e m p a t p u l u h d e l a p a n

61.1K 3.7K 76
                                    

.: 48. Katakan Saja. :.

Arga menatap ke depan ketika seseorang menabrak punggungnya dengan sengaja. Cowok itu memungut kunci motornya yang jatuh dan segera menghampiri Zuan yang kebetulan tadi berbelanja di supermarket di mana tempat Arga bekerja. Kebetulan Arga dipindahkan di salah satu cabang supermarket di mana hanya ada dua shift, yaitu pagi dan siang. Shift pagi pukul 06.00-14.00 dan shift siang pukul 14.00-22.00. Dan Arga kebagian shift siang hari ini, kebetulan juga tempat ia bekerja berada di dekat kompleks perumahan tempat Zuan tinggal.

Arga sudah mencoba memanggil nama Zuan tetapi cowok itu tidak menghiraukan. Dengan sedikit kasar, Arga menghentikan langkah Zuan.

Zuan menoleh dengan wajah tak bersahabatnya. "Apa?"

"Lo kenapa, sih? Lo kenapa nge-hindarin gue, Carlos, Agatha sama Liam?"

"Bukan urusan lo."

Arga menghalau Zuan agar tidak pergi. "Karena Agatha? Gue udah putus sama dia."

Zuan tersenyum miring. "Tapi yang gue suka udah bukan dia. Minggir lo."

Arga meremas rambutnya frustrasi melihat Zuan terus melangkah meninggalkannya. "Tapi lo masih bisa temenan sama gue, Carlos, Agatha sama Liam, 'kan? Lo tau? Lo bego kalau pergi dari temen lo cuma gara-gara cinta!"

Perkataan Arga berhasil membuat Zuan membalikkan badannya. Cowok itu terkekeh kecil. "Kalau gue bego elo apa? Lo bahkan tau di antara gue, lo, sama Carlos suka dengan orang yang sama. Dan lo nggak nyadarin itu, Ga? Jadi sekarang yang bego siapa? Kalau aja lo nggak pacaran sama Agatha, mungkin semuanya masih baik-baik aja, 'kan?"

"Dan, gue baru tau seorang Arganta Gilang Bhagawanta se-bego itu buat nyakitin cewek sebaik Nalana, demi Agatha yang ... yeah, you know."

"Lo nggak usah bawa-bawa Nalana!"

"Kenapa? Bukannya lo nggak sayang dia, 'kan?" Zuan tertawa. "Gue punya tawaran. Kalau Nalana buat gue, kita baikan, gimana?"

"Sinting lo!" Arga bersiap-siap menghajar Zuan, tetapi laki-laki itu masih bisa menahan mengingat mereka masih di sekitaran tempat kerjanya.

Zuan terkekeh. "Serius banget. Tapi tawaran gue nggak bercanda. Itu pun kalau lo mau, sih."

Zuan menepuk bahu Arga. "Kalau gue jadi Nalana, gue nggak akan mau balik sama cowok brengsek kayak lo. Nyakitin soalnya."

Zuan mengedipkan sebelah matanya membuat Arga berang.

Zuan ingin memiliki Nalana? Oh shit, cowok itu benar-benar sinting.

🍑🍑🍑

"NAL! Aku--"

"Sssstt, Ga, diem. Bian baru bisa tidur."

Arga menutup mulutnya. "Ups, sorry, Nal. Btw aku bawain kamu sate. Belum makan 'kan pasti?"

Nalana menggeleng.

Arga mencubit hidung Nalana. "Kebiasaan."

Keduanya akhirnya memutuskan untuk memakan bersama karena Arga membeli dua porsi sekaligus. Keduanya makan dalam hening. Arga memperhatikan Nalana yang lahap sekali makan. Kadang, Arga merasa tidak becus mengurus Nalana. Perempuan itu kurus-- sejak pertemuan mereka malam hari itu.

"Kamu nggak makan, Ga? Enak loh, lihat punya aku udah hampir habis. Punya kamu masih banyak itu."

Arga melirik isi piring Nalana. Laki-laki itu tersenyum tipis. "Makan punya aku, nih. Aku nggak laper."

"Terus kenapa beli dua porsi?" protes Nalana.

"Nggak apa-apa, sih. Biar kamu yang habisin. Biar kamu gendut kayak Harold sama Thomas."

MASA REMAJA KITA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang