-|Sin|-

749 185 32
                                    

"Tidak ada hubungan yang tidak memiliki masalah." Pangeran Junkyu berucap, di belakang tubuh Yujin membuat gadis itu tersentak di kursinya. "Yang perlu kau lakukan hanya terima, karena semua sudah di atur Tuhan." Sambungnya membuat kepala Yujin merunduk.

"Aku ingin menerimanya, tapi rasanya sesak dan sakit."

"Itu namanya pengorbanan dan perjuangan sekaligus." Balas Pangeran berdecak kecil, "Jika memang ada pernikahan tanpa masalah, aku berani menikahi siapapun perempuan yang bisa melakukannya."

Kepala Yujin terangkat, melihat Pangeran Junkyu di belakang. Sejenak Yujin diam, sebelum akhirnya terkekeh.

"Saya tidak berharap hal yang sama." Ucapnya pelan, membuat Junkyu diam. "Karena kebahagiaan ada karena rintangan. Semua tau, jika kebahagian akan semakin terasa jika usai melewati masalah." Gadis itu menarik nafas dalam, "Aku percaya, akan ada kebahagiaan di pernikahanku dengan Pangeran di akhir cerita kami."

Junkyu sejenak diam, sebelum akhirnya menggerling malas, "Seterah." Pangeran itu berbalik badan, kemudian melangkah pergi, namun tak lama kakinya berhenti kembali.

Yujin berdiri, matanya melihat ke arah takdirnya yang berdiri di depan Pangeran Junkyu. Tangannya meremas gaun-nya, sebelum akhirnya berbalik badan, dan memilih pergi dari taman.

Doyoung hendak berlari mengejar, namun Junkyu lebih dulu menahan bahunya. "Jika kau mengejarnya, itu sama saja kau membuatnya tidak bisa berfikir jernih." Bisik Junkyu sebelum pergi lebih dulu, masuk ke dalam istana.

Sementara Doyoung menghembuskan nafas. Tangannya mengusap kepalanya yang basah, kemudian memilih pergi melewati taman, untuk ke gerbang.

"Pangeran!"

Doyoung berhenti bergerak, tubuhnya berbalik badan, kemudian matanya menatap datar perempuan yang berlari ke arahnya. Pangeran membuang muka, saat Tuan Putri berada di depannya.

Cadenza tersenyum, "Anda ingin pergi kemana Pangeran?"

Doyoung membuang nafas, "Kau tidak perlu tau."

Pangeran berbalik badan hendak pergi, namun Cadenza lebih dulu menahan tangannya membuat Pangeran menyentak tangannya kasar.

"Kau―!" Pangeran menarik nafas dalam, menelan kembali emosinya. "Kau dan aku masih belum sah."

Cadenza merunduk, "Tapi kita sudah―"

"Aku tidak melakukannya denganmu!" Teriak Pangeran membuat Cadenza tersentak. Perempuan itu merundukan kepala, sambil menggesek jari-jarinya sendiri. Namun Cadenza hanya terkekeh, sambil mengangkat kepala, menatap Pangeran.

Kakinya menjijit kemudian berbisik di telinga Pangeran, "Sayangnya, semua sudah percaya dengan alibi-ku."

Kedua tangan Pangeran terkepal kuat, dengan matanya menatap Cadenza yang tersenyum manis. Perempuan itu mengangkat tangannya, kemudian mengusap pipi Doyoung dengan lembut.

"Tapi jika kau mau melakukannya, kita bisa melakukan saat malam pertama, bagaimana?" Kikikan geli keluar dari bibir Cadenza, dan perkataannya mampu membuat Doyoung menahan amarahnya dalam-dalam.

"Kau tau apa dosa yang akan kau tanggung karena menghancurkan pernikahan suci Tuhan." Desis Doyoung membuat Cadenza terkekeh kecil.

"Aku siap menanggung dosa dari Tuhan, asalkan aku bisa menjadi istrimu, Pangeran."

Doyoung menyentak tangan Cadenza yang ingin membelai pipinya kembali. Pangeran bungsu itu pergi, meninggalkan Cadenza yang tersenyum kecil.

***

Malam hari, Pangeran baru pulang ke istana. Tangannya memegangi keningnya sendiri, kemudian melihat telapak tangannya yang berdarah.

Kakinya berhenti bergerak begitu melihat takdirnya berdiri. Doyoung hanya diam, sementara Yujin bergerak mendekat kemudian tangan gadis itu memegang luka Doyoung, menekannya pelan.

"Sakit?"

Doyoung berkedip, kemudian mengangguk meskipun tidak benar-benar sakit. Yujin menghela nafas lalu menggenggam tangan takdirnya dan menarik Pangeran ke taman, mendudukan suaminya di kursi.

"Tolong ambilkan kotak kesehatan."

Dayang membungkukan punggung lalu pergi, meninggalkan satu pasangan itu yang hanya diam, tidak mengucapkan satu kata pun.

Pangeran membuang nafas berat, lalu menoleh menatap takdirnya. "Bisa kau percaya padaku lagi?"

Yujin memejamkan mata sejenak. "Aku ingin sekali percaya pada takdirku sendiri. Tapi tolong berikan aku waktu, sebentar saja." Kemudian Yujin membuang nafasnya, "Setelah itu, mungkin aku akan mencoba memahami ceritamu dengan kepala dingin."

Doyoung mengangguk pelan. Ekspresinya biasa saja, namun sekilas tampak murung. Yujin mengabaikannya, karena saat ini hatinya sedang tidak dalam suasana baik.

Dayang datang, kemudian memberikan Yujin kotak kesehatan. Gadis itu menerimanya kemudian menghadap ke arah takdirnya, lalu mulai membersihkan darah di kening Doyoung dengan hati-hati.

Setelah bersih darahnya, bekas luka itu Yujin tutupi dengan kapas.

"Terima kasih."

"Hm, tidak masalah. Ini tugasku." Balas Yujin lalu berdiri dari kursinya, hendak pergi namun tidak jadi begitu melihat Cadenza berdiri tak jauh darinya.

Yujin mengepalkan tangan kemudian langsung duduk kembali membuat Pangeran menoleh ke arahnya. "Kau tetap disi―"

Cup

Pangeran membeku begitu Yujin menangkup kedua pipinya dan langsung menciumnya. Tatapan Doyoung menatap takdirnya yang memejamkan mata. Pelan-pelan buaian itu membuat Doyoung ikut memejamkan mata dan membalas ciuman Yujin dengan memegang tengkuk takdirnya.

Dari sebrang, Cadenza mengepalkan tangannya. Menatap tidak suka melihat cumbuan asmara pasangan itu.

"Tidak usah cemburu, kau bukan siapa-siapanya."

Cadenza berbalik badan, menatap Kim Junkyu yang berdiri di belakangnya, sedang memasang sarung tangan. Pangeran itu menggerakkan kakinya berjalan ke arah Cadenza, berdiri di sebelah perempuan itu.

"Lagipula, apa kau tidak memikirkan resiko menghancurkan takdir Tuhan?" Junkyu bertanya, matanya tetap berpandangan ke depan.

"Aku tidak perduli." Jawab Cadenza kesal. Perempuan itu berbalik badan hendak pergi, namun Junkyu menahan tangannya.

"Kau tidak perduli karena kau tidak tau benar?" Ucapan Junkyu membuat Cadenza membeku diam. Pangeran itu bergerak, mendekat ke arah Cadenza kemudian mendekatkan bibir ke telinga.

"Kehancuran lalu kepasrahan. Kau tau artinya bukan?" Bisik Junkyu kemudian kembali menegakan punggung. "Dan kau juga akan menyesali perbuatan-mu, karena berani menghancurkan pernikahan adik-ku."

Tangan Junkyu terulur, memegang kuat bahu Cadenza membuat perempuan itu mendesis sakit. "Tuhan akan menghukum-mu karena berani menghancurkan ikatan suci yang dia buat. Dan aku akan membuatmu menderita, karena berani menghancurkan pernikahan suci adik-ku dengan kebohongan busuk dan rendahan."

Pangeran sulung itu menghempas kuat bahu Cadenza kemudian pergi. Kedua tangan Cadenza terkepal, amarahnya seperti memanaskan otaknya di malam hari.

Kemudian pandangan Cadenza beralih ke arah pasangan itu kembali yang usai berciuman. Tatapan Pangeran sangat dalam menatap takdirnya, terdapat sayang di dalamnya. Sedangkan Yujin, meskipun besar rasa kecewanya, tetap ada satu titik rasa sayangnya.

Bibir Yujin mengecup kening Pangeran kemudian menatap takdirnya kembali. "Bibir ini, hanya untuk-ku."

Prince(ss)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora