d u a p u l u h t u j u h

60.2K 3.9K 64
                                    

.: 27. Kejutan dari Kakung. :.

Cowok yang berhadapan dengan buku paket tebal itu mengacak-acak rambutnya frustrasi. Beberapa kali mulutnya mengeluarkan umpatan kecil terhadap buku tak bersalah di hadapannya. Ia memilih menutup buku itu dan beranjak dari meja belajarnya. Menghampiri seorang perempuan yang tengah mengaduk secangkir kopi.

"Nal," bisik Arga tepat di telinga Nalana.

Nalana menoleh dengan raut terkejut. Ia memukul pelan lengan Arga yang melingkar di perutnya. "Nanti ada yang lihat, Ga."

Mengingat mereka masih di rumah orang tua Nalana, jadi mereka tidak bisa seleluasa seperti saat di kontrakan yang mana hanya ditinggali oleh keduanya. Arga tak mengindahkan, ia merebut secangkir kopi dari tangan Nalana membuat sang empunya melotot.

"Ga!" pekiknya tertahan.

"Apa?"

"Itu 'kan kopi gue!" protesnya.

"Aku." Arga mengkoreksi. "Nggak baik minum kopi pagi-pagi. Mending buat aku."

Nalana mencebik. Ia melangkah meninggalkan Arga membuat cowok itu tersenyum geli lalu memilih mengikuti Nalana. Jam masih menunjukkan pukul 04.30 WIB. Arga memang meminta Nalana membangunkan dirinya pagi-pagi sekali agar bisa belajar materi ujian nanti. Namun, sama saja. Tidak ada yang masuk di otaknya.

"Nal," panggilnya pada Nalana.

Nalana masih bergeming dan memilih mengeluarkan seragam dari tas Arga dan menyiapkan keperluan laki-laki itu untuk sekolah.

"Ngambek, ya?"

"Nggak!"

Arga terkekeh lalu menggeleng geli. Ia beranjak lalu menghampiri Nalana. Menggeser tubuh perempuan itu membuat Nalana tak berhenti menggerutu.

Nalana menatap aneh apa yang dibawa Arga. Sebuah celengan ayam?

"Aku mau ngomong sesuatu," kata Arga kembali duduk di kasur.

"Papa kemarin bilang kalau seminggu ini kita udah harus keluar dari kontrakan."

Nalana terkejut, tentu saja.

"Kenapa gitu?"

Arga menggeleng. "Aku nggak tau."

"Terus gimana?" desah Nalana.

"Nanti aku cari kontrakan yang baru. Aku mau jujur dulu. Waktu aku pulang mabuk hari itu, aku sempet kecelakaan."

Nalana terkejut untuk yang kedua kalinya.

"Dengerin dulu," kata Arga saat Nalana akan membalas ucapannya. "Aku mabuk, sempet nabrak orang dan harus ganti rugi. Tabunganku habis. Aku harus bayar kontrakan baru, ganti uang yang aku pinjem dari om Guntur setiap bulan. Jujur, uang bengkel nggak cukup buat itu, Nal. Aku bingung harus nyari kerja di mana lagi. Belum uang buat kontrol kehamilan kamu. Buat lahiran nanti. Aku bingung harus gimana."

Nalana terpaku menatap Arga yang tampak kacau. Sebelum hari itu terjadi, Nalana tak pernah melihat Arga berpenampilan berantakan seperti ini. Arga yang ramah dan selalu menebar senyum tak pernah Nalana temui akhir-akhir ini. Cowok itu menjadi lebih murung dan sering termenung saat sendiri.

"Ga," panggil Nalana getir. "A-aku juga dipecat."

Arga bungkam. Ia menyembunyikan raut kecewanya. Lalu apa lagi sekarang?

"Nanti aku cari pekerjaan sampingan. Kamu bantu doa aja." Arga beranjak dan berdiri di hadapan Nalana. "Kalau mau nabung di celengan ini aja."

Nalana menatap celengan ayam yang Arga letakkan di meja belajar. "Aku mau mandi dulu."

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now