-|consequence|-

1K 272 14
                                    

Yujin berlari ke ruang bawah tanah secepat yang dia bisa. Ketika sampai di depan pintu, prajurit itu langsung membukakan pintu, sehingga Yujin langsung masuk ke dalam dan buru-buru melepaskan rantai.

Sementara Yujin sibuk membukakan rantai, Doyoung menatap wajahnya dari bawah dengan tatapan kosong namun dalam. Hingga saat kedua tangannya terlepas, Doyoung langsung ambruk ke tubuh Yujin, dengan kepalanya bertumpu di atas bahu takdirnya.

Kedua tangan Yujin langsung memeluk punggung Doyoung.

"Kita keluar?"

Doyoung tidak menjawab. Matanya terpejam, dengan dua tangannya yang pelan-pelan memeluk pinggang takdirnya, membuat Yujin terdiam.

"Makasih.."

"G-gapapa kali. Ak-aku kan takdir Pangeran.." balas Yujin seperti cicitan. Mendengar itu, Doyoung terkekeh kemudian berdiri tegak, masih dengan kepalanya di samping telinga Yujin.

"Princess.."

"Hm?" Dehem Yujin meyakinkan pendengarannya.

Doyoung terkekeh kecil. Tangannya terangkat, mengusap lembut rambut belakang Yujin membuat gadis itu menelan ludahnya. Sejenak, keduanya hanya diam, dengan perasaan canggung namun terasa sangat nyaman.

"Ayo keluar." Ajak Doyoung dengan suara serak. Pergi lebih dulu keluar dari ruangan, membuat Yujin mengikutinya dari belakang.

Ketika sudah keluar dari ruang bawah tanah, Doyoung langsung membungkuk begitu melihat sesepuh berdiri di depan pintu. Tetua itu mendekati Doyoung, dan menaruh tangannya di atas kepala Pangeran.

"Tidak seharusnya, anda membiarkan takdir anda berdiri di belakang anda, Pangeran."

Doyoung melirik ke arah belakang, dimana Yujin berdiri dengan kepala menunduk. Pangeran itu mengambil tangan Yujin membuat gadisnya sedikit tersentak. Doyoung membawa Yujin berdiri di sebelahnya, kemudian menatap Sesepuh.

"Maafkan saya."

Sesepuh hanya menatap Pangeran kemudian beralih ke Yujin. "Anda berhasil melakukan tugas anda Tuan Putri. Tuhan tidak pernah salah dalam menakdirkan pasangan. Pergilah ke aula bersama Pangeran."

"Baik Sesepuh."

"Dan anda Pangeran." Kini tatapan sesepuh kembali menatap Pangeran. "Pergilah bebersih sebelum pergi ke aula bersama takdir anda. Dan jangan pernah menunjukan cara jalan kalian seperti tadi di depan Tuhan."

Doyoung merundukan kepala. "Maaf."

Setelah itu, sesepuh pergi tanpa bicara lagi. Doyoung dan Yujin masih berdiri di tempat mereka, sambil menatap sesepuh yang semakin lama hilang dari pandangan keduanya.

Hawa canggung itu kembali di sekitar mereka. Yujin pelan-pelan melepas genggamannya takut jika Pangeran tidak nyaman, namun Doyoung justru semakin mengeratkan genggamannya dan membawa Yujin pergi tanpa bicara apapun.

Gadis itu menatap wajah takdirnya dari samping. Tampak datar, dan tajam. Yujin tidak tau kenapa dia berfikir seperti ini, tapi perasaan hati Pangeran memang sulit di tebak dan jatuhnya membuat sakit hati dirinya.

***
Pasangan yang di takdirkan Tuhan itu masuk ke dalam aula, duduk di depan sesepuh yang memejamkan mata sembari berdoa pada Tuhan.

Kemudian setelah beberapa menit, sesepuh kembali membuka mata dan menatap pasangan di depannya.

"Saya ingin memberi tau pada anda Pangeran, jika Tuhan menghukum anda."

Yujin membulatkan mata, menatap Doyoung yang tampak diam saja.

"Dihukum? Kenapa?" Tanya Yujin kelabakan. Menatap sesepuh bingung.

Tetua itu menarik nafas kemudian menghembuskannya dan menatap gadis itu. "Sekarang, sudah berapa hari pernikahan kalian?"

Yujin berkedip bingung. Otaknya langsung blank di serang pertanyaan yang membuatnya menelan Saliva. Jujur Yujin lupa, karena terlalu banyak kejadian dalam beberapa akhir ini.

"Aa-"

"5 hari." Sela Pangeran membuat Yujin mengatup bibirnya, merasa malu. Bagaimana bisa dia melupakan sedangkan Pangeran yang mungkin lebih banyak melalui hari, masih ingat hari itu.

Sesepuh mengangguk membenarkan. "Sekarang, anda tau apa dosa anda, Pangeran?"

"Saya tau."

"Anda bisa menerima konsekuensinya?"

"Bisa."

Yujin yang berada di tengah pembicaraan itu berkedip tidak paham. Dia menatap sesepuh saat bicara, kemudian menatap Pangeran ketika membalas. Gadis Kim itu menunjukan raut bingung, membuat sesepuh tersenyum tipis.

"Begini Tuan Putri. Pada malam pertama, Pangeran tidak tidur di ranjang yang sama dengan anda. Kemudian 4 hari setelah, hingga saat ini, Pangeran juga tidak menemani malam anda di kamar." Sesepuh menjelaskan. "Kalian pasangan yang di takdirkan Tuhan. Hubungan kalian bukan hubungan biasa. Kalian terjalin karena Wahyu dari Tuhan." Tambah sesepuh menjelaskan.

Yujin diam sebentar sebelum mengangguk mengerti.

"Jadi.." Yujin ragu-ragu bertanya. "Apa konsekuensi yang di dapat Pangeran?" Tanyanya menatap sesepuh takut.

Tetua itu memejamkan mata. Bibirnya tersenyum, membuat hati Yujin jadi berdetak kencang.

"Hukuman Tuhan tidak berat, hanya dengan Pangeran berada di sisi anda satu hari penuh."

"Ya?" Yujin bertanya tidak percaya. Bibirnya dia tahan agar tidak tersenyum. "I-itu hukuman?" Cicit Yujin bertanya, menundukan kepala menahan senyumannya dengan dua tangan yang di cengkeram kuat.

"Benar. Itu hukuman Pangeran. Tapi sepertinya.." sesepuh menggantung ucapannya, melirik gadis itu membuat senyumnya terukir kecil. "Sepertinya hadiah untuk Tuan Putri."

"Hah?" Yujin kembali mengangkat kepala, otaknya kembali blank dengan pipi merah juga perasaan yang ingin meledak.

Doyoung menolehkan kepala, menatap takdirnya kemudian tersenyum kecil, hampir tidak terlihat. Kemudian pandangannya kembali menatap sesepuh sembari menunduk hormat.

"Saya menerima hukuman yang Tuhan berikan tanpa keberatan hati."

"Baiklah, kalian bisa keluar dari aula."

Doyoung berdiri, menggenggam tangan gadisnya kemudian pergi dari aula dengan Yujin yang menunduk dengan pipi menggembung malu.

Ketika di luar aula, Doyoung berhenti berjalan membuat Yujin ikut berhenti. Tangan Pangeran yang satunya, mengangkat dagu Yujin, membawa pandangan gadis itu menatap ke arahnya.

"Maaf karena setiap malam aku meninggalkanmu."

Pipi Yujin semakin merah dengan senyum yang di tahan.

Doyoung terkekeh melihat ekspresi takdirnya. Dia mengusap kepala gadisnya. "Hari ini, aku hanya untukmu, princess."

Prince(ss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang