-|god's sign|-

497 93 7
                                    

"Bunuh aku."

Yujin memilih mundur menjauh dari Cadenza. Dia tidak ada pilihan. Untuk saat ini, tidak berurusan dengan Cadenza adalah pilihan yang terbaik.

"Ahn Yujin. Jika kau masuk kembali. Aku pastikan aku akan mati disini."

Langkah Yujin berhenti. Gadis itu menoleh ke belakang, menatap Cadenza dengan desisan tipis. Wanita itu mempermainkannya. "Bunuh diri tidak akan menghukum Pangeran."

"Bukan bunuh diri. Seseorang akan membunuhku di waktu yang aku sendiri tidak ketahui." Balas Cadenza tersenyum licik. "Selangkah kau masuk, detik atau menit berikutnya adalah kematianku."

Ancaman rendahan namun membuat Yujin mau tidak mau menjauh dari gerbang masuk. Matanya menatap tajam Cadenza. "Apa yang kau inginkan? Kematianku? Itu sama saja menghukum-"

"Kau akan meminta Pli Aga untuk mengurus perpisahan tali pernikahanmu dengan Pangeran." Potong Cadenza percaya diri. Yujin mengangkat satu alisnya, merasa bahwa Cadenza terlalu besar suara. "Kau tidak percaya?"

"Kenapa aku harus meminta Pli Aga memutuskan tali pernikahanku dengan Pangeran?"

"Karna sebentar lagi kerajaanmu dengan kerajaan Orlankim akan perang. Sebagai suami istri, ini sudah termasuk bencana besar. Dosa. Dan jika kau mempertahankan hubunganmu dengan Pangeran, dosa kalian akan terus bertambah hingga kalian mendapatkan hukuman bersama." Jelas Cadenza dengan senyum puas.

"Tidak akan ada perang. Aku-"

"Ayahmu sudah menyatakan perang. Mau kau menolak, perang sudah diterima langsung oleh Yang Mulia Ratu Kim. Kau tidak bisa apa-apa, Ahn Yujin. Kau dan Pangeran akan segera berakhir, tepat sebelum perang terjadi."

"Dan setelah itu. Aku akan membunuhmu supaya Pangeran melupakanmu. Aku sendiri, yang akan membantunya melupakanmu, Ahn Yujin."

"Itu tidak akan pernah terjadi."

"Akan terjadi." Kecam Cadenza serius. "Masuklah ke dalam. Dan bicarakan dengan suamiku sebelum kalian berpisah. Minta dia untuk menerimaku sebagai istri satu-satunya."

Setelahnya, Cadenza menghilangkan dirinya begitu saja. Sebagai seorang penyihir kelas atas, mudah bagi Cadenza untuk teleportasi. Namun energi yang digunakan akan terkuras sesuai dengan jarak tujuan dari tempat dia berdiri.

Yujin masih di tempatnya. Terpaku diam. Seorang prajurit berdiri di belakangnya, bersimpuh. "Tuan Putri, Putra Mahkota Ahnalon datang menemui anda."

Gadis itu menarik nafasnya dalam. Dia berbalik badan dan berjalan masuk ke dalam gerbang. Ketika matanya menemukan punggung takdirnya, perasaan Yujin semakin campur aduk. Rasanya dia ingin berlari menjauh. Dia belum siap menghadapi apa yang akan terjadi.

Merasa seseorang yang dia cari ada di belakangnya, Pangeran berbalik badan. Dia menghela nafas lega dan berjalan mendekati Yujin. Tanpa peringatan, dia memeluk istrinya. Memberikan kecupan di kening takdirnya berulang kali. Menandakan seberapa rindu yang dia tahan selama ini.

"Pangeran.."

"Dengarkan aku, princess. Aku tau perang akan tetap terjadi meskipun kita menolaknya. Tapi ada satu cara yang sudah bisa kita lakukan untuk mencegah perang." Kata Pangeran, mengurai pelukan mereka. Menatap Yujin dalam, penuh harap. "Kau mau menjadi Ratu untukku, princess?"

Yujin cukup terkejut mendengarnya. Dia tidak pernah terfikir untuk menjadi Ratu selama istri mendiang Raja masih ada. Terlebih, umur Pangeran terbilang muda untuk memimpin negeri meskipun wawasan dan jiwanya sudah mencukupi dirinya menjadi Raja.

"Jika Pangeran menjadi Raja, aku bukan Ratu satu-satunya. Pangeran perlu membawa Putri Cadenza dalam upacara."

Doyoung tersenyum tipis. Telapak tangannya mengusap pipi takdirnya. "Jangan khawatir. Pli Aga akan membantu kita. Kau hanya perlu mengikuti ucapan ku." Katanya tenang.

Prince(ss)Where stories live. Discover now