e m p a t p u l u h t i g a

54.9K 3.2K 194
                                    

.: 43. Bertahan Terluka. :.

"Arga! Kamu gila, ya?!"

Tamparan refleks dari Nalana itu mengenai pipi Arga dengan keras hingga meninggalkan jejak kemerahan. Arga mengusap pipi kirinya. Laki-laki itu menatap Nalana yang membantu Zuan berdiri. Tangan Arga terkepal kuat ketika melihat Zuan tersenyum mengejek ke arahnya.

"Lo--"

"Ga! Bisa berhenti nggak, sih? Malu dilihatin orang tau, nggak?"

Arga menurunkan kembali kepalan tangannya. Cowok itu menghela napas kasar. "Aku mau ngomong sama kamu," katanya to the point pada Nalana.

"Nggak ada yang perlu diomongin," balas Nalana cuek.

"Nggak ada?" tanya Arga tak percaya. "Kamu pengen semuanya berakhir, Nal? Segampang itu?"

Nalana balas menatap Arga. "Kenapa nggak? Kamu juga ngelakuin apapun yang kamu mau dengan gampang. Tanpa pernah pikirin perasaan aku. Bener, 'kan?"

"Ck! Jangan bahas yang lalu kalau lagi kayak gini. Ak--"

"Kenapa nggak boleh? Kamu aneh, kamu nggak mau disalahin."

Arga mengatur napasnya yang memburu. Menahan gejolak emosi dalam dirinya. "Ikut aku, kita perlu ngomong."

"Aku bilang nggak, ya, nggak!"

"Nal," geram Arga tak tertahan.

"Kalau dia nggak mau, nggak usah dipaksain kali." Zuan menimpali.

"Ini bukan urusan lo."

"Bukan urusan gue? Yakin lo? Dia kerja di rumah gue sekarang. Kalau dia ada apa-apa, ya, bersangkutan sama gue oon." Zuan menarik tangan Nalana.

"Nal, please."

"Aku nggak mau, Ga. Aku nyaman saat aku sendiri kayak gini. Tanpa kamu. Aku nyesel pernah suka sama cowok berandalan kayak kamu. Kalau waktu bisa diputar, aku nggak bakalan mau datang ke pesta itu. Aku nggak mau jadi cewek bodoh yang suka sama cowok kayak kamu. Kamu sekarang bisa balik ke Agatha, Ga. Tanpa perlu pikirin perasaan aku lagi. Aku ... mau semuanya berakhir."

Arga terpaku. "Lo gila kalau gitu. Lo nggak mikirin Bian?"

"Aku nggak bakalan larang kamu ketemu Bian, s-setelah kita pisah."

Arga tertawa sumbang. "Lo beneran gila," lirihnya.

"Aku benci kamu, Ga. Kamu cowok payah, payah banget. Ngapain aku harus bertahan sama kamu? Sekarang kamu udah nggak kayak dulu, 'kan? Kamu nggak populer, kamu bukan cowok tipe aku lagi. Aku suka kamu karena kamu dulu ganteng dan banyak yang suka. Sekarang? Bahkan, beberapa cewek yang suka sama kamu dulu aja malas lihat kamu. Aku ..."

"Lo suka gue karena dulu gue cakep, gue populer, sekarang lo udah nggak suka gue karena gue udah nggak punya segalanya gue punya, 'kan?" Arga menyela. "Oke fine. Kita selesai."

Arga pergi begitu saja. Nalana menatapnya, perempuan itu tersenyum getir. Emang aku harus ngomong gini 'kan, Ga, biar kamu bisa balik lagi ke Agatha tanpa pikirin aku. Kita selesai, Ga. Cepet banget, ya.

Nalana menggelengkan kepalanya. "Ayo Zuan kita pulang."

"Lo nggak apa-apa?"

Nalana mengangkat ibu jarinya sembari tersenyum lebar.

Zuan mengangkat bahunya tak acuh lalu berjalan lebih dulu. "Munafik lo, Nal. Sakit ya sakit aja. Nggak usah sok tegar."

🍑🍑🍑

MASA REMAJA KITA [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora