-|Magic Land|-

619 144 3
                                    

Cup

Kedua bibir itu menyatu lembut dengan dua perasaan yang kentara. Kedua tangan lelaki itu mencengkeram kuat bahu istrinya yang semakin menekan tengkuknya agar tidak terlepas.

"Mereka sangat mesra, dan serasi bukan, Ratu Kim?" Ujar Ratu Lee tersenyum hangat menatap kedua pasangan di atas altar. "Lihatlah Cadenza, bukankah dia seharusnya takdir Pangeran? Mereka sangat cocok di padukan―"

"Tidak." Yang Mulia Ratu Kim menyela, pandangannya tetap ke arah altar. "Takdir Putra Mahkota adalah Putri Yujin dari Ahnalon, dan itu sudah jelas tertulis di Wahyu yang Tetua kerajaan bicarakan."

"Tapi bisa saja Tetua berbohong?"

Pandangan Ratu Kim mulai menoleh ke arah Ratu Lee. Ekspresinya yang datar, dingin menjadikan aura kuatnya terasa menusuk kulit dan mengintimidasi. "Tetua di pilih karena jujur bukan karena manipulasi yang lancar." Ratu membalas membuat Ratu Lee langsung membuang wajahnya.

Pautan dua bibir itu terlepas. Usai mereka berciuman, acara penyimpanan momen yang di lukiskan akan di langsungkan. Butuh waktu cukup lama, hingga bingkai lukisan pernikahan  Kim Doyoung dan Kim Cadenza akan di pajang di sebelah bingkai foto pernikahan pertama Putra Mahkota.

"Selamat Putriku, setelah sekian lama kau menunggu akhirnya hari ini datang. Mama harap kau bahagia dengan suamimu, ya." Ucap Ratu Lee tersenyum bahagia sembari memeluk Putrinya erat.

"Terima kasih Ma. Aku pasti akan bahagia, apapun situasinya."

Setelah berpelukan, Ratu Lee menatap menantunya dengan tatapan yang lembut. "Saya harap, kamu bisa membahagiakan dan menjaga Cadenza." Kemudian Ratu Lee langsung memeluk Doyoung dan mengusap punggung suami putrinya itu. "Saya juga berharap, Pangeran bisa menomor-satukan Cadenza di atas apapun, bisa?"

Ratu Lee tertawa kecil sambil melepas pelukannya. Dia menatap Pangeran lembut dan Cadenza hangat. "Semoga kalian bahagia. Saya pamit dahulu." Ratu pergi, turun dari altar.

"Akhirnya kita resmi." Cadenza terkekeh senang, dia menautkan tangannya dengan tangan besar suaminya. "Ku harap, kau mau memenuhi permintaan Mama." Ujar Cadenza, menatap penuh sorot biasa yang suaminya berikan.

Doyoung hanya mengalihkan perhatian ke sembarang arah. Kemudian tatapannya terpaku ke arah jam besar yang menunjukan jika sudah 14 jam pernikahan di gelar.

Terlintas satu nama yang membuat Doyoung serasa sulit bernafas. Tanpa sadar dia mencengkeram kuat tangan Cadenza dengan air keringat yang mengalir. Cadenza meringis sakit merasakan tulangnya seolah akan retak. "Pangeran!"

Semua tamu langsung menatap ke arah Cadenza dan Doyoung di atas altar. Tatapan mereka seakan terkejut kemudian langsung mengekspresikan wajah meringis saat melihat darah berjatuhan di atas altar.

Wajah Cadenza memucat dengan darah yang menetes dari hidungnya. Tubuhnya mundur karena oleng sampai duduk di atas sofa. Doyoung tetap berdiri dan menatap Cadenza kosong. Pikirannya pergi, dan tidak memperhatikan sekitarnya.

"Doyoung.." panggil Cadenza lemah. Punggungnya bersandar di sofa dengan wajah semakin pucat. "Tolong.."

Tidak ada respon apapun membuat para Tamu mulai berbisik. Ratu Kim yang muak mendengar segala bisikan itu akhirnya berdiri membuat semua perhatian teralih ke arahnya. Kemudian Ratu berjalan hingga ketika di altar, wanita itu langsung menarik tangan Doyoung sampai lelaki itu tersadar dan membawanya ke arah Cadenza.

"Bawa dia ke kamar. Jangan mempermalukan keluarga ini sekali lagi." Bisik Ratu Kim tajam ke pada Doyoung yang menatapnya.

Dengan berat hati, Doyoung menggendong Cadenza bridal dan membawanya ke lantai atas― tepatnya di kamar. Begitu Cadenza dia baringkan, Doyoung langsung pergi ke arah balkon.

"Tunggu,"

Langkah Doyoung berhenti, bahkan sebelum tangannya membuka pintu balkon.

Kedua kelopak mata Cadenza terbuka. Bola matanya langsung teralih ke arah suaminya dengan tatapan sayu dan lemah. "Tolong jangan pergi, aku sendirian.."

"Aku akan minta pelayan untuk menemanimu dan melayani kebutuhanmu." Balas Doyoung tanpa menoleh dan hendak Kembali keluar dari balkon.

"Apa kau akan bersikap seperti ini juga saat Yujin di posisiku?"

Pertanyaan yang berhasil membuat Doyoung berhenti bergerak. Cadenza terkekeh miris, sembari memejamkan matanya kembali. "Kalau kau bersikap sama, silahkan perg―"

"Kau dan Yujin berbeda." Doyoung menjawab, dia berbalik badan. Matanya menatap tajam Cadenza. "Yujin takdirku sekaligus istriku. Sedangkan kau? Kau hanya seorang wanita yang di kasihani karena kebohonganmu sendiri." Sarkas Pangeran sebelum kakinya benar-benar keluar ke balkon.

Lelaki itu kemudian berhenti di pinggir pagar balkon dengan tatapan menerawang jauh. Hembusan nafasnya seperti angin yang terlihat dengan matanya yang terpejam. Pikirannya hanya ada satu nama, takdirnya yang sekarang tidak tau bagaimana keadaannya.

Detik ketika Pangeran memejamkan mata, kakinya sudah berpijak di atas tanah perbatasan. Lelaki itu membuka matanya perlahan, memperlihatkan bola mata berwarna hitam pekat dan tajam meski datar. Kepalanya menoleh ke sebelah kanan, "Ini ... Perbatasan Negeri kerajaan dengan Negeri sihir." Gumamnya pelan.

Dia menghela nafasnya kemudian tangannya langsung memutuskan sebuah benda yang menggantung di lehernya. Kalung dengan lambang Ankh. Doyoung memasukkan kalung itu ke dalam sakunya.

Dengan begini, segel darah penyihirnya akan menyebar dan mengganti darah manusia menjadi darah keturunan penyihir.

Kakinya berbalik ke arah berlawanan dari Negerinya dan pergi lebih masuk ke dalam tanah Negeri sihir. Di sini, bau dari tubuh manusia biasa pasti akan tercium dengan mudah. Tetap Pangeran yang lahir dengan darah sihir dari Ibundanya, tidak memiliki bau seperti manusia biasa.

Sepanjang jalan, Pangeran terus melihat sekitar sebagai bentuk waspada. Meskipun dia tau jika baunya tidak akan tercium, tapi tetap saja bahaya bisa datang di mana saja tanpa dia sadari nantinya.

Hingga ketika langkahnya berhenti di depan sebuah batu besar berisikan tulisan yang hanya bisa di mengerti seorang penyihir. Tangan Doyoung terulur, mengusap batu besar itu yang sedikit kasar dan membaca lebih jelas untaian kalimat.

Terdapat tulisan yang menyerupai gambar paku. Kening Doyoung mengernyit, itu tandanya, tulisan ini adalah rahasia besar yang sulit untuk di ungkapkan langsung. Tapi dia memilih untuk mundur dua langkah, dan kembali melanjutkan pencariannya.

Keadaan disini sangat gelap karena Pangeran berada di sisi Utara dimana dia berada di dalam Negeri sihir yang penuh ilmu hitam. Banyak juga hewan aneh yang biasanya para penyihir gunakan untuk uji percobaan. Seperti Kelinci berkepala serigala, Ayam berkaki Bebek, dan Elang bermulut gagak.

Doyoung berhenti berjalan tiba-tiba. Pendengarannya yang tajam langsung membuat dia menoleh ke belakang, dan menahan sebuah tombak yang di tembak dari pohon yang cukup jauh. Doyoung menjatuhkan tombak itu dan langsung pergi berlari mengikuti seseorang yang baru saja melemparkan tombak ke arahnya.

"Tunggu aku, Yujin."

Prince(ss)Место, где живут истории. Откройте их для себя