s e p u l u h

66.4K 4.4K 58
                                    

.: 10. Cemburu? :.

Pagi ini pukul setengah sembilan, Nalana mendatangi laundry tempatnya akan melamar kerja. Karena jaraknya tidak jauh dari kontrakan, jadilah ia berjalan kaki sekalian olahraga. Sembari membawa brosur, Nalana terus memperhatikan setiap rumah supaya dirinya tidak salah tempat. Akhirnya, setelah lama mencari, Nalana menjumpai sebuah rumah sekaligus tempat laundry dengan spanduk yang terpajang.

Sparkle Laundry.
Kilaukan pakaian Anda bersama kami!

Nalana menghampirinya. Ia menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Setelah dirasa rasa gugupnya mulai berkurang, Nalana mengetuk pintu yang terbuka tersebut.

Seorang wanita yang sedang menyetrika baju mendongak. Ia menghentikan aktivitasnya dan segera menghampiri Nalana.

"Mau ngelaundry, mbak?" tanyanya sopan.

Nalana menggeleng sembari tersenyum tipis. "Nggak, mbak. Saya lihat di brosur ini, laundry punya mbak ini butuh orang buat bekerja, ya? Nia--"

Wanita itu terkekeh membuat Nalana tidak jadi melanjutkan perkataannya. "Oh, bener, kok. Masuk dulu ayo."

Wanita yang tak Nalana ketahui namanya itu menyeret Nalana masuk ke dalam rumah. Ia duduk di salah satu sofa diikuti oleh Nalana.

"Nah, kamu lihat 'kan seberapa banyak pakaian yang ada di sini?" Wanita itu mengelap keringatnya. "Kamu bisa bekerja di sini, langsung. Karena dari kemarin-kemarin saya tunggu nggak ada yang mau lamar kerja di laundry ini. Kamu bisa langsung kerja, hari ini."

Nalana cengo dibuatnya. "Hah? B-beneran? 'Kan saya--"

Wanita itu mengulangi tawanya. "Iya, bener. Nama saya Tami. Kerja di sini gampang, kok. Tugas kamu cuma cuci baju, setrika, jemur, sama packing aja. Urusan antar pakaian itu biar adik saya yang urus."

Nalana tersenyum canggung. "Nama saya Nalana, mbak. Makasih udah terima saya di sini. Saya--"

Tami mencubit pipi Nalana pelan. "Nggak apa-apa, santai aja. Kamu lagi hamil, ya? Aura kamu beda banget."

"Eh?" Nalana kembali terkejut dibuatnya.

"Kamu kagetan ya orangnya. Oh iya, di sini yang kerja cuma saya sama adik saya. Adik saya lagi nungguin anaknya di TK. Kamu bisa langsung kerja sekarang, kok. Bantuin saya jemur baju di belakang."

Nalana gelagapan. Ia mengangguk lalu mengikuti Tami. Setidaknya, ia bersyukur karena mendapatkan pekerjaan tidak sesulit yang ia kira. Sekarang tugasnya hanya harus memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin.

🍑🍑🍑

"Kakak siapa?"

Nalana yang sedang menyetrika baju mendongak menatap seorang anak kecil perempuan yang menatapnya kebingungan. Anak kecil itu tampak mencubit pipi Nalana, matanya berbinar kegirangan. "Wah, pipi Kakak kenyal, kayak jelly."

Nalana terkekeh dibuatnya. "Bisa aja. Nama kamu siapa?"

"Nama aku Killa, Kakak. Nama Kakak siapa?"

Killa ikut duduk bersama Nalana. Ia mengerjap lucu menunggu jawaban dari Nalana. Merasa gemas dengan anak perempuan berponi itu, Nalana mencubit pipinya, sembari menjawab, "Nama Kakak Nalana."

Killa tampak kebingungan. Ia memiringkan kepalanya sembari menggaruk rambut. "Na--? Na--Nayana?"

Nalana terkekeh geli, perempuan itu menggeleng, "Bukan, Killa. Na-la-na. Ayo coba diulang."

Killa menggeleng. "Nggak. Susah. Killa mau panggil Kakak Lana aja!" serunya, mengacungkan kedua jempolnya.

Tak lama, seorang wanita tampak datang tergopoh-gopoh dengan wajah yang memerah padam. "Killa!" pekiknya emosi.

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now