-|Sign meaning|-

526 82 4
                                    

Air dan karang bersatu, langit dan tanah berjauhan. Apa yang bersatu, dan apa yang berjauhan. Satu ikatan, seribu batang. Merupakan arti dari sesuatu yang ditakdirkan bersama, tidak akan terpisah seperti air dan karang. Hanya Tuhan yang dapat memisahkan mereka, jika dia berkehendak. Dan sesuatu yang berjauhan, akan tetap jauh. Bila tidak ditakdirkan bersama, tidak mungkin bersama.

Takdir seperti itu. Bersatu bila memang dipersatukan. Menjauh bila memang bukan takdirnya. Satu ikatan, seribu batang. Istilah populernya, sekali mendayung, seribu pulau terlampaui. Melakukan satu hal, bisa mendapat seribu keuntungan ataupun seribu masalah. Tergantung bagaimana menjalaninya.

Tuhan tidak pernah berhenti memberikan ujian sampai kita benar-benar sadar jika Ialah penolong dan sumber jawaban dari masalah.

Bersamanya, anda akan menegakan bendera perjuangan atas jalan hidup Tuhan. Kim Doyoung harusnya mengerti isyarat Tuhan yang diberikan padanya. Jika dalam hidupnya, masalah akan dia perjuangkan bersama takdirnya. Tetua kerajaan yang dia hormati sendirilah yang mengatakan jika takdirnya Ahn Yujin. Maka, segala masalah, Kim Doyoung akan berjuang bersamanya.

"Perang ini bisa diperjuangkan kalian bersama. Solusinya hanya satu, putuskan dan berjuang. Namun memutuskan tidak akan mudah, harus ada pengorbanan. Tragedi-tragedi setelah ini tidak akan mudah. Berjuanglah bersama seperti isyarat Tuhan yang diberikan pada Pangeran. Dan bersatulah seperti karang dan air seperti isyarat Tuhan yang diberikan Putri Yujin."

Nasihat Pli Aga mereka berdua dengarkan. Begitu selesai, keduanya memilih pamit keluar dari ruang suci dan sampai di luar istana. Keduanya sama-sama membisu setelah mendengar ucapan Pli Aga.

Pangeran menoleh ke Yujin. Begitu juga Yujin yang menoleh ke arahnya. Bibir Pangeran mengukir senyum tipis, "Setidaknya kita tetap bersama. Apapun yang terjadi, aku akan melindungimu."

"Meskipun Putri Lee Cadenza yang melakukannya?"

Bukan Yujin yang bertanya. Keduanya menoleh sama-sama ke seorang wanita yang berjalan ke arah mereka. Itu wanita yang beberapa hari Pangeran temui di tengah hutan. Wanita yang meminjamkan kudanya.

Kim Sungre. Dari desa KimBo. Orang yang tinggal di dalam wilayah kerajaan OrlanKim.

Berhenti di depan Pangeran dan Putri, Sungre membungkukkan badan kemudian kembali berdiri tegak. Wanita dengan pakaian merah pekat dan hitam di beberapa sisi, terlihat seperti seorang ksatria. "Maaf aku mendengar pembicaraan kalian dan memberikan pertanyaan tiba-tiba. Hanya saja, aku penasaran, bagaimana Putra Mahkota kami bisa melindungi anda jika musuh kalian adalah istri Putra Mahkota sendiri."

Yujin kembali sadar karna ucapan wanita di depannya. Benar apa yang diungkapkan Sungre. Gadis itu menoleh, menatap takdirnya yang hanya menatap lurus ke arah Sungre dengan tatapan kosong. Yujin ikut menatap Sungre. "Soal itu.."

Tangan Pangeran yang menggenggam tangan Yujin, menguat. Gadis itu tidak melanjutkan ucapannya, justru menatap takdirnya yang masih menatap lurus ke arah Sungre. "Jikapun aku harus membunuh Cadenza, aku akan membunuhnya."

"Pangeran!"

Sungre tersenyum kecil, "Putra Mahkota, anda terlalu gegabah jika menyangkut Putri, ya? Biasanya anda terlihat berwibawa. Anda juga terlihat memiliki seribu jalan keluar untuk masalah negeri kita. Tapi sekarang, anda— maaf, aku lancang mengatakannya." Dia membungkuk sedikit, melirik Pangeran. "Tapi aku serius mengucapkannya."

"Kau—"

"Dia benar." Sela Yujin membuat bentakkan Pangeran berhenti. "Pangeran tidak bisa gegabah seperti itu. Membunuh istri Pangeran bukan jalan keluar, justru masalah. Pada akhirnya, kita tetap tidak akan bisa bersama. Tetua pasti akan memisahkan kita karna Pangeran akan menjalani hukuman." Bibir Yujin mulai bergetar, namun dia tetap terlihat serius dengan ucapannya. "Aku tidak mau Pangeran gegabah seperti ini."

Prince(ss)Where stories live. Discover now