-|Prince's wife|-

580 90 2
                                    

Di tengah perjalanan untuk menemui takdirnya, Pangeran menarik tali kudanya agar berhenti ketika seorang pria keluar dari semak belukar dengan pedang yang bercecer darah. Pangeran bungsu Orlankim itu turun dari kudanya, dan menatap pria di depannya hati-hati sambil memegang pedang yang masih di dalam sarung.

Pria itu tertawa tanpa sebab sambil memegangi tudung yang menutupi wajahnya. Ketika dia menyibaknya, Pangeran langsung menodong pedangnya saat melihat wajah pria itu― pria yang sama dihari ketika dia dan Yujin berjalan-jalan ke pedesaan.

"Beraninya kau muncul di depanku." Desis Doyoung, mencengkeram kuat gagang pedangnya.

Pria itu tersenyum simpul, terkekeh sedikit. "Dulu aku memang pengecut karna lari setiap melihatmu. Tapi sekarang tidak." Dia mengangkat pedangnya, hingga menodong ke arah Pangeran. "Sekarang aku bahkan yakin sepenuhnya, kau akan jatuh di depanku dan darahmu akan menyatu dengan darah wanita ini di pedangku." Ucapnya menyeringai.

Doyoung seharusnya menanggapi ini dengan remehan. Namun tatapan mata pria itu terlihat tenang dan serius― seolah apa yang dikatakannya barusan, bukanlah besar suara saja.

"Aku tidak ada waktu untuk meladeni permainanmu." Tekan Pangeran tegas.

Pria itu tertawa. Menatap jenaka Pangeran. "Apa orang yang dulu aku takuti ini ternyata sama pecundangnya dengan aku yang dulu?" Cemoohnya tersenyum remeh dan mengejek.

Pangeran memasukkan pedangnya ke dalam sarung pedang. "Aku punya urusan yang lebih harus ku lakukan daripada harus meladenimu." Tekan Pangeran sekali lagi. Dia berbalik badan hendak menaiki kudanya. Namun dia langsung menjauhi kudanya ketika sebuah cakram api hitam hampir membakar tubuhnya.

"Jangan pengecut." Desis pria itu tajam. Tangannya terkepal dengan dilapisi cakram api hitam. "Kemari dan bertarung denganku, Kim Doyoung." Tantang pria itu.

Doyoung menghela nafasnya berat, dan berbalik badan sembari memegang gagang pedangnya. Dengan gerakan cepat, laki-laki itu berlari ke arah pria bertudung hitam itu dan bertahan di posisi satu meter dari musuhnya sembari beradu pedang.

"Aku benar-benar akan membunuhmu hari ini, Kim Doyoung." Tekan pria itu memperlihatkan dua matanya yang menghunus tajam berwarna ungu gelap.

Doyoung tidak membalas. Dia menebas pedang pria itu dengan kuat, sehingga menancap di pohon. Namun detik setelahnya, pria itu menendang pedang di tangannya hingga terpental dan menancap tegak di tanah. Pria itu tertawa kecil. Tangannya mulai kembali mengeluarkan cakram api hitam yang melapisi kepalan tangannya. "Bagaimana jika kita bertarung sebagai penyihir?"

"Aku tidak punya waktu untuk―"

Doyoung menghindar saat api ditembakkan ke arahnya. Laki-laki itu berdesis, "Hentikan. Aku akan meladenimu setelah aku menyelesaikan urusanku."

Pria itu tersenyum tipis dibalik tudungnya. "Kau.. terlalu meremehkanku." Bisiknya. Doyoung mendengar ucapannya samar-samar dengan kening berkerut. Kemudian dalam satu detik, punggungnya terasa terbakar hebat membuatnya jatuh berlutut.

Kim Seok-hwang, tertawa melihatnya. Penjahat yang menjadi buronan Istana karna perbuatannya mengedar rumor-rumor buruk tentang keluarga kerajaan. Semua rumor yang beredar pasti dialah dalangnya.

Doyoung tidak pernah tau. Kekuatan penyebar rumor bisa sekuat ini.

"Kau terkejut, kan? Kau bertanya-tanya mengapa aku kabur setiap melihatmu padahal energiku sebesar ini?" Tebak Seok-Hwang tertawa. "Saat kau menangkap saudara ku dan membunuhnya, aku melarikan diri tepat ketika kau menemui istrimu. Waktu itu, aku benar-benar tidak punya energi apapun untuk melawanmu. Tapi kau tau apa yang aku temukan?"

Prince(ss)Where stories live. Discover now