghancurkan pesta penyambutan besan hanya karena kebencian." Senyumannya semakin di buat manis, namun terkesan menyindir.

Doyoung menatap Yang Mulia Ratu datar, dengan wanita itu juga yang masih menatapnya biasa saja. Sampai Yujin turun, membuat Doyoung mengalihkan atensi ke arah takdirnya.

"Ternyata kau disini Pangeran." Yujin tersenyum, kemudian pandangannya menatap ke arah Yang Mulia Ratu. "Ada apa memanggil-ku, Ibunda?"

Wanita itu tersenyum, "Saya ingin mengajak Tuan Putri ke butik langganan saya. Anda mau?"

Kepala Yujin langsung mengangguk semangat. "Dulu aku dan Mama juga sering bepergian ke butik." Cerita Tuan Putri tampak antusias, membuat Pangeran yang hendak melarangnya pergi, mengurungkan niatnya.

Kepala Yujin menoleh ke arah takdirnya sambil tersenyum. "Aku boleh-kan pergi dengan Ibunda ke butik?"

Doyoung tidak langsung menjawab, matanya melirik Yang Mulia Ratu yang tampak tersenyum mencurigakan baginya. Namun kembali melihat tatapan takdirnya, membuat Doyoung membuang nafas dan mengangguk. "Iya, kau boleh."

Senyum Yujin semakin melebar. "Terima kasih!" Relfek Yujin memeluk Pangeran erat, saking senangnya kembali pergi ke butik. Namun ketika sadar, Yujin melepaskannya pelan-pelan dengan wajah kikuk. "Maaf, relfek tadi."

Doyoung terkekeh, mengusap rambut takdirnya. "Kenapa meminta maaf, kau bisa sepuasnya memeluk-ku." Kemudian Pangeran mendekat, mengecup kening gadisnya. "Kapanpun, di manapun, dan berapa lama pun, kau bisa memeluk-ku, princess."

Yujin mengangguk, masih dengan kepala merunduk malu. "Pangeran.. juga bisa memeluk-ku kapanpun, di manapun, dan seberapa lama." Cicit-nya pelan, berhasil membuat Doyoung tertawa kecil.

Yang Mulia Ratu tersenyum, kemudian menggenggam tangan Yujin. "Mari, kita harus segera berangkat supaya tepat waktu kembalinya." Ajak Yang Mulia Ratu, membuat Yujin mengangguk.

"Pangeran," panggil seorang prajurit, sambil bersimpuh.

"Ada apa?"

Yujin dan Yang Mulia Ratu yang hendak pergi, tidak jadi, dan tetap berdiri di sana sambil memperhatikan Pangeran dengan prajurit.

Prajurit itu berdiri, kemudian berbisik di telinga Pangeran membuat Doyoung mengepalkan tangan marah saat mendengarnya. Ketika hendak berlari pergi keluar aula, Yujin menahan tangannya lebih dulu.

"Kau mau kemana?"

Doyoung membuang nafas gusar, "Aku harus pergi sebentar. Malam nanti aku akan kembali tepat waktu."

Wajah Yujin langsung murung, melihat itu membuat Pangeran mendekatkan diri kemudian memeluk tubuh takdirnya.

"Aku janji akan sampai disini tepat waktu, tenang saja."

"Janji Pangeran akan baik-baik saja.." cicit Yujin membuat Pangeran terkekeh kecil.

"Iya, aku janji akan kembali tanpa luka."

Yujin melepaskan pelukannya kemudian mengangguk dengan senyum kecil. Sedangkan Doyoung langsung bergerak pergi keluar dari aula.

Yujin menghembuskan nafas berat, mencoba percaya akan janji yang di buat takdirnya. Gadis itu kembali menghadap Yang Mulia Ratu kemudian membungkuk kepala sekilas, "Maaf, saya tidak bisa pergi dengan anda sekarang."

Yang Mulia Ratu tersenyum tipis, "Tidak apa-apa."

Yujin kemudian pamit pergi ke lantai atas, dengan langkah sedikit lesu. Tidak mau memikirkannya, dan mempercayai takdirnya, Yujin memilih untuk pergi ke tempat kemarin, Pangeran membawanya.

Namun ketika hendak pergi, dia lebih dulu melihat sesepuh memasuki aula istana. Yujin buru-buru menghampiri tetua kerajaan itu.

"Tetua, ada apa anda kemari?" Yujin bertanya dengan nada sopan.

"Dimana Pangeran bungsu Kim?"

Yujin diam sebentar sebelum menghela nafas. "Pangeran baru saja pergi, tapi dia sudah janji akan kembali―"

"Seharusnya Pangeran tidak boleh pergi." Sela sesepuh berhasil membuat keadaan hening. "Kalian," sesepuh menatap para prajurit. "Cari Pangeran bungsu, dan bawa dia kemari tanpa satu tetes darah di tubuhnya."

"Baik!"

Prince(ss)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora