-|Sincerity|-

786 178 6
                                    

"Putra Mahkota sudah kembali ke istana!"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Putra Mahkota sudah kembali ke istana!"

Yujin yang berada di dalam aula, bergegas pergi keluar. Raja dan Ratu ikut keluar dari istana, serta sesepuh. Ketika mereka di luar, mereka hanya diam, melihat Pangeran masuk ke dalam istana dengan penampilan berantakan.

Rambutnya yang acak-acakan, kancingnya yang terbuka di bagian atas, serta wajahnya yang seperti mabuk. Penampilan yang mampu membuat seluruh keluarga kerajaan terkejut, dan tidak percaya.

Bahkan keluarga kerajaan dari berbagai wilayah ikut menutup mulut mereka, menahan cibiran yang bisa saja di dengar Raja dan Yang Mulia Ratu Orlankim.

Junkyu yang melihat adiknya datang dalam keadaan mabuk, serta pakaian acak-acakan, hanya menunjukan wajah datarnya. Ekspresinya terlihat seperti melihat sesuatu yang sama dalam diri adiknya, dan membuat dia tanpa sadar mengepalkan tangan.

Sedangkan Yujin yang berdiri paling depan hanya bisa bungkam dengan kedua tangan di kepalkan di dua sisi tubuhnya. Bahunya bergetar, ingin menangis dan berlari ke Tuhan untuk mengadu betapa sakit hatinya.

Raja Ahnalon berdiri di depan Putrinya, tepatnya di depan Pangeran yang di papah dua prajurit.

"Jatuhkan dia berlutut."

Prajurit tidak melakukannya karena Putra Mahkota yang memimpin mereka. Raja berdesis hampir membentak namun tidak jadi, karena melihat Pangeran sendiri yang berlutut di depannya.

"Maafkan saya, Yang Mulia Raja." Ucapnya pelan dengan nafas tercekat karena tenggorokannya yang perih dan membakar. Pangeran merundukan kepala, ingin memuntahkan sesuatu namun dia menahannya karena masih sadar jika di depannya adalah Ayahandanya.

Yang Mulia Raja menatap lurus ke arah perempuan yang datang dengan tubuh di tutupi jubah kain karena di temukan dalam keadaan telanjang bulat.

Tepatnya di atas ranjang, sebelah Pangeran.

"Bawa dia kemari." Sesepuh menitah, berdiri di sebelah Yang Mulia Raja. Prajurit mematuhinya dan membawa Tuan Putri Leetuk itu ke hadapan Sesepuh.

Tangan sesepuh yang sudah terbalut kain putih tebal itu menempelkan tangannya di dua bahu perempuan itu. Mengusapnya pelan, dengan mata terpejam.

"Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. Tuhan sangat menjaga wanita, karena mereka berharga. Tuhan membenci hamba-Nya yang merusak perempuan." Ucap sesepuh berhasil membuat Yujin menangis di dalam dekapan Ibundanya.

"Ma.." Yujin memanggil dengan suara bergetar, "Ini tidak mungkin kan.."

Ibundanya ingin menggelengkan kepala, namun tidak ada yang bisa di elakan. Ratu Ahnalon itu mengusap punggung Putrinya yang bergetar hebat, dan sesekali mengecupi puncak rambutnya.

"Yujin tenang, biar Raja dan sesepuh yang menyelesaikannya." Hanya itu yang keluar dari bibir Ibundanya untuk menenangkan Putrinya, meskipun tidak akan berefek apapun karena Yujin terlanjur mencintai takdirnya.

Prince(ss)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora