l i m a b e l a s

61.8K 4K 31
                                    

.: 15. Malu. .:

Nalana mendongak menatap Arga yang masih tertidur pulas. Selama tinggal bersama Arga, Nalana menjadi sering bangun pagi. Walaupun begitu, Nalana rindu suara Aruni yang pagi-pagi sudah meneriaki namanya sembari menenteng gayung yang berisi air.

Nalana mendekatkan dirinya ke arah Arga dan memeluk laki-laki itu. Ia menduselkan kepalanya mencari kehangatan. Nalana berani melakukannya karena Arga sedang tertidur, jika tidak ia mana berani.

Mata Nalana tidak berhenti menatap Arga. Arganta Gilang Bhagawanta. Pertama kali Nalana mengenal Arga karena cowok itu mengusir cewek-cewek yang dulu mem-bully dirinya. Meskipun akhirnya Arga juga ikut-ikutan mem-bully dirinya.

Jika dibandingkan dengan dirinya yang temannya bisa dihitung dengan jari, maka Arga berbeda. Cowok itu populer dan temannya di mana-mana. Apalagi ia sering menjuarai pertandingan voli atau olahraga yang lain mewakili sekolah. Selain itu, Arga itu tampan. Berpacaran dengan Agatha berkali-kali lipat membuatnya iri bukan main. Arga ganteng, Agatha cantik. Mengingat fakta itu, Nalana jadi kesal sendiri.

"Kenapa bangun?" Suara serak Arga membuat Nalana kaget.

"Masih jam setengah lima, lo kenapa bangun, hm?"

"U-udah pagi masa nggak bangun."

"Tapi gue masih ngantuk." Arga menumpukan kepalanya di atas kepala Nalana dan kembali terpejam. Tak lupa, tangannya melingkari perut Nalana membuat Nalana diam seribu bahasa.

Nalana juga baru menyadari satu hal jika Arga tidak mengenakan baju. Mengapa cowok-cowok suka sekali telanjang dada dan memperlihatkan perut mereka?

"G-Ga, lepasin."

Arga berdehem. Namun tak melepaskan pelukannya.

"Ga ..."

"Hm ..." Arga menjauhkan tangannya dari Nalana.

Melihat itu, Nalana segera turun dari kasur dan lari terbirit-birit menuju dapur. Arga, memang senang membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

🍑🍑🍑

Hoam ...

Gema melirik Arga yang menguap lebar dan tak menutup mulutnya. Ia bergidik ngeri dan memukul mulut Arga. "Tutup kek tuh mulut! Bau jigong anjrit! Jorok lo!"

"Gema, mulutnya!" tegur Ratna membuat Gema menyengir.

"Heh lo! Dicariin nenek tuh tadi. Kebo lo jam segini baru bangun!"

Arga menguap kembali, kali ini menutup mulutnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mencoba membuka mata, tetapi kali ini Arga benar-benar mengantuk.

"Nenek mana?" tanyanya, lanjut menguap membuat Gema gemas.

"Cuci muka sono lu!"

"Sensi amat lo sama gue!" Arga berjalan menjauh dari Gema menuju kamar nenek sembari menguap, sekali lagi.

Sedangkan Gema, ia terus menyumpah serapahi Arga dalam hati. Jika anak di gendongannya ini bukan anak tetangga, ia pasti sudah melemparnya guna melampiaskan rasa kekesalan.

Di sisi lain, Arga menepuk kedua pipinya agar sepenuhnya sadar. Matanya pagi ini sulit sekali untuk berkerja sama dengannya. Saat akan mengetuk pintu kamar nenek, samar-samar Arga mendengar suara Wijaya membuat Arga mengurungkan niatnya.

"Aku iri kadang sama Mbak Linda. Dia bisa didik Dito sebaik itu. Walaupun dia single parent, tapi sepertinya dia jauh lebih baik dalam didik anak dibanding aku, Ma. Aku kadang malu kalau klien aku tanya soal Arga, berita itu bener-bener nyebar sampai satu isi kantor tau. Aku benar-benar gagal didik Arga, Ma."

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang