t i g a p u l u h s e m b i l a n

53.7K 3.8K 121
                                    

.: 39. Garis Luka. :.

Dua minggu ini, hubungan Arga dan Nalana tidak menunjukkan tanda-tanda akan membaik. Baik Arga maupun Nalana tidak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan.

Kini, Arga tengah meletakkan tasnya, menghampiri Bian yang baru seminggu ini keluar dari rumah sakit.

"Anak ayah, kok sendirian? Bunda mana?" tanyanya. Tangan mungil Bian menggapai-gapai rambut Arga ingin menjambaknya.

"Loh, Nalana mana, Ga?"

Aruni tiba-tiba saja muncul dari arah belakang, membawakan Bian susu membuat bayi itu kegirangan. Tangannya hendak menggapai botol susu yang disodorkan Aruni, tetapi tidak sampai membuat siapa saja yang melihatnya gemas bukan main.

"Pelan-pelan, boy, nggak bakalan ada yang ambil, kok," ucap Arga geli saat Bian meminum susunya dengan semangat.

Arga beralih menatap Aruni. "Aku nggak sama Nalana, Ma. Soalnya dari kampus tadi aku langsung ke rumah temen ambil flashdisk aku yang ketinggalan. Aku pikir Bian main ke sini sama Nalana."

"Duh, itu anak ke mana, ya, Ga? Tadi pamitnya pergi sama Tante Anjani, tapi sampai sekarang nggak balik-balik dan titipin Bian ke Mama sampai malam kayak gini. Mama jadi khawatir, Ga. Untung aja Bian enggak rewel."

Arga tampak diam saja. Ia mengelus rambut lembut milik Bian. "Mungkin, ada urusan, Ma," balasnya setelah terdiam cukup lama.

"Iya, mungkin, ya? Ya udahlah, Mama turun dulu, ya. Kalau ada apa-apa minta tolong ke Mama aja. Oh iya, itu kalau mau makan, makanannya Mama simpan di lemari makanan."

"Iya, Ma. Makasih, ya."

Arga memilih kembali fokus pada Bian yang masih asyik meminum susu. Cowok itu termenung, hingga malam seperti ini tetapi Nalana belum kunjung pulang? Ke mana perginya perempuan itu hingga sampai larut begini belum pulang? Apakah Nalana tidak memikirkan Bian? Arga juga heran mengapa Nalana tidak menyiapkan stok susu jika perempuan itu benar-benar ingin pergi lama.

"Duh, pinter banget udah bobok." Arga tersenyum melihat Bian yang sudah tertidur dengan botol susu yang sudah kosong tiada sisa.

Cowok itu mengecupi pipi Bian dan menyelimuti anaknya. Matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Arga menghela napas, ia mencoba menghubungi Nalana tetapi hasilnya nihil.

Arga tidak melarang Nalana pergi ke mana pun, hanya saja, harus ada izin dan setidaknya Arga tau Nalana pergi ke mana. Lagipula, Bian belum pulih benar. Arga merasa semenjak hubungannya dengan Nalana tidak baik, Nalana terus saja pergi keluar tanpa seizinnya dan menitipkan Bian pada Aruni.

Sepertinya, harus ada yang Arga bicarakan pada Nalana.

Lo buat gue gila, Nalana. Lo nggak ngerti rasa khawatir gue ke lo, hah?

🍑🍑🍑

"Ke mana aja?"

Ketika Nalana membuka pintu, suara Arga terdengar menginterupsi. Nalana diam sejenak, lantas menjawab, "Ada."

Jawaban yang membuat Arga tidak cukup puas.

"Gue tanya ke mana."

"Kamu nggak perlu tau."

Arga menutup laptopnya. Ia tersenyum sinis. "Gue nggak perlu tau, Nal? Kocak lo. Lo nggak ngerti apa Bian baru keluar dari rumah sakit dan butuh perhatian lebih? Gue nggak nuntut lo ini itu, Nal. Tapi setidaknya kalau lo mau keluar lo juga harus izin sama gue. Gue merasa nggak becus jadi suami lo kalau kayak gini ceritanya."

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang