-|Hatred|-

988 96 13
                                    

Saat kecil, Junkyu memiliki sifat patuh dan sangat sopan. Di hadapan Raja. Namun setelah kematian Ayahandanya, sifat lain yang tersembunyi di dalam dirinya, seolah muncul ke permukaan.

Sejak dulu- dia membenci adik tirinya. Dia yang bersusah payah untuk terlihat kuat dan cocok menjadi Putra Mahkota, tidak sebanding dengan adiknya. Meski dia bekerja keras untuk menjadi lebih kuat dan terus menjadi lebih mampu untuk menopang beban Putra Mahkota, tetap saja dia kalah dengan adiknya.

Seolah Raja memang hanya mempersiapkan Kim Doyoung untuk dijadikan Putra Mahkota.

Satu hari saat malam, Junkyu merenung di kamarnya. Usai berlatih pedang, tubuh kecil Junkyu penuh luka. Namun dia tidak merasa sakit, bahkan mengobati sendiri dia enggan. Pikirannya terus berputar saat dimana Ayahanda hanya melirik Doyoung yang memang dia akui, pandai berpedang.

Cklek.

"Junkyu?" Ibundanya memanggil. Ratu Kim- istri kedua Raja, menghampiri Putranya yang duduk sendirian di sisi ranjangnya. Wajah putranya terlihat murung. Dan dia mengerti alasannya. "Kemari. Ibunda obati."

"Tidak."

"Junkyu.."

"Bu, ada apa denganku? Dimana salahnya? Kenapa sebanyak apapun aku berusaha, sebanyak apapun luka ditubuhku, aku tidak pernah bisa lebih hebat dari adik?" Tanya Junkyu tanpa menoleh ke arah wanita yang duduk di belakangnya. Tangannya mengepal erat, sedikit bergetar. "Kenapa aku selalu kalah?"

"Kau bukan kalah. Hanya saja-"

Junkyu terkekeh, menghentikan ucapan Ibundanya. "Benar. Hanya saja aku memang tidak memiliki kemampuan. Sejak dulu, bahkan sejak lahir, aku tidak sebanding dengan adik." Cemooh Junkyu pada dirinya sendiri. Wajah Ratu kian muram. Melihat putranya merendahkan dirinya sendiri, sangat melukai hatinya. "Sampai kapan aku harus melihat Ayahanda hanya melirik adik? Aku harus bagaimana agar Ayahanda mau melihat kemampuanku?"

Berbagai pertanyaan yang tak bisa Ratu jawab, terus membuatnya bungkam. Sebanyak pertanyaan putranya, hanya ada satu jawaban. Dan itu, tidak bisa Ratu beri tau.

Karna sejak Junkyu lahir pun, anak Raja dari takdirnya yang diperbolehkan menjadi Raja berikutnya.

"Rasanya.. lebih baik Ayahanda mati saja." Gumam Junkyu, yang didengar oleh Ratu.

"Junkyu, kau-"

Tubuh kecil Junkyu berbalik, menatap Ibundanya dengan senyum kecil yang menyeramkan. "Ibunda juga berfikir seperti itu, kan? Ibunda cemburu dengan Ratu Kim karna Ayahanda lebih banyak memberikannya perhatian? Ibunda cemburu karna Ayahanda lebih banyak berada di kamar Ratu Kim daripada-"

"Cukup." Tegas Ibundanya dengan bibir bergetar. "Kau tidak pantas berbicara seperti itu, Kim Junkyu."

Junkyu diam. Wajahnya kembali tanpa ekspresi. Namun kakinya bergerak mendekati Ibundanya, dan berhenti selangkah di dekatnya. "Ibunda tau? Ayahanda akan menceraikan Ibunda. Besok saat fajar, Ayahanda akan pergi menemui Pli Aga untuk keputusan cerai Ibunda dengan Ayahanda." Bisik Junkyu.

Ibundanya sedikit terkejut, namun dia belum terhasut. "Kau fikir itu mudah? Darimana kau tau? Jangan asal berbicara. Kata-katamu di luar batas." Peringat Ibundanya tajam.

Pangeran sulung Kim itu tersenyum maklum melihat reaksi Ibundanya. "Ibunda tidak percaya, kan? Tapi aku mendengarnya sendiri, Ayahanda akan menceraikan Ibunda besok dengan menggunakan janji suci Ayahanda dengan Ratu Kim sebagai takdirnya."

Setelah menghasut Ibundanya sendiri, Junkyu mundur. Memperhatikan wajah Ibundanya sendiri yang terguncang dengan kata-katanya, membuat Junkyu diam-diam tersenyum. Ibunda pasti terhasut.

Prince(ss)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang