d u a p u l u h s a t u

57.1K 4K 243
                                    

.: 21. Tetap Orang Lama Pemenangnya. :.

Nalana melenguh pelan, merentangkan tangannya sambil menguap lebar. Membuka mata sedikit, ia menolehkan kepala menemui Arga yang tidur tengkurap dan mendengkur halus.

Beranjak duduk, Nalana duduk sebentar guna mengembalikan jiwanya yang masih melayang-layang terbawa mimpi. Melirik dinding, jam yang ada di sana menunjukkan pukul lima pagi. Nalana menguncir rambutnya yang berantakan. Di pinggir kasur, Nalana tersenyum sendiri mengingat mimpinya tadi malam.

Arga mencium bibirnya dan membuat kiss mark di lehernya. Sial! Mengingat itu Nalana jadi geli sendiri. Walaupun mereka pernah melakukan lebih dari itu, tetapi tetap saja, sampai saat ini mereka tak pernah melakukannya lagi. Maka saat mendapati mimpi itu, Nalana seperti orang tidak waras jika mengingat-ingat apa yang Arga lakukan di mimpi.

Nalana menatap lurus ke depan. Ia bangkit berdiri dan melotot tidak santai. Nalana sedikit memiringkan kepalanya menatap lehernya yang terdapat bercak merah.

"Lho, kok?" Nalana meraba-raba bercak merah itu. "Lho kok beneran?!" pekiknya kaget.

Arga sempat melenguh merasa terganggu dengan pekikan Nalana. Nalana mengatupkan bibirnya rapat.

Jadi, beneran?! pekiknya dalam hati.

🍑🍑🍑

Senyuman manis Nalana terukir saat melihat rantang yang dibawanya. Siang menjelang sore ini Nalana berinisiatif untuk mengantarkan Arga makanan setelah membeli barang-barang keperluan laundry yang habis. Dengan riang perempuan itu melangkah menuju bengkel di seberang jalan setelah membayar ojek.

Langkah Nalana terhenti saat melihat Agatha yang menyuapi Arga. Mereka tampak tertawa terbahak-bahak entah membahas apa. Jika Arga sudah makan bersama Agatha, untuk apa makanan ini? Helaan napas Nalana terdengar panjang dan sedikit jengkel. Ia berbalik badan tidak santai dan berhasil menubruk badan seseorang.

"Awsh," ringis Nalana saat dahinya terkantuk dada bidang seseorang.

"Ngapain?"

Nalana mendongak mendengar suara berat itu. Tampak Mikael menunduk menatap Nalana yang lebih pendek darinya.

Hari ini tampak panas dan cowok itu mengenakan topi membuat Nalana sulit melihat wajah cowok itu. Lama Nalana terdiam, Mikael mendengkus dan menjentikkan jarinya di depan wajah perempuan itu membuat Nalana gelagapan.

"Gue tanya! Jangan ngelamun."

Nalana mendunduk kaget. "A-anu, i-itu gue mau ..."

Mikael mengernyit heran. "Pa'an?"

"E-enggak jadi! Gue mau balik aja."

Mikael mencekal lengan Nalana agar tidak pergi. "Arga, hm?"

Nalana menjerit tertahan dalam hati. Setelah waktu itu Mikael membuatnya sakit hati bukan main, sekarang cowok itu SKSD sekali dengannya.

"E-enggak," elaknya gugup.

"Bohong lo kentara. Ayo ikut gue."

Saat tarikan paksa dari Mikael membawanya kembali ke bengkel, Nalana melotot kaget dan menginjak sepatu yang dikenakan Mikael membuat cowok itu menoleh dengan wajah garangnya.

"S-sorry. I-itu ..." Nalana melirik kanan kiri gugup harus menjelaskan apa. Tatapannya terus menghindar dari tatapan Mikael yang sepertinya ingin menyantapnya hidup-hidup.

"Sengaja?"

"Iya!" Nalana melotot lagi lalu menggeleng dengan cepat tak setuju dengan perkataannya tadi. "Enggak! Yang tadi bohong."

MASA REMAJA KITA [End]Where stories live. Discover now