d e l a p a n b e l a s

55.6K 3.9K 35
                                    

.: 18. Arga Sakit. :.

Nalana kembali ke kamar dengan sepiring bubur yang baru saja dibelinya. Tampak Arga tengah meringkuk sembari memegangi perut. Tadi pagi Arga merengek membangunkan Nalana mengadu bahwa perut atau tepatnya di bagian ulu hatinya sakit karena maag. Nalana sempat ingin menertawakan, tetapi melihat Arga yang seperti anak kecil membuatnya jadi kasihan.

Mata merah, ingus meler ke mana-mana, wajah pucat dan lain lagi.

"Ga, ayo makan."

Arga membuka matanya sedikit, lalu merem lagi. "Suapin."

"Iya makanya ayo duduk dulu."

Arga dengan ogah-ogahan akhirnya menurut.

"Melek, Arga."

"Iya."

Satu suapan berhasil mendarat di mulut Arga. Arga mengunyahnya dengan pelan merasakan bubur yang sama sekali tidak ada sensasi nikmat saat dikunyahnya itu. Arga bergidik, ingin muntah, dengan segera ia mengambil segelas air putih dan meminumnya hingga habis.

"Nakal, sih. Makanya makan biar perutnya nggak perih. Gitu tuh kalau sukanya bohong," sindir Nalana.

Arga melengos menatap ke arah lain.

"Habis ini minum obat, ya."

"Nggak!" tolak Arga mentah-mentah.

"Biar cepet sembuh!" Nalana ikut ngotot.

"Nggak enak, Nal."

"Yang namanya obat di mana-mana, ya, nggak ada yang enak, Arga." Nalana menghela napas sabar.

Arga mengunyah buburnya dengan sensi. "Obat anak kecil kenapa dikasih sirup yang rasanya stroberi atau nggak jeruk? Kenapa orang dewasa disuruh minum pil yang rasanya pengen buat gue muntah? Dan kenapa juga orang dewasa nggak dikasih sirup karena nggak semua orang dewasa bisa minum pil? Kenapa? Dahlah, nggak mau minum obat."

"Gue paksa," kata Nalana sembari menyodorkan sesuap bubur, tetapi Arga menolaknya.

"Ga ...," rengek Nalana. "Ayolah, tiga suap lagi deh nanti biar gue yang habisin."

"Dua."

"Tiga."

"Satu."

"Tiga, Arga."

"Ck, dua atau enggak sama sekali."

"Dih, ya udah, kalau sakit lagi jangan ngerengek panggil nama gue!"

Arga mengerucutkan bibirnya menatap Nalana yang tampak jengkel. Ayolah, makan bubur yang sama sekali tidak ada rasanya membuat Arga eneg dan ingin muntah.

"Ya udah, tiga."

Nalana menuruti. Setelahnya, ia menghancurkan obat hingga menjadi halus dan memberikannya pada Arga untuk diminum. Arga menatapnya sebentar, wajahnya kentara sekali ingin memuntahkan kembali isi perutnya. Namun, Nalana memberikan segelas air putih dan permen.

"Ayo diminum terus makan permen biar nggak pahit."

Dengan ragu-ragu Arga meminumnya. Setelahnya ia bergidik jijik dan segera meminum air putih, lanjut merebut permen yang Nalana bawa.

Nalana menahan senyumnya. "Udah, istirahat dulu sana. Nggak usah kerja sama sekolah dulu, gue udah titipin surat buat lo lewat temen lo tadi."

"Siapa?"

"Kak Carlos."

"Lo panggil Carlos pake Kak sedangkan sama gue lo panggil nama. Nggak sopan lo jadi adek kelas!"

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now