-|Stay by my side|-

608 145 3
                                    

BRUK!

"Untung saja." Penyihir itu terkekeh kecil sambil bangkit dan berjalan menghampiri Pangeran. Namun baru beberapa langkah, penyihir itu langsung mundur ketika sebuah daun jalar hampir mengenai wajahnya.

Penyihir itu menoleh, menatap Elf bangsa Fyl. Kemudian dia tersenyum miring sangat tipis dan detik selanjutnya, Elf itu sudah berada di dalam cengkeraman penyihir itu yang berdiri di belakangnya.

"Berani sekali berpindah Tuan."

Sedangkan Yujin yang sudah di dekat takdirnya langsung memapah suaminya yang sudah tidak sadarkan diri dan membawanya berlari pergi dengan kaki yang kaku karena pergelangan kakinya bengkak juga bertelanjang kaki.

Sekilas Yujin menoleh ke belakang dan menatap Elf itu yang memberikan senyuman indah sebelum akhirnya hilang bagai kepingan cahaya bersamaan dengan kabut hitam milik penyihir.

***

Perempuan itu menyenderkan punggung lelakinya di pohon besar ketika siang sudah sangat terik. Yujin duduk di sebelah takdirnya dan melihat luka di bahu Doyoung. Dalam dan lebar. Yujin tidak hebat dalam penyembuhan, bahkan penghambatan luka saja tidak pernah belajar.

"Apa jika ku tutup saja akan berhenti darahnya?" Gumam Yujin lalu menganggukan kepala yakin. Gadis itu melepas ikatan di pinggangnya yang menyambungkan atasan dan bawahan. Kain pengikat itu dia gunakan untuk membalut lengan atas Pangeran dengan erat.

Sekarang, Yujin hanya memakai atasan gaun dan bawahannya adalah celana pendek biasa berwarna putih, sewarna dengan gaunnya tadi.

Tepat ketika Yujin selesai mengikatkan kainnya di lengan suaminya, Doyoung juga membuka matanya. Sejenak Yujin hanya diam, sambil mencengkeram kuat telapak tangan Doyoung yang basah oleh darah. Tatapan gadis itu bergetar, memperhatikan Doyoung yang berusaha membuang nafasnya lewat bibir.

Uhug!

Yujin langsung mengusap punggung suaminya yang sedikit membungkuk ke bawah, membuang dahaknya yang berdarah. Setelah membuang darah beberapa kali, Doyoung kembali bersandar dan langsung membawa tangan Yujin yang menggenggam tangannya di atas dadanya sambil kembali memejamkan mata.

"Sakit.." lirih Doyoung memberi tau. Cengkeramannya di tangan Yujin mengeras dengan desisan kecil.

Perlahan, tangan Yujin yang lain menyentuh puncak rambutnya dan mengelusnya lembut. "Aku sudah membalut lukanya. Setidaknya bisa menghentikan pendarahan." Ucap Yujin memberi tau. Tatapannya masih terfokus ke arah takdirnya. "Kita akan pergi ke desa terdekat jika kau sudah bisa berjalan."

Doyoung membuka matanya lagi. Bibirnya kering dan menipis. Tatapannya sayu, menyiratkan sakit. "Aku.. tidak bisa pergi ke desa." Ucap Doyoung menatap Yujin dengan salivanya yang di telan. "Bahkan melewati perbatasan aku tidak bisa.."

"Kenapa?" Yujin bertanya, tatapannya kosong namun tetap fokus. "Pangeran? Katakan padaku, kenapa tidak bisa?"

Doyoung hanya diam dengan mata dia pejam kembali. Yujin yang melihatnya hanya membuang nafasnya. "Setelah lukanya sudah sembuh, Pangeran harus berjanji mengatakan alasannya." Tegas Yujin membuang pandangannya.

Diam-diam Doyoung membuka matanya dan melirik Yujin. Tapi tak lama, dia kembali memejamkan matanya.

***

Di istana, suasana sedang tidak baik-baik saja. Putra Mahkota juga takdirnya tidak ada di istana membuat pemerintahan di istana tidak terkendali. Yang Mulia Ratu hanya diam di dalam kamarnya, tidak ada yang tau beliau sedang apa.

Hanya Junkyu. "Pangeran, pertemuan dengan Raja Harles―"

"Alihkan ke diriku." Sela Junkyu cepat, sambil melihat dokumen kerugian warga.

Prince(ss)Where stories live. Discover now