-|Engagement|-

1.4K 300 4
                                    

"Yujin,"

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Yujin,"

Gadis bergaun Hitam itu menoleh ke belakang, menatap Yang Mulia Ratu. Yujin dengan cepat berjalan ke arah Ibundanya kemudian memeluk tubuh Yang Mulia Ratu erat.

"Ibunda serius, tidak ingin membatalkannya?"

Ibundanya terkekeh, dia melepaskan pelukannya lalu mencubit hidung Putrinya. "Kamu fikir semudah itu? Jangan melupakan jika kamu akan menikah dengan Pangeran bungsu Kim,"

Yujin membuang nafas, "Tapi Yujin takut Bun.." Kepalanya merunduk ke bawah, "Pangeran itu kejam Bun, salah-salah nanti Yujin yang di bunuh."

"St! Gak baik berbicara seperti itu." Tegur Yang Mulia Ratu kemudian mengelus rambut putrinya. "Putra Mahkota memang kejam, karna ia membela kerajaannya seperti Paduka Raja dahulu. Jika Pangeran tidak kejam, dan tegas, siapa yang akan memimpin kerajaan?" Ibundanya terkekeh, memangku wajah putrinya dengan dua tangannya. "Tidak mungkin kerajaan di tahtai oleh Pangeran licik."

Yujin mengernyit kurang paham. Ketika hendak bertanya, pintunya terbuka menampilkan pelayan muda yang merundukan kepalanya.

"Yang Mulia Ratu Kim sudah di aula pesta, di mohon Yang Mulia Ratu Ahn juga Tuan Putri segera menemui Yang Mulia Ratu dan Pangeran di aula."

Ibundanya tersenyum ke arah putrinya, "Ayo." Ajak Yang Mulia Ratu mengenggam tangan putrinya yang gemetar, membawanya keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.

Semua mata tertuju pada keduanya. Yujin mengambil nafas dalam berusaha menetralkan rasa gugupnya. Sementara tangan sang Ibunda semakin erat, memberikan rasa percaya diri juga kekuatan untuk putrinya.

Ketika mereka sampai di lantai aula, berdiri di depan Yang Mulia Ratu Kim dengan Pangeran Kim Junkyu di sebelahnya. Yujin melirik Pangeran berambut cokelat itu dengan tatapan kagum.

"Aku tidak tau jika Putra Mahkota semanis dan setampan ini. Aku tidak melihat satupun tatapan dingin seperti yang di rumorkan." Batin gadis itu tersenyum setelahnya.

Terompet tiba-tiba di bunyikan secara bersamaan.

"Putra Mahkota, Pangeran Kim Doyoung, memasuki aula."

Pintu besar dengan dua gagang terbuka, menampilkan figur lelaki muda dengan pakaiannya yang serba hitam. Kakinya masuk, menapaki setiap lantai di aula dengan berpuluh pasukan di belakangnya.

Yujin membalikan tubuh, kemudian terdiam melihat seseorang yang baru saja di sebut Putra Mahkota. Tatapan tajam dan dingin seperti yang di rumorkan, puluhan penjaga yang menjaganya, dan predikat Putra Mahkota yang membuat dia di kenali oleh seluruh Negara.

Doyoung membungkukan badan tepat di depan Ibunda Yujin.

"Salam kehormatan saya untuk anda Yang Mulia Ratu Ahn."

"Salam bagi anda juga, Putra Mahkota." Balas Ibunda Yujin tersenyum kecil.

Doyoung kembali menegakan punggung. Netranya tak menatap Yujin sedikit pun, berbeda dengan gadis itu yang tidak berhenti menatap Pangeran.

Yang Mulia Ratu Kim tersenyum melihat kedatangan Pangeran. Ia melangkah mendekat, berdiri tepat di depan Pangeran yang menatapnya dengan kernyitan tajam.

Tangan Yang Mulia Ratu memegang bahu Pangeran dengan senyumannya yang lembut. "Takdirmu cantik sekali Pangeran, Tuhan pasti menyayangimu." Puji Yang Mulia Ratu, namun mengundang desisan pelan Doyoung.

"Pangeran, untuk malam ini, anda harus menjaga sikap." Bisik Ketua prajurit ketika Pangeran seperti hendak menepis tangan Yang Mulia Ratu secara kasar.

Akhirnya Pangeran hanya membuang nafas kemudian melirik Yujin tanpa sengaja.

Netra keduanya beradu dalam. Sampai akhirnya Pangeran sendiri yang memutuskannya dan kembali menatap Ketua Prajuritnya.

"Dimana sesepuh?"

"Maaf Pangeran, beliau tidak hadir di karenakan acara ini, Yang Mulia Ratu sendiri yang akan memulainya." Tangan Ketua Prajurit itu menahan bahu Pangeran yang mengeras. "Demi kerajaan Pangeran, kali ini saja."

Doyoung membuang nafas kesal, dia menatap Yang Mulia Ratu Kim yang menerbitkan senyumannya yang menyebalkan bagi Doyoung.

"Baiklah, saya Yang Mulia Ratu dari kerajaan Orlankim dengan hormat dan penuh kebahagiaan, memulai acara terjalinnya hubungan suci Pangeran Kim Doyoung dengan Putri Ahn Yujin malam ini."

Acara ikatan suci di mulai. Sebuah hubungan yang di takdirkan Tuhan, malam ini akan terjalin. Acara di sertai oleh senyuman bahagia, namun tidak sedikit Tuan Putri yang cemburu dan iri.

Sampai detik dimana Kim Doyoung dan Kim Yujin resmi, keduanya berciuman tanpa sebutir perasaan cinta. Hubungan yang terikat karna adanya personal kebaikan masing-masing.

Doyoung melepaskan ciumannya, menatap manik hitam Yujin dengan tatapan sayu. Kedua tangannya mencengkeram kuat bahu Yujin membuat gadis itu menatapnya dengan kernyitan kesakitan.

"Lepas." Ujar Junkyu melepaskan tangan Doyoung dengan kasar. "Bersikap lebih lembut pada takdirmu." Desis Junkyu menatap kembarannya tajam.

Doyoung menghiraukan Junkyu, dan menatap Yujin, lebih tepatnya ke arah tangan Junkyu yang memegang lengan Yujin. Meski hanya tatapan datar dan seolah biasa saja, namun tangannya bergerak untuk melepaskan pegangan Junkyu pada Yujin.

"Kau tidak di perbolehkan menyentuh takdir Putra Mahkota, penghianat." Desis Doyoung menggenggam tangan Yujin erat.

Junkyu mendecih, dia pergi dari panggung aula. Sedangkan Yujin menatap pegangan Doyoung yang masih menggenggam tangannya.

Yujin tidak risi, hanya saja dia merasakan tangan takdirnya sangat dingin, berkeringat, dan bergetar. Yujin menatap wajah Doyoung dari samping, tidak ada kegugupan sama sekali di wajahnya.

"Aneh.." Batin Yujin memilih mengabaikan.

***

Upacara ikatan suci di aula sudah berakhir. Yujin duduk di sisi ranjangnya dengan gaun yang masih melekat di tubuhnya.

ceklek.

Gadis itu langsung menolehkan kepalanya ke pintu, dia mendesah diam-diam saat mengetahui bukan Pangeran yang masuk, melainkan seorang pelayan perempuan muda.

"Mari Tuan Putri, biar saya yang membantu anda."

Yujin mengangguk. Dia berdiri kemudian pelayan perempuan itu langsung pelan-pelan membuka satu-persatu yang ada di tubuhnya.

"Dimana Pangeran Kim Doyoung?"

"Maaf Tuan Putri," Pelayan itu meringis pelan. "Malam ini Pangeran Kim Doyoung harus pergi ke perbatasan untuk membantai penyusup."

"A-ah.. begitu." Yujin mengangguk mengerti dengan senyuman yang di paksakan. Pelan-pelan senyumannya luntur, di gantikan dengan wajah murung.

"Apa Pangeran tidak tau aturan setelah menjalin ikatan suci?"

Prince(ss)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon